Mitos seputar Olahraga yang Jangan Lagi Kamu Percaya

Intinya sih...
- Olahraga kardio opsional untuk menurunkan berat badan, yang utama adalah latihan beban.
- Perempuan tidak perlu takut berotot karena kadar hormon testosteronnya rendah, sehingga lebih sulit untuk membentuk otot seperti laki-laki. Latihan beban memberikan banyak manfaat sekarang dan di masa mendatang.
- Banyak penggemar olahraga menggunakan suplemen olahraga. Namun, ini sebetulnya bukanlah prioritas.
Olahraga adalah salah satu elemen penting untuk hidup sehat dan bugar. Namun, banyak mitos dan kesalahpahaman yang masih dipercaya oleh banyak orang. Misalnya, tidak berkeringat maka olahraga tidak berhasil, olahraga harus dilakukan pada pagi hari, dan sebagainya.
Kesalahpahaman seperti tidak cuma menyesatkan, tetapi juga bisa mengambat kamu untuk mencapai tujuan kebugaran kamu.
Berangkat dari situ, Health Talk by IDN Times mengangkat tema "Mitos Olahraga yang Gak Boleh Kamu Percaya Lagi" dengan Arbiarso Wijatmoko, S.Or, seorang fitness coach sebagai narasumber. Berikut ini mitos-mitos seputar olahraga yang jangan sampai kamu percaya lagi.
1. "No pain, no gain"
"No pain, no gain" secara harfiah diartikan sebagai "tanpa rasa sakit, tidak ada keuntungan"—sehingga banyak orang menganggap bahwa jika tidak berolahraga dengan keras hingga mendapatkan rasa sakit, maka olahraga yang mereka lakukan tidak efektif.
Namun, menurut Arbiarso, yang dimaksud di sini bukan rasa sakit, melainkan rasa pegal.
"Apakah harus no pain, no gain? Nah, kalau sampai pain ya, tentu enggak efektif. Kita kan latihan bukan mau sakit, nggak pengen cedera, tapi yang dimaksud latihan harusnya bukan pain, tapi intense enough," dia menjelaskan.
2. Menurunkan berat badan wajib olahraga kardio
Apakah menurunkan berat badan harus dengan olahraga kardio? Jawaban atas pertanyaan ini sebenarnya opsional.
Apabila seseorang sehari-harinya lebih banyak duduk, maka disarankan untuk melakukan olahraga kardio. Sementara itu, jika seseorang sehari-harinya mobile, tidak masalah jika tidak melakukannya.
Pasalnya, menurut Arbiarso, latihan utama untuk menurunkan berat badan yakni latihan beban.
"Karena ketika kita turun berat badan, itu nggak semuanya yang turun adalah massa lemak, bisa jadi massa otot. Latihan beban adalah latihan yang mampu mengurangi kehilangan massa otot. Kalau targetnya fat loss, maka latihan beban itu yang utama, kardio opsional," ujar Arbiarso.
Kemudian, menurutnya perempuan perlu latihan beban karena mereka paling rawan terkena osteoporosis. Sejak awal, struktur tulang perempuan lebih kecil, kepadatannya juga lebih sedikit dan akan menghadapi menopause. Ini akan memastikan perempuan bisa mendapatkan berat badan ideal, bonus kesehatan di masa depan.
3. Latihan beban bikin tubuh sangat berotot, membuat perempuan jadi enggan melakukannya
Perempuan dikatakan bisa berotot, bahkan lebih besar dari pria. Namun, dijelaskan oleh Arbiarso, bahwa perempuan starting point-nya lebih rendah massa ototnya dibanding laki-laki.
"Tapi permasalahannya adalah ada orang-orang yang kemudian tidak mau latihan beban karena takut jadi berotot. Padahal sampai di level tersebut (berotot), sangat susah. Jadi jangan takut kelihatan maskulin," jelasnya.
Tubuh perempuan memiliki kadar hormon testosteron yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki, sehingga pembentukan otot yang besar tidak terjadi dengan mudah.
Latihan beban justru memberikan banyak manfaat untuk perempuan, seperti meningkatkan kekuatan tubuh, memperbaiki postur, membentuk otot yang kencang, serta membantu membakar kalori lebih efektif
4. Larangan minum air dingin setelah berolahraga
Minum air dingin setelah berolahraga tidak dilarang, terlebih kita tinggal di negara tropis.
"Kalau hidup di negara dingin, kayak atlet-atlet sepak bola misalnya saat lagi winter, itu air yang dipegang juga sudah dingin. Gimana? Mereka gak boleh minumkah? Jadi boleh-boleh saja sebenarnya," imbuhnya.
Namun, pastikan suhunya tidak terlalu ekstrem. Selain dikonsumsi, air dingin yang disiram ke tubuh juga tidak akan menjadi masalah.
5. Apakah wajib konsumsi suplemen olahraga?
Suplemen populer di kalangan kelompok yang gemar berolahraga. Arbiarso menjelaskan bahwa ada konsep piramida nutrisi atau piramida makanan. Suplemen letaknya di paling atas yang artinya "paling tidak penting".
Justru jenis yang ada di bawah harus diutamakan. Piramida nutrisi terdiri dari kalori, makronutrien, mikronutrien, binding nutrient, kemudian suplemen.
"Suplemen paling kecil dampaknya. Jadi kalau misalnya baru mulai latihan, nggak usah mikir suplemen dulu, itu nanti, yang penting aja dulu. Misal, gimana caranya konsisten latihan," tambah Arbiarso.
6. Olahraga pada malam hari tidak disarankan
Mitos ini dikaitkan dengan beberapa kejadian seseorang yang meninggal pasca melakukan olahraga pada malam hari.
"Misalnya, terdapat kelompok yang main futsal di malam hari, lalu ada satu yang meninggal. Maka hanya satu orang itu saja yang menjadi perhatian, padahal sebagian besar lainnya masih dalam kondisi yang sehat," kata Arbiarso.
Padahal, pemicunya bukan cuma karena olahraga. Bisa saja orang tersebut memang memiliki masalah kesehatan sejak lama atau pasca melakukan aktivitas berat lainnya, ia menambahkan.
Olahraga yang dilakukan pada malam hari sebenarnya lebih menyoroti pada kualitas tidurnya. Jika tidak ada masalah, tidak ada larangan.
Tidak ada waktu terbaik untuk berolahraga. Kamu bisa melakukannya kapan saja, terlebih jika sudah sibuk sejak pagi. Olahraga malam masih lebih baik dibanding tidak berolahraga sama sekali.
Percaya informasi yang benar sangat penting untuk mencapai tujuan kebugaran. Ingatlah, olahraga bukan hanya soal aktivitas fisik, tetapi juga tentang membangun pola pikir yang sehat dan berbasis ilmu pengetahuan. Dengan demikian, kamu dapat menikmati manfaat olahraga secara optimal tanpa terjebak dalam mitos yang tidak berdasar.