Kondisi Psikologis Orang yang Kecanduan Berjudi, Ternyata Seperti Ini

Apa yang membuat mereka sulit berhenti?

Judi memang sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Meskipun kerugian yang ditimbulkan sangat nyata, tetapi praktiknya masih bertahan hingga sekarang dan sulit untuk diberantas. Ini diperparah dengan kemunculan judi online yang booming dalam beberapa tahun terakhir.

Seperti apa kondisi psikologis orang yang kecanduan berjudi? Apa yang membuat mereka sulit untuk berhenti walau seluruh asetnya sudah habis, utang menumpuk, dan dibenci banyak orang? Simak penjelasan dari Riza Wahyuni, S.Psi, M.Si., psikolog klinis dan forensik di LPP Geofira.

1. Terperdaya dengan ilusi bahwa mereka akan menang dan menjadi kaya

Judi atau bertaruh dengan uang membuat seseorang merasa tertantang. Bahkan, walau sudah berulang kali kalah, mereka tetap percaya bahwa dirinya akan menang suatu hari nanti.

"Artinya, ada ilusi, ada semacam angan-angan yang tidak realistis yang menyebabkan mereka selalu bertaruh. Lebih parahnya lagi, ketika dia kalah, dia merasa masih punya kesempatan. Ini yang membuat orang bertahan dan menjadi addict," jelas Riza ketika dihubungi lewat sambungan telepon pada Sabtu sore (31/12/2022).

Mengutip Mental Health Foundation UK, hormon dopamin dilepaskan di otak ketika seseorang memenangkan taruhan. Ini adalah hormon yang membuat kita merasa nyaman dan senang.

2. Kebanyakan penjudi adalah laki-laki

Kondisi Psikologis Orang yang Kecanduan Berjudi, Ternyata Seperti Iniilustrasi laki-laki yang sedang berjudi (pexels.com/Denner Nunes)

Riza mengakui bahwa sedari dulu judi didominasi oleh laki-laki. Dilansir Gambling Commission, laki-laki 7,5 kali lebih mungkin menjadi penjudi bermasalah (problem gamblers) dibanding perempuan. Istilah ini merujuk pada kebiasaan berjudi yang sampai pada tahap merusak diri sendiri dan keluarga.

Menurut Dr. Robert Lefever dalam laman BBC News, kebanyakan penjudi adalah laki-laki karena mereka lebih berani mengambil risiko daripada perempuan.

Selain itu, laki-laki juga lebih impulsif (cenderung bertindak tanpa berpikir) dan lebih hedonis (memprioritaskan kesenangan atas nilai-nilai kehidupan lainnya).

3. Berdampak negatif pada kesehatan mental

Orang yang kecanduan judi kemungkinan besar akan merasakan stres, kecemasan, harga diri rendah, dan depresi. Bahkan, menurut penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Frontiers in Psychiatry pada 26 Oktober 2022, tidak sedikit yang menyakiti diri sendiri (self-harm) dan memiliki pikiran untuk bunuh diri. Alasannya tentu bisa ditebak, yaitu karena utang dan rasa malu.

Masih mengutip penelitian yang sama, sebanyak 22–81 persen penjudi memiliki keinginan untuk bunuh diri dan 7–30 persen pernah mencoba bunuh diri. Selain itu, 14 persen penjudi berakhir dengan menyalahgunakan alkohol dan 4 persen menyalahgunakan obat-obatan. Kesimpulannya, judi bisa membuat mental seseorang hancur.

Baca Juga: Mengenal Gambling Disorder, Kecanduan Judi yang Parah

4. Selain itu, juga berdampak pada hubungan sosial

Kondisi Psikologis Orang yang Kecanduan Berjudi, Ternyata Seperti Iniilustrasi perceraian (pixabay.com/geralt)

Kecanduan judi tidak hanya berdampak pada individu tersebut, tetapi semua orang yang dekat dengannya. Mengutip Algamus Gambling Treatment, yang terpengaruh setidaknya tujuh orang, bisa pasangan, anak, anggota keluarga lain, dan teman.

Studi berjudul "Gambling Impact and Behavior Study" yang dilakukan oleh University of Chicago, Amerika Serikat, menemukan bahwa penjudi memiliki tingkat perceraian hingga 53,5 persen.

Selain itu, pasangannya lebih mungkin mengalami kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), berisiko dilecehkan oleh orang-orang yang menagih utang, dan kesulitan dalam menghidupi anak-anaknya.

"Saya pernah menemukan pasien seperti ini dan (kebetulan) perempuan. Rumah tangganya sampai hancur dan pinjaman online-nya mencapai 300 juta," ungkap Riza.

5. Harus ada dorongan yang kuat dari diri sendiri jika ingin berhenti judi

Menurut Riza, jika ingin berhenti judi untuk selamanya, harus ada dorongan yang kuat dari diri sendiri. Siapkan diri untuk menghadapi gejala penarikan (withdrawal symptoms) yang bisa membuat kita merasa sedih, cemas, cepat marah atau mudah tersinggung, jantung berdegup kencang, sakit kepala, gemetar, hingga sulit bernapas.

"Kalau sudah mengganggu kehidupan pribadi dan sosial, saran saya adalah konsultasi kepada ahlinya, seperti psikolog atau psikiater. Tidak usah takut. Daripada terjadi hal-hal yang tidak diinginkan," tegasnya.

Salah satu cara untuk mengatasi kecanduan judi adalah dengan terapi perilaku kognitif (CBT). Terapi ini bertujuan untuk mengubah pola pikir dan perilaku. Sebagian orang mungkin memerlukan obat-obatan, seperti antidepresan dan penstabil suasana hati. Tak kalah penting, jauhi orang-orang yang membujuk kita untuk kembali ke dunia perjudian.

Baca Juga: 5 Alasan Kenapa Perjudian Harus Dihindari dari Perspektif Psikologi

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya