Berat Badanmu Naik Tak Terkendali? Cari Tahu 5 Sebabnya!

Pernahkah kamu merasa berat badanmu naik tak terkendali? Rasanya, baju dan celana favoritmu terasa lebih ketat. Bete? udah pasti!
Buat kamu yang sedang mengalami masalah ini, jangan buru-buru cari obat diet, ya. Cari tahu dulu penyebab berat badanmu tiba-tiba naik. Dengan begitu kamu bisa menentukan metode diet yang aman dan efektif. Nah, buat kamu yang penasaran, stay tune dan scroll terus ke bawah, ya!
1. Cari tahu apakah kamu mengalami hipotiroidisme?

Tiroid adalah kelenjar kecil berbentuk kupu-kupu di leher yang mengatur metabolisme tubuh. Metabolisme tubuh ini ibarat api yang membakar kalori.
Jika tiroid tidak menghasilkan cukup hormon, apinya akan melemah dan kalori yang dibakar pun berkurang. Akibatnya, berat badan cepat naik tanpa kamu sadari.
Selain berat badan naik, ada beberapa gejala lain yang bisa menjadi tanda masalah tiroid, seperti kelelahan, kulit kering, rambut rontok, nyeri otot, selalu merasa kedinginan, dan sembelit. Jika kamu mengalaminya, segera periksakan diri ke dokter untuk mendapatkan diagnosis dan pengobatan yang tepat.
2. Insomnia presisten

Saat kurang tidur, kadar ghrelin atau hormon lapar akan meningkat, sedangkan leptin atau hormon kenyang menurun. Akibatnya, kamu akan merasa lebih lapar dan mudah kalap saat makan.
Bahkan saat perut sebenarnya sudah kenyang, kamu akan terus makan tiada henti. Kondisi ini bukan hanya terjadi dalam semalam. Jika kamu sering begadang dan susah tidur dalam waktu lama, efeknya bisa lebih parah.
Selain itu, kurang tidur juga bisa membuatmu lebih impulsif. Sehingga, kamu lebih mudah tergoda untuk makan makanan tidak sehat.
3. Jangan-jangan kamu mengalami PCOS?

Polycystic ovary syndrome (PCOS) adalah kondisi yang ditandai dengan ketidakstabilan hormonal penderitanya. Gejalanya yang paling umum adalah menstruasi tidak teratur dan munculnya jerawat serta rambut berlebih di wajah. Namun tahukah kamu, PCOS juga bisa menjadi penyebab berat badan naik?
Tidak hanya hormon esterogen dan testosteron yang tidak seimbang, hormon insulin pun juga terdampak. Akibatnya, tubuh jadi lebih sulit menggunakan insulin, yakni hormon yang mengubah glukosa menjadi energi.
Saat tubuh mengalami resistensi insulin, gula yang seharusnya diubah jadi energi malah disimpan sebagai lemak. Inilah kenapa kamu mungkin mengalami kenaikan berat badan secara tiba-tiba atau berat badan yang susah turun meski sudah diet dan olahraga.
4. Kamu mengalami sindrom chusing's?

Sindrom chusing's terjadi ketika tubuh memproduksi terlalu banyak hormon stres bernama kortisol dalam jangka lama. Kortisol dilepaskan tubuh sebagai respons terhadap situasi yang stres atau berbahaya.
Namun, pada orang dengan sindrom cushing's, kadar kortisolnya selalu tinggi, bahkan saat mereka tidak sedang stres. Hal ini dapat menyebabkan berbagai efek samping, salah satunya adalah penumpukan lemak yang tidak normal di area perut dan wajah.
Selain itu, sindrom cushing's juga dapat menyebabkan munculnya stretch mark dan mudah memar. Jika kamu mengalami gejala-gejala tersebut, penting untuk segera memeriksakan diri ke dokter. Sindrom cushing's dapat diobati dengan berbagai cara, tergantung penyebabnya.
5. Banyak ngemil, malas olahraga akibat depresi dan anxiety

Saat depresi atau anxiety, tubuh memproduksi hormon stres yang bisa memicu rasa lapar dan keinginan untuk makan makanan tinggi kalori. Akibatnya, mekanisme coping yang banyak dipilih adalah ngemil tiada henti.
Ngemil saat depresi atau anxiety memang bisa memberikan rasa nyaman sesaat, tapi efek jangka panjangnya bisa berbahaya. Kebiasaan makan berlebihan ini bisa menyebabkan kenaikan berat badan yang cepat dan tidak terkontrol, dan tentunya berakibat buruk bagi kesehatan.
Selain itu, depresi atau anxiety juga dapat menyebabkan kelelahan dan malas berolahraga. Padahal, olahraga merupakan salah satu cara terbaik untuk menjaga kesehatan dan mengontrol berat badan.
Berat badan naik secara tak terkendali bisa disebabkan oleh berbagai faktor. Penting untuk mencari tahu penyebabnya dan segera mengambil langkah untuk mengatasinya. Selain itu, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter. Dokter akan membantumu mendiagnosis penyebab dan memberikan solusi yang tepat untuk menjaga kesehatanmu.
Referensi :
Mullur, R., Liu, Y. Y., & Brent, G. A. (2014, April). Thyroid Hormone Regulation of Metabolism. Physiological Reviews, 94(2), 355–382.
Broussard, J. L., Kilkus, J. M., Delebecque, F., Abraham, V., Day, A., Whitmore, H. R., & Tasali, E. (2015, October 15). Elevated ghrelin predicts food intake during experimental sleep restriction. Obesity, 24(1), 132–138.
Hanlon, E. C., Tasali, E., Leproult, R., Stuhr, K. L., Doncheck, E., de Wit, H., Hillard, C. J., & Van Cauter, E. (2016, March 1). Sleep Restriction Enhances the Daily Rhythm of Circulating Levels of Endocannabinoid 2-Arachidonoylglycerol. Sleep, 39(3), 653–664.
Konttinen, H., van Strien, T., Männistö, S., Jousilahti, P., & Haukkala, A. (2019, March 20). Depression, emotional eating and long-term weight changes: a population-based prospective study. International Journal of Behavioral Nutrition and Physical Activity, 16(1).
Office on Women's Health in the Office-U.S. Department of Health and Human Services. Diakses pada 1 Mei 2024. Polycystic ovary syndrome fact sheet.
MedlinePlus Genetics. Diakses pada 1 Mei 2024. Cushing disease.
Centers for Disease Control and Prevention. Diakses pada 1 Mei 2024. Depression and Anxiety.