Latihan isometrik berfokus pada mengencangkan atau mengontraksikan otot tertentu atau sekelompok otot tanpa membuatnya tampak memanjang atau memendek. Pada saat yang sama, sendi yang terlibat juga tidak bergerak.
Latihan ini dilakukan dalam posisi statis dan biasanya mengandalkan berat tubuh untuk membantu menjaga kekuatan serta menstabilkan sendi dan otot inti.
Karena tidak melibatkan gerakan atau rentang gerak penuh, latihan isometrik menargetkan otot-otot tertentu. Latihan ini dapat meningkatkan kekuatan dan stabilitas, terutama bermanfaat bagi orang yang sedang dalam masa pemulihan cedera atau pasien artritis.
Salah satu kesalahpahaman tentang latihan isometrik adalah anggapan bahwa latihan ini dilakukan dengan menahan napas dan mengejan, yang justru bisa meningkatkan tekanan darah. Padahal, saat melakukan latihan isometrik atau statis, penting untuk tetap fokus pada pernapasan perlahan—tarik dan embuskan napas secara teratur.
Contoh latihan isometrik di antaranya:
Plank, seperti wall plank maupun plank di lantai.
Wall sit.
Latihan anti rotasi dengan kabel (posisi berdiri)/standing cable anti-rotation.
Walau terlihat statis, tetapi posisi ini menciptakan ketegangan otot yang melatih kekuatan dan membantu pembuluh darah beradaptasi terhadap perubahan tekanan.
“Latihan isometrik adalah bentuk latihan yang menjanjikan untuk menurunkan tekanan darah istirahat dan dapat menjadi pelengkap dari jenis latihan konvensional—bukan pengganti,” jelas Jamie O’Driscoll, PhD, dosen kedokteran gaya hidup di University of Leicester sekaligus penulis studi tersebut, mengutip dari Verywell Health.