Waspada Dampak Serius Stunting pada Anak, Cegah Sejak Dini!

Pastikan anak mengonsumsi makanan bergizi

Pertumbuhan awal anak adalah masa yang sangat penting. Orangtua perlu mengupayakan kebutuhan nutrisi anak lewat pola makan bergizi seimbang. Apabila gizi anak tidak tercukupi, ia berpotensi mengalami kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan gizi atau stunting.

Dari rilis yang diterima IDN Times, survei Studi Gizi Indonesia (SSGI) 2021 menunjukkan bahwa Indonesia memiliki prevalensi stunting hingga 24,4 persen.

Mengingat pentingnya peran orangtua dalam mengawasi tumbuh kembang anak, khususnya di bulan Ramadan, Tentang Anak menyelenggarakan media gathering pada Selasa (05/04/2022). 

Acara ini menghadirkan beberapa narasumber. Dua di antaranya adalah Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dan Prof. Dr. dr. Damayanti R. Sjarif, SpA(K) selaku Ketua Satgas Stunting IDAI.

1. Kurangnya kesadaran terhadap kecukupan gizi anak

Waspada Dampak Serius Stunting pada Anak, Cegah Sejak Dini!ilustrasi pemberian gizi anak (unsplash.com/Kelly Sikkema)

Menurut Prof. Damayanti, masih banyak orangtua yang belum menyadari penyebab utama dari masalah stunting, yaitu kurangnya konsumsi makanan bergizi. Mereka tidak mengetahui makanan seperti apa yang baik untuk tumbuh kembang anak. Terlebih lagi, banyak yang menganggap stunting bukanlah penyakit. 

Pemantauan pertumbuhan anak secara rutin merupakan salah satu cara untuk mencegah stunting. Pencegahan stunting baiknya dilakukan pada 1.000 hari pertama kehidupan (HPK) anak. 

"Berbagai cara dapat dilakukan sebagai upaya pencegahan, di antaranya seperti pemberian ASI dan MPASI yang benar berbasis protein hewani, serta pemantauan pertumbuhan yang teratur di fasilitas kesehatan seperti posyandu setiap bulannya untuk deteksi dini dan tata laksana segera weight faltering (kenaikan berat badan yang tidak cukup) terbukti dapat mencegah stunting," Prof. Damayanti menjelaskan.

2. Stunting bisa terjadi sejak kehamilan

Narasumber lain yang dihadirkan, Prof. Dr. dr. Dwiana Ocviyanti, SpOG(K), MPH, selaku dokter spesialis kebidanan dan kandungan sekaligus ketua Pokja Angka Kematian Ibu (AKI) memaparkan bahwa stunting bisa terjadi sejak masa kehamilan. 

Hal ini berlaku untuk ibu yang kekurangan energi maupun ibu yang mengalami obesitas. Kesehatan ibu mempunyai andil yang besar untuk pertumbuhan janin. Persalinan prematur juga bisa menjadi faktor penyebab stunting. Maka dari itu, stunting harus dicegah sedini mungkin. 

"Kehamilan perlu direncanakan dan dipersiapkan dengan baik. Upaya mencegah stunting adalah menghindari kehamilan remaja, rutin memeriksakan kehamilan (ANC), menjaga asupan makanan agar memenuhi kebutuhan gizi selama masa kehamilan, dan yang terpenting ibu memahami pentingnya perencanaan kehamilan agar ibu dapat tetap sehat dan bahagia saat hamil dan menyusui bayinya," Prof. Dwiana menambahkan.

3. Dampak stunting pada anak

Waspada Dampak Serius Stunting pada Anak, Cegah Sejak Dini!ilustrasi pertumbuhan anak (unsplash.com/Ben Wicks)

Stunting bisa menimbulkan berbagai macam masalah kesehatan di kemudian hari. Persoalan yang utama akibat stunting adalah masalah pertumbuhan pada anak. Dilansir Healthline, ada beberapa dampak stunting yang bisa dialami oleh anak, antara lain:

  • Memiliki bentuk kekerdilan tertentu. Contohnya ukuran lengan atau kaki yang tidak sesuai dengan proporsi normal tubuh mereka.
  • Kadar hormon tiroksin yang rendah. Anak yang memiliki gejala ini akan mengalami kehilangan energi, sembelit, kulit kering, rambut kering, dan selalu kedinginan. 
  • Kadar hormon pertumbuhan yang rendah. Hal ini bisa memengaruhi pertumbuhan wajah, menyebabkan penderitanya terlihat muda secara tidak normal.
  • Mengalami penyakit perut atau usus seperti diare, sembelit, muntah, atau mual. 

Baca Juga: Ini Dampaknya Jika Anak Terkena Stunting, Gak Main-main!

4. Penanganan untuk anak yang mengalami dampak stunting

Penanganan stunting akan tergantung kondisi stunting yang ditimbulkan. Untuk anak yang mengalami kekurangan hormon pertumbuhan, dokter akan menyarankan penggunaan suntikan hormon pertumbuhan yang bisa dilakukan di rumah.

Untuk anak atau bayi  yang mempunyai kelenjar tiroid yang kurang aktif akibat stunting, dokter akan memberikan obat pengganti hormon tiroid untuk mengatasi masalah tersebut.

5. Pencegahan stunting melalui edukasi

Waspada Dampak Serius Stunting pada Anak, Cegah Sejak Dini!ilustrasi orang tua dan anak (unsplash.com/Alexander Dummer)

Menkes Budi memaparkan bahwa edukasi kepada orangtua tentang kesadaran akan stunting dan langkah-langkah pencegahannya adalah cara utama untuk mengurangi masalah stunting

Tidak hanya orangtua, keikutsertaan semua lapisan masyarakat dalam menyebarkan informasi terkait stunting juga sangat diharapkan. Dengan begitu, kita bisa bekerja sama dalam mengurangi angka stunting di Indonesia. 

"Momentum bulan Ramadan yang penuh berkah ini dapat dijadikan sebagai penguatan peran orangtua baik dari aspek religius, maupun memahami kebutuhan anak dimulai dari kecukupan gizi, pola asuh, hingga gaya hidup sehat untuk pencapaian tumbuh kembang anak yang optimal. Orangtua, keluarga, dan masyarakat dapat menjadi role model dalam berperilaku dan bergaya hidup sehat,” ujar Menkes Budi.

Demikian informasi stunting yang mengancam anak-anak Indonesia. Selalu awasi kesehatan pertumbuhan anak secara rutin dan segera konsultasikan ke dokter jika anak mengalami masalah pertumbuhan agar anak segera mendapatkan penanganan yang tepat.

Baca Juga: Nilai Normal Kadar Gula Darah Puasa, Jangan Sampai Turun atau Naik

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya