ilustrasi makanan di gunung (unsplash.com/Vital Sinkevich)
Tubuh penderita asma sangat bergantung pada keseimbangan cairan untuk menjaga elastisitas paru-paru. Saat mendaki, dehidrasi dapat memperburuk kondisi pernapasan karena lendir di saluran napas menjadi lebih kental dan sulit dikeluarkan. Minumlah air putih secara rutin, meskipun tidak merasa haus. Hindari minuman berkafein atau terlalu manis karena dapat mempercepat penguapan cairan tubuh.
Selain cairan, perhatikan juga asupan nutrisi dengan mengonsumsi makanan tinggi protein dan serat seperti tempe, telur rebus, atau buah segar. Makanan ini membantu menjaga energi tanpa menimbulkan rasa berat di perut. Jangan lupa membawa camilan ringan yang bisa dimakan cepat ketika merasa lelah. Tubuh yang terhidrasi dan tercukupi nutrisinya akan jauh lebih kuat menghadapi perubahan suhu di ketinggian.
Menikmati udara gunung memang menenangkan, tetapi bagi penderita asma, keselamatan tetap harus jadi prioritas. Setiap langkah yang diambil sebaiknya disertai kesadaran penuh terhadap kondisi tubuh sendiri agar kegiatan ini tidak berubah menjadi bahaya. Jadi, apakah kamu sudah siap mempersiapkan diri dengan lebih bijak sebelum menaklukkan jalur pendakian berikutnya?
Referensi
"Can I Climb Kilimanjaro with Asthma?" Climb Kili. Diakses pada Oktober 2025.
"Asthma at high altitude: what every traveller should know". Follow Alice. Diakses pada Oktober 2025.
"How to Hike with Asthma". BACKPACK. Diakses pada Oktober 2025.
"Asthma in patients climbing to high and extreme altitudes in the Tibetan Everest region". National Library of Medicine. Diakses pada Oktober 2025.
"Mountain Climbing Safety". Healthline. Diakses pada Oktober 2025.