Tips Kumpul Keluarga Bebas Stres saat Lebaran, Cobain deh!

- Stres saat berkumpul dengan keluarga bisa muncul dalam berbagai bentuk, seperti sakit kepala dan gangguan tidur.
- Jika mulai merasakan gejala fisik yang mengindikasikan stres, coba identifikasi pemicunya dan kelola responsnya dengan cara sehat.
- Fokus pada hal-hal yang bisa disyukuri dalam kebersamaan keluarga, alih-alih menuntut kesempurnaan.
Berkumpul bersama keluarga seharusnya menjadi momen yang menyenangkan dan hangat. Namun, tidak jarang perbedaan pendapat, ekspektasi yang tinggi, atau tekanan sosial justru membuat kumpul keluarga terasa melelahkan.
Ketika hubungan keluarga kurang baik, perasaan stres akan menghasilkan kortisol, hormon yang bertindak sebagai sistem alarm bawaan bagi tubuh. Kadar hormon kortisol yang meningkat beberapa gejala serius, termasuk pola tidur terganggu, sakit kepala, peradangan atau inflamasi, hingga sesak napas.
Agar waktu bersama orang-orang terkasih tetap harmonis dan bebas stres, ada beberapa strategi yang bisa diterapkan. Berikut tips agar kamu menikmati kumpul keluarga dengan lebih santai dan menyenangkan, bebas stres!
1. Dengarkan sinyal dari tubuh

Stres saat berkumpul dengan keluarga bisa muncul dalam berbagai bentuk, seperti sakit kepala, gangguan pencernaan, sulit tidur, atau bahkan rasa tegang yang tidak disadari. Tubuh sering kali memberikan tanda-tanda stres sebelum kamu menyadari penyebab emosionalnya.
Jika mulai merasakan gejala fisik yang mengindikasikan stres, coba perhatikan bagian tubuh mana yang paling terdampak. Identifikasi pemicunya dan cobalah untuk mengelola respons tersebut dengan cara yang lebih sehat. Kamu bisa menarik napas dalam atau mengalihkan fokus pada hal-hal yang menyenangkan.
Jika gejala stres terus berlanjut dan mengganggu keseharian, pertimbangkan untuk berkonsultasi dengan dokter atau terapis.
2. Sesuaikan ekspektasi kamu saat Lebaran
Saat berkumpul dengan keluarga, terutama saat momen spesial seperti liburan, sering kali kamu mengharapkan segalanya berjalan sempurna. Namun, harapan yang terlalu tinggi justru bisa menambah tekanan dan menyebabkan kekecewaan jika kenyataan tidak sesuai ekspektasi.
Alih-alih menuntut kesempurnaan, fokuslah pada hal-hal yang bisa kamu syukuri dalam kebersamaan tersebut. Menuliskan rasa syukur di jurnal bisa membantu mengalihkan perhatian dari situasi yang kurang ideal.
3. Hindari perdebatan yang tidak perlu

Momen Lebaran menjadi waktu bertemunya kerabat dengan berbagai pandangan dan opini, yang tidak selalu sejalan dengan pemikiran kita. Perbedaan dalam hal politik, agama, atau karier bisa memicu perdebatan yang berujung pada ketegangan.
Bahkan, dalam beberapa kasus, perbedaan pandangan yang mendalam bisa merusak hubungan keluarga.
Jika kamu terjebak dalam percakapan yang mulai memanas, cobalah untuk menghentikan diskusi sebelum menjadi konflik. Kamu bisa mengalihkan perdebatan dengan menanyakan topik-topik yang lebih ringan, seperti cuaca atau hidangan Lebaran yang lezat.
4. Saring nasihat yang kamu dengar
Di era digital, nasihat tentang hubungan keluarga bisa ditemukan di mana-mana, mulai dari media sosial hingga podcast.
Sayangnya, tidak semua saran berasal dari ahli yang berkompeten. Banyak orang berbagi pengalaman pribadi seolah-olah itu adalah solusi universal. Padahal, pendekatan yang efektif untuk satu individu belum tentu cocok untuk yang lain.
Saat mencari cara mengatasi konflik atau mempererat hubungan keluarga, utamakan informasi dari sumber yang kredibel, seperti psikolog atau terapis berlisensi. Nasihat yang didasarkan pada penelitian bisa membantu kamu mengelola ketegangan secara lebih efektif, dibandingkan dengan opini yang belum teruji.
5. Kendalikan respons kamu dan tahan amarah

Tidak jarang komentar atau pertanyaan dari anggota keluarga bisa memicu emosi. Pola interaksi yang sama berulang kali bisa menyebabkan konflik yang terus terjadi. Bahkan, terkadang antisipasi terhadap kemungkinan konflik bisa membuat kamu merasa paling tertekan.
Untuk menghindari situasi yang tidak menyenangkan, persiapkan cara menghadapi percakapan sulit atau menghadapi anggota keluarga tertentu dengan lebih tenang. Jika ada seseorang yang sering membuat kamu kesal, cobalah untuk tidak terpancing dan tetap bersikap netral.
Sebaliknya, hindari pula sengaja memancing emosi orang lain. Dengan mengendalikan reaksi, kamu bisa menjaga suasana tetap damai dan bebas dari ketegangan yang tidak perlu.
6. Jangan ragu untuk meminta dukungan
Terkadang, niat baik anggota keluarga justru bisa menghambat tujuan pribadi kamu. Contohnhya, ibu yang tetap menyajikan makanan yang tidak lagi kamu konsumsi atau paman yang terus menyinggung pekerjaan saat kamu masih berjuang mencari kesempatan baru. Situasi seperti ini bisa memicu stres jika tidak ditangani dengan bijak.
Alih-alih merasa kesal, cobalah mengajak keluarga untuk lebih memahami kebutuhan kamu. Sebelum berkumpul, pikirkan cara menyampaikan permintaan dukungan dengan lembut. Kamu bisa menggunakan kalimat seperti, "Aku merasa tidak nyaman saat..." lalu berikan contoh tindakan konkret yang bisa mereka lakukan.
Dengan komunikasi yang jelas, kamu bisa menciptakan suasana kumpul keluarga yang lebih nyaman dan saling mendukung.
Berkumpul dengan keluarga seharusnya menjadi momen yang menyenangkan, bukan menjadi sumber stres. Dengan mendengarkan alarm tubuh hingga meminta dukungan, kamu bisa menciptakan suasana yang lebih harmonis. Ingat, tidak semua situasi bisa dikendalikan, tetapi cara merespons bisa membuat perbedaan besar.
Referensi
"7 ways to manage family stress during the holidays." UT Southwestern Medical Center. Diakses Maret 2025.
"Ways to make holiday family gatherings less stressful." HealthPartners. Diakses Maret 2025.