6 Tanda Perilaku Stalking dan Dampaknya pada Kesehatan Mental Korban

Salah satunya suka mengirimi hadiah

Stalking atau menguntit adalah kata yang mungkin tanpa sadar sering kamu pakai sebagai candaan, misalnya saat kamu kepo melihat aktivitas mantan di media sosial. Akan tetapi, stalking yang sebenarnya bisa menjadi kejahatan yang serius dan berbahaya, dan bisa menyebabkan konsekuensi buruk bagi para korbannya.

Stalking didefinisikan sebagai pola perilaku yang terpaku dan obsesif yang berulang, terus-menerus, mengganggu, dan menyebabkan ketakutan akan kekerasan atau menimbulkan kecemasan dan penderitaan pada korban. Siapa pun bisa jadi penguntit jika terpaku pada satu orang dan mengambil langkah untuk memaksakan interaksi yang bertentangan dengan keinginan orang tersebut. Siapa pun juga bisa jadi korban stalking, tanpa memandang jenis kelamin, usia, etnis, dan seksualitas.

Menurut laporan dalam jurnal Psychiatry (Edgmont) tahun 2010, disebutkan bahwa sekitar 8 persen perempuan dan 2 persen laki-laki pernah dikuntit di beberapa titik dalam kehidupan mereka, dan yang paling sering menjadi pelaku stalking adalah laki-laki.

Jenis-jenis stalker atau penguntit

6 Tanda Perilaku Stalking dan Dampaknya pada Kesehatan Mental Korbanilustrasi stalking (cdc.gov)

Dilansir WebMD, mayoritas penguntit atau stalker adalah laki-laki, dengan perbandingan empat banding satu. Psikiater telah mengembangkan beberapa profil penguntit, seperti:

  • The rejected stalker atau penguntit yang menerima penolakan. Orang ini ditolak dalam suatu hubungan dan orang tersebut menganggapnya sebagai penghinaan, merasa terluka, dan mencari pembenaran.

  • The resentful stalker atau penguntit yang marah. Ini adalah orang yang merasa benar, mengasihani diri sendiri yang mungkin mengancam, tetapi orang seperti ini paling kecil kemungkinannya untuk bertindak.

  • The intimacy-seeking stalker atau penguntit yang mencari keintiman. Mereka percaya bahwa mereka dicintai atau akan dicintai oleh korban. Mereka kadang fokus pada seseorang dengan status sosial yang lebih tinggi. Mereka kebanyakan punya gangguan kejiwaan dan mengalami delusi.

  • The incompetent atau penguntit yang tidak kompeten. Orang ini terbelakang secara sosial, tidak benar-benar memahami aturan sosial yang terlibat dalam kencan atau hubungan asmara, dan tidak bermaksud jahat.

  • The predator atau penguntit yang merupakan pemangsa. Ini tentang kepuasan seks, kontrol, dan kekerasan. Penguntit tipe ini belum tentu mengenal korban. Korban mungkin tidak tahu bahwa mereka sedang dibuntuti. Namun, si predator ini merencanakan serangannya, melatihnya, dan memiliki banyak fantasi seksual tentangnya.

Penguntit yang menerima penolakan dan penguntit predator adalah yang paling mungkin menyerang korbannya.

Penting untuk diketahui, berikut ini akan dibahas tentang tanda-tanda perilaku stalking dan dampaknya pada kesehatan mental atau kondisi psikis korban.

1. Terus-menerus menghubungi

6 Tanda Perilaku Stalking dan Dampaknya pada Kesehatan Mental Korbanilustrasi mengirim pesan (unsplash.com/Christian Wiediger)

Dilansir Reveal PI, stalking bisa ditandai dengan terus-menerus mengirim pesan, menelepon, mengomentari unggahan media sosial, atau upaya apa pun untuk menghubungi seseorang yang dituju. Itu dilakukan berulang-ulang bahkan sebelum orang tersebut merespons.

Bahkan, walaupun orang tersebut sudah menunjukkan ketidaksukaannya terus-terusan dihubungi atau dibombardir dengan pesan maupun panggilan telepon, si stalker ini tidak akan terpengaruh dan akan terus melancarkan aksinya.

Selain itu, menanyakan seseorang seperti sedang bersama siapa, sedang apa, atau sedang berada berulang-ulang juga menandakan perilaku stalking dan ini sudah termasuk tidak menghargai privasi.

2. Selalu mencari cara untuk menghubungi lewat media lain

6 Tanda Perilaku Stalking dan Dampaknya pada Kesehatan Mental Korbanilustrasi seseorang yang sedang mengecek media sosial di smartphone (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Perilaku stalking yang sudah melampaui batas biasanya akan mengusik orang yang menjadi target. Jika sudah begini, target pun akan mundur atau bertindak, misalnya dengan memblokir nomor telepon, email, atau akun media sosial stalker.

Akan tetapi, para penguntit tentu saja tidak akan kehabisan cara untuk terus berusaha berkomunikasi dengan target. Selain itu, stalker juga bisa saja nekat menghubungi teman atau bahkan anggota keluarga target untuk kembali memperoleh "akses" untuk bisa kembali berkomunikasi.

Baca Juga: Laki-laki Korban Pemerkosaan Tetap Bisa 'Tegang'? Ini Penjelasannya

3. Terus-menerus mengikuti dan memantau

6 Tanda Perilaku Stalking dan Dampaknya pada Kesehatan Mental Korbanilustrasi stalking (wklaw.com)

Tindakan yang paling jelas dan merupakan tanda bahaya adalah menguntit target, misalnya mengikutinya berangkat atau sepulang kantor atau ke mana pun si target pergi beraktivitas.

Selain itu, dilansir Everyday Health, stalker juga mengamati dari kejauhan. Misalnya, ia akan mengumpulkan informasi personal tentang seseorang, teman-temannya, atau keluarganya. Selain itu, mungkin saja stalker akan mengambil foto target diam-diam, menanyakan informasi mengenai target ke teman-temannya, mengumpulkan informasi lewat jejak media sosial atau internet, atau paling ekstrem menyewa tenaga profesional untuk menyelidiki target.

Kamu patut curiga dikuntit bila sering melihat satu orang yang sama di keramaian pada acara yang berbeda.

4. Memanipulasi target demi bisa berinteraksi

6 Tanda Perilaku Stalking dan Dampaknya pada Kesehatan Mental Korbanilustrasi korban stalking (protectionagainststalking.org)

Penguntit tentu akan mencari cara untuk berinteraksi dengan korbannya. Beberapa bahkan mencoba untuk memanipulasi objek penguntitan dengan cara mengajukan gugatan sembrono. Taktik ini bisa berkisar dari hal konyol hingga kejam. Para stalker bisa menarik target ke "orbitnya" dengan memaksa targetnya untuk membela diri.

Bentuk manipulasi lainnya termasuk mengancam untuk melukai diri, sehingga memaksa target untuk campur tangan atau malah bersimpati. Para stalker mungkin akan bicara tentang bunuh diri atau bersumpah untuk menyakiti orang lain bila korbannya tidak membalas kasih sayang mereka.

5. Tak segan untuk mengancam

6 Tanda Perilaku Stalking dan Dampaknya pada Kesehatan Mental Korbanilustrasi stalking (ejcoombs.co.uk)

Masih bersumber dari Everyday Health, menggunakan ancaman atau kekerasan untuk menakut-nakuti korbannya adalah strategi umum bagi beberapa penguntit. Mobil mungkin dirusak atau rumah dibobol.

Bila kamu sampai mengalami hal ini dan memang merasa dirimu dikuntit, jangan ragu untuk melaporkannya ke pihak berwenang.

6. Memberikan hadiah yang tidak pantas

6 Tanda Perilaku Stalking dan Dampaknya pada Kesehatan Mental Korbanilustrasi stalker yang mengirimkan hadiah ke targetnya (unsplash.com/Widjan Mq)

Beberapa penguntit bisa melancarkan aksinya dengan mengirimkan bunga atau hadiah yang tidak diinginkan. Ketika pemberian atau kasih sayang yang ditunjukkannya tersebut tak dibalas, mereka bisa meningkatkan aksinya tersebut dengan makin banyak mengirimkan hadiah, termasuk hadiah yang tidak pantas, atau bahkan pornografi.

Taktik tipikal adalah mengirimi hadiah ke kantor bisa bikin target merasa malu dan tertekan karena seolah dipaksa untuk mengakui hadiah tersebut kepada rekan-rekan kerja di kantor, meski sang target mengatakan terang-terangan bahwa ia tidak tahu siapa yang mengiriminya hadiah.

Beberapa stalker mungkin menindaklanjuti hadiah yang dikirimkan dengan menghubungi target untuk memastikan apakah target telah menerimanya.

Dampak stalking terhadap kesehatan mental korban

6 Tanda Perilaku Stalking dan Dampaknya pada Kesehatan Mental Korbanilustrasi korban stalking merasa ketakutan dan trauma (pexels.com/Two Dreamers)

Dilansir Verywell Mind, stalking bisa berbahaya bagi korban, baik pada tingkat fisik maupun emosional. Efeknya pada korban termasuk ketakutan, trauma, hingga penurunan kualitas hidup.

Korban bisa merasa ketakutan untuk meninggalkan rumah, menelepon, atau melakukan aktivitas normal lainnya. Mereka mungkin takut akan keselamatan dan hidup mereka.

Menguntit adalah salah satu bentuk pelecehan. Dengan demikian, korban bisa mengembangkan gangguan stres pascatrauma atau post-traumatic stress disorder (PTSD) dari peristiwa penguntitan. Korban mungkin akan mengalami kilah balik setelahnya, kesulitan untuk dekat dengan orang baru atau menjadi akrab, dan mungkin menjadi depresi atau putus asa.

Karena rasa takut atau PTSD yang dialami, korban stalking tidak merasa aman atau tidak mampu melakukan hal-hal yang dulunya (waktu sebelum menjadi korban stalking) pernah atau biasa dilakukan. Ini dapat menyebabkan masalah dalam kehidupan seperti kehilangan pekerjaan atau merusak hubungan dengan pasangan.

Itulah beberapa tanda perilaku stalking. Perilaku ini sama sekali tidak dapat ditoleransi karena berpotensi menjadi tindak kejahatan serta bisa berujung pada permasalahan mental bagi korbannya.

Bila kamu merasa dikuntit, cobalah untuk tidak terlibat, beri tahu orang-orang terdekat, simpan dan rekam bukti-bukti penting, dan bila sudah sangat mengganggu serta disertai bukti kuat jangan ragu untuk melaporkannya ke pihak berwajib.

Baca Juga: Dampak Pelecehan Seksual pada Kesehatan Fisik dan Psikis Korbannya

Abdi K Tresna Photo Verified Writer Abdi K Tresna

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya