12 Bahaya Obesitas, Banyak Penyakit Antre

- Obesitas dapat memengaruhi masalah pernapasan seperti sleep apnea dan asma.
- Kelebihan berat badan meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke, diabetes, hipertensi, dan beberapa jenis kanker.
- Obesitas juga dapat menyebabkan gangguan kesehatan mental, penyakit hati berlemak, osteoartritis, komplikasi kehamilan, dan penyakit kantong empedu serta pankreas.
Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Ani Ruspitawati melaporkan pemeriksaan Kesehatan Aparatur Sipil Negara (ASN) di Pemprov DKI Jakarta. Hasilnya menunjukkan bukan cuma ada masalah kesehatan fisik, tetapi juga masalah mental.
"Hasil pemeriksaan kesehatan ASN yang dilakukan tahun 2024. Ada beberapa hasil yang mungkin mesti kita cermat yang obesitas ada 62 persen, yang overweight, 15,4 persen, yang hipertensi, 27,6 persen, dan diabetes melitus, 5,7 persen. Namun, (juga) ada yang punya masalah kejiwaan, dan ini angkanya tidak kecil, 15 persen," ucap Ani dalam acara Senam Kampanye BERJAGA 2.0 di Jakarta, Jumat (18/7/2025).
Kelebihan berat badan atau obesitas bukan sekadar angka di timbangan. Kondisi ini dapat membuka pintu bagi sederet risiko penyakit serius, seperti hipertensi, diabetes, gangguan jantung, hingga beberapa jenis kanker—dan pelan-pelan merusak kualitas hidup.
Yang sering tidak disadari, risiko masalah kesehatan ini sebenarnya sudah muncul sejak berat badan mulai sedikit saja berlebih. Dan, makin bertambah berat badan, makin besar pula risikonya. Banyak orang yang akhirnya harus hidup dengan penyakit menahun, yang juga berdampak pada keluarga mereka. Selain itu, beban biaya untuk pengobatan penyakit terkait obesitas juga sangat besar bagi sistem kesehatan.
Untuk mengukur obesitas yang dapat dilakukan sendiri adalah menghitung indeks massa tubuh (IMT). Kisaran normal IMT Asia-Pasifik adalah 18,5–22,9 kg/m2. Lebih dari ukuran tersebut masuk kelompok berisiko. IMT 23-24,8 kg/m2 masuk kelompok kelebihan berat badan (overweight). Bila IMT di atas 25 kg/m2 disebut sebagai obesitas.
Untuk memotivasimu dalam mencapai berat badan sehat, yuk, ketahui deretan risiko kesehatan yang bisa timbul akibat obesitas!
1. Masalah pernapasan
Banyak orang tidak sadar bahwa kelebihan berat badan juga bisa memengaruhi cara paru-paru bekerja. Lemak berlebih bisa membuat napas terasa lebih pendek dan meningkatkan risiko berbagai masalah pernapasan.
Salah satu contohnya adalah sleep apnea. Gangguan ini sering muncul saat tidur, yaitu saluran napas bagian atas tersumbat sehingga pernapasan menjadi tidak teratur, bahkan bisa berhenti sejenak tanpa disadari. Jika tidak ditangani, sleep apnea bisa memicu masalah kesehatan lain yang lebih serius, seperti penyakit jantung dan diabetes.
Pada orang dewasa, obesitas menjadi salah satu penyebab paling umum sleep apnea. Timbunan lemak di sekitar leher membuat saluran napas jadi lebih sempit. Akibatnya, napas jadi susah, mendengkur pun makin keras. Kabar baiknya, menurunkan berat badan bisa membantu meringankan sleep apnea, bahkan menghilangkannya.
Selain sleep apnea, obesitas juga bisa memengaruhi asma . Asma adalah penyakit jangka panjang yang menyerang saluran napas di paru-paru. Saat kambuh, saluran napas membengkak dan menyempit, membuat dada terasa sesak, muncul batuk, atau napas jadi bunyi "ngik-ngik". Berat badan berlebih bisa meningkatkan risiko terkena asma, membuat gejalanya lebih berat, dan membuat pengobatannya menjadi lebih sulit. Mencapai berat badan ideal bisa membantu mengontrol asma lebih baik. Bagi orang dengan obesitas berat, operasi penurunan berat badan atau bedah metabolik juga terbukti bisa memperbaiki gejala asma.
2. Penyakit jantung
Jantung punya tugas besar, yaitu memompa darah ke seluruh tubuh tanpa henti. Makin besar tubuh kamu, makin keras juga jantung harus bekerja untuk memastikan darah bisa beredar ke setiap sudut tubuh. Berat badan yang berlebih menambah volume tubuh, dan volume ekstra ini menciptakan hambatan yang harus dilawan jantung setiap kali memompa. Akibatnya, jantung dipaksa bekerja lebih keras hampir sepanjang waktu.
Karena jantung sebagian besar terdiri dari otot, kerja keras yang berlebihan ini punya dampak jangka panjang. Otot jantung bisa menebal dan membesar. Kondisi ini dikenal dengan istilah left ventricular hypertrophy (LVH) atau pembesaran bilik kiri jantung. LVH sering berkaitan dengan masalah jantung lain yang bisa mengancam kesehatan.
Salah satunya adalah hipertensi atau tekanan darah tinggi. Tekanan darah tinggi bisa memperparah LVH, membuat jantung makin terbebani. LVH juga bisa memicu gangguan irama jantung atau aritmia (detak jantung menjadi tidak beraturan). Aritmia yang muncul bersamaan dengan LVH bisa berbahaya, bahkan mengancam nyawa.
Ada juga kardiomiopati, yaitu kondisi ketika otot jantung melemah dan tidak mampu memompa darah seefisien seharusnya. Kardiomiopati sering muncul bersamaan dengan LVH dan dapat menurunkan kualitas hidup karena dapat memicu gagal jantung. Orang yang mengalami gagal jantung biasanya akan cepat sesak napas dan mengalami penumpukan cairan di tubuh (edema). Dalam beberapa kasus, kondisi ini bisa berujung pada kematian mendadak.
Tak hanya bilik kiri, bagian kanan jantung juga bisa ikut membesar akibat obesitas. Kondisi ini disebut right ventricular hypertrophy (RVH). RVH sering berkaitan dengan masalah kesehatan lain, seperti obstructive sleep apnea, hipertensi paru, dan gagal jantung sisi kanan. Semua kondisi ini membuat kerja jantung makin berat.
3. Stroke

Stroke terjadi saat pembuluh darah di otak atau leher tersumbat atau pecah, sehingga aliran darah ke bagian otak terhenti. Ketika aliran darah terputus, jaringan otak bisa rusak. Akibatnya, kamu bisa kehilangan kemampuan bicara atau bahkan tidak bisa menggerakkan sebagian anggota tubuhnya.
Berat badan berlebih dan obesitas terbukti bisa menaikkan tekanan darah. Padahal, tekanan darah tinggi adalah penyebab utama stroke. Kabar baiknya, menurunkan berat badan dapat membantu menurunkan tekanan darah, sekaligus menekan risiko lain yang memicu stroke, seperti kadar gula darah yang tinggi dan kolesterol yang berlebih.
4. Diabetes tipe 2
Obesitas adalah salah satu faktor risiko terbesar untuk diabetes tipe 2. Orang dengan obesitas memiliki kemungkinan sekitar enam kali lebih besar mengalami kadar gula darah yang tinggi.
Kabar baiknya, jika kamu memiliki berat badan berlebih, ada banyak pilihan penanganan yang bisa membantu menurunkan risiko terkena diabetes tipe 2.
Bagi yang sudah hidup dengan diabetes tipe 2, menurunkan berat badan berlebih dan lebih aktif bergerak bisa membantu mengontrol kadar gula darah dengan lebih baik. Langkah sederhana ini bisa membuat perbedaan besar dalam menjaga tubuh tetap sehat dan mencegah komplikasi yang lebih serius.
5. Hipertensi
Tekanan darah tinggi (hipertensi) terjadi ketika darah mengalir di dalam pembuluh darah dengan tekanan yang lebih besar dari normal. Ukuran tubuh yang besar bisa membuat tekanan darah naik karena jantung harus bekerja lebih keras memompa darah ke seluruh sel tubuh. Selain itu, timbunan lemak berlebih juga bisa merusak ginjal, organ penting yang berperan mengatur tekanan darah.
Tekanan darah tinggi bisa membebani kerja jantung, merusak pembuluh darah, dan meningkatkan risiko serangan jantung, stroke, penyakit ginjal, bahkan kematian. Menurunkan berat badan hingga mencapai rentang indeks massa tubuh (IMT) yang sehat bisa membantu menurunkan tekanan darah tinggi, sekaligus mencegah atau mengendalikan masalah kesehatan lain yang terkait.
6. Risiko beberapa kanker lebih tinggi

Lemak berlebih di tubuh itu "aktif" dan bisa mengirimkan sinyal ke berbagai bagian tubuh. Sinyal inilah yang dapat memerintahkan sel-sel tubuh untuk terus membelah, dan di sinilah risiko kanker bisa muncul.
Sinyal yang dilepaskan oleh sel-sel lemak bisa memengaruhi beberapa hal penting:
Hormon pertumbuhan: Lemak tubuh yang berlebihan bisa membuat kadar hormon pertumbuhan meningkat. Ketika hormon ini terlalu banyak, sel-sel tubuh "didorong" untuk lebih sering membelah diri. Makin sering sel membelah, makin besar pula peluang sel kanker terbentuk.
Peradangan: Sistem imun akan mengirimkan sel-sel kekebalan ke bagian tubuh yang memiliki banyak sel lemak. Hal ini bisa memicu peradangan. Peradangan membuat sel membelah lebih cepat, dan jika terjadi terus-menerus dalam jangka panjang, risiko kanker pun meningkat.
Hormon seks: Setelah menopause, sel-sel lemak menjadi "pabrik kecil" penghasil hormon estrogen. Hormon ini dapat memicu sel-sel di payudara dan rahim untuk membelah lebih sering. Akibatnya, peluang sel-sel abnormal berkembang menjadi kanker pun lebih tinggi.
Penelitian terus berjalan untuk memahami lebih banyak lagi jalur lain yang mungkin terlibat.
Laki-laki dengan berat badan berlebih atau obesitas berisiko lebih tinggi terkena kanker usus besar, rektum, dan prostat. Di antara perempuan dengan berat badan berlebih atau obesitas, kanker payudara, lapisan rahim, dan kandung empedu lebih umum.
Orang dewasa yang berat badannya berkurang seiring bertambahnya usia memiliki risiko lebih rendah terkena berbagai jenis kanker, termasuk kanker usus besar, ginjal, payudara, dan ovarium.
7. Penyakit hati berlemak
Penyakit hati berlemak muncul ketika lemak menumpuk di organ hati. Jika dibiarkan, penumpukan lemak ini bisa merusak hati secara serius, memicu sirosis, bahkan berujung pada gagal hati. Beberapa jenis penyakit hati berlemak yang sering terjadi adalah nonalcoholic fatty liver disease (NAFLD) dan nonalcoholic steatohepatitis (NASH).
NAFLD dan NASH paling sering dialami oleh orang yang kelebihan berat badan atau obesitas. Risiko juga meningkat pada orang yang punya resistansi insulin, kadar lemak darah yang tidak sehat, sindrom metabolik, diabetes tipe 2, atau faktor genetik tertentu.
Kalau kamu punya berat badan berlebih, menurunkan setidaknya 3–5 persen dari berat badanmu bisa membantu mengurangi penumpukan lemak di hati. Langkah kecil ini bisa membawa dampak besar untuk menjaga fungsi hati tetap sehat.
8. Penyakit pada kantong empedu dan pankreas
Kelebihan berat badan dan obesitas dapat meningkatkan risiko kamu terkena penyakit kantong empedu, seperti batu empedu dan kolesistitis.
Orang yang obesitas mungkin memiliki kadar kolesterol yang lebih tinggi dalam empedunya, yang dapat menyebabkan batu empedu. Mereka mungkin juga memiliki kantong empedu yang besar dan tidak berfungsi dengan baik.
Memiliki banyak lemak di sekitar pinggang dapat meningkatkan risiko kamu terkena batu empedu. Namun, menurunkan berat badan dengan cepat juga meningkatkan risiko. Jika kamu mengalami obesitas, bicarakan dengan dokter tentang cara menurunkan berat badan dengan aman.
Obesitas juga dapat memengaruhi pankreas, kelenjar besar di belakang lambung yang memproduksi insulin dan enzim untuk membantu kamu mencerna makanan. Orang yang obesitas berisiko lebih tinggi terkena peradangan pankreas (pankreatitis). Kadar lemak yang tinggi dalam darah juga dapat meningkatkan risiko pankreatitis. Risiko pankreatitis dapat diturunkan dengan pola makan sehat dan rendah lemak.
9. Masalah kesehatan mental

Obesitas juga dapat memengaruhi kesehatan mental, sehingga meningkatkan risiko timbulnya:
Stres jangka panjang.
Masalah citra tubuh.
Harga diri rendah.
Depresi.
Gangguan makan.
Studi menunjukkan bahwa orang yang kelebihan berat badan atau obesitas juga cenderung menghadapi bias terkait berat badan di sekolah dan tempat kerja, yang dapat menyebabkan penurunan kualitas hidup jangka panjang. Menurunkan berat badan berlebih terbukti dapat meningkatkan citra tubuh dan harga diri serta mengurangi gejala depresi.
10. Penyakit asam urat (gout)
Gout adalah salah satu jenis radang sendi (artritis) yang membuat sendi terasa nyeri dan bengkak. Penyakit ini muncul ketika di dalam sendi menumpuk kristal yang terbentuk dari zat bernama asam urat.
Beberapa faktor bisa meningkatkan risiko gout, seperti obesitas, jenis kelamin (laki-laki lebih berisiko), tekanan darah tinggi, dan kebiasaan makan makanan tinggi purin. Makanan tinggi purin contohnya daging merah, jeroan, dan ikan teri.
Gout umumnya diobati dengan obat-obatan. Namun, menurunkan berat badan juga bisa membantu mencegah kekambuhan dan mengurangi gejala.
11. Osteoartritis
Osteoartritis adalah masalah kesehatan yang cukup umum dan bersifat jangka panjang. Penyakit ini membuat sendi terasa nyeri, bengkak, kaku, dan pergerakannya jadi terbatas. Obesitas termasuk salah satu faktor risiko terbesar untuk osteoartritis, terutama di bagian lutut, pinggul, dan pergelangan kaki.
Berat badan berlebih menambah beban pada sendi dan tulang rawan. Tekanan ekstra inilah yang membuat risiko osteoartritis meningkat. Selain itu, lemak tubuh yang berlebih juga bisa memicu peradangan karena kadar zat-zat pemicu radang dalam darah ikut naik. Sendi yang meradang lama-kelamaan lebih rentan terserang osteoartritis.
Kalau kamu punya berat badan berlebih, menurunkan berat badan bisa membantu mengurangi tekanan pada lutut, pinggul, dan punggung bagian bawah, sekaligus menekan peradangan di tubuh. Jika sudah terkena osteoartritis, menurunkan berat badan dapat meringankan gejala nyeri. Penelitian juga menunjukkan bahwa olahraga adalah salah satu cara terbaik untuk membantu mengatasi osteoartritis. Dengan rutin bergerak, suasana hati bisa membaik, rasa sakit bisa berkurang, dan sendi pun lebih lentur.
12. Komplikasi kehamilan

Obesitas saat hamil bisa membuka pintu untuk berbagai masalah kesehatan yang cukup serius.
Salah satunya adalah hipertensi gestasional, yaitu tekanan darah tinggi yang muncul di paruh kedua kehamilan. Kondisi ini tidak boleh dianggap sepele karena bisa memicu komplikasi serius.
Ada juga risiko preeklamsia, bentuk hipertensi gestasional yang lebih berat. Biasanya muncul pada paruh akhir kehamilan atau sesaat setelah melahirkan. Preeklamsia bisa membuat ginjal dan hati gagal berfungsi. Dalam kasus yang jarang, bisa terjadi kejang, serangan jantung, atau stroke. Preeklamsia juga bisa menyebabkan masalah pada plasenta dan menghambat pertumbuhan janin.
Risiko lain adalah diabetes gestasional, yaitu kadar gula darah yang tinggi saat hamil. Kondisi ini bisa membuat bayi tumbuh terlalu besar, sehingga meningkatkan kemungkinan harus melahirkan lewat operasi caesar. Ibu yang pernah mengalami diabetes gestasional juga berisiko lebih tinggi terkena diabetes di kemudian hari, dan risiko ini juga bisa menurun ke anaknya.
Obesitas saat hamil juga bisa memicu obstructive sleep apnea, yaitu gangguan tidur ketika napas berhenti sejenak berulang kali. Sleep apnea membuat ibu hamil cepat lelah dan dapat meningkatkan risiko tekanan darah tinggi, preeklamsia, serta masalah pada jantung dan paru-paru.
Memiliki berat badan berlebih menimbulkan berbagai risiko kesehatan sehingga tidak boleh disepelekan. Mari mulai rutin berolahraga dan terapkan pola makan sehat bergizi seimbang untuk mencapai dan mempertahankan berat badan sehat, sehingga kita terlindungi dari obesitas dan berbagai bahayanya.
Referensi
"Health Risks Linked to Obesity." WebMD. Diakses Juli 2025.
"The Asia Pacific Perspective, Redefining Obesity and HS Treatment (PDF)." International Association for the Study of Obesity (IASO) and the International Obesity Task Force, 2000. Diakses Juli 2025.
"Health Risks of Overweight & Obesity." National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases. Diakses Juli 2025.
"How Does Weight Affect Your Heart?" Brown University Health. Diakses Juli 2025.
"Health Risks Linked to Obesity." WebMD. Diakses Juli 2025.
"How does obesity cause cancer?" Cancer Research UK. Diakses Juli 2025.
"Obesity and Pregnancy." American College of Obstetricians and Gynecologists. Diakses Juli 2025.