Studi: Paparan Polusi Udara Bikin Kualitas Sperma Jelek

Tidak hanya merusak pernapasan, tetapi reproduksi juga!?

Hingga saat ini, polusi udara masih menjadi salah satu musuh utama manusia. Polusi udara diduga menjadi salah satu penyebab penurunan angka harapan hidup dan kualitas hidup manusia.

Bukan cuma pernapasan, polusi udara ternyata memiliki dampak negatif pada area tubuh lainnya. Sebuah penelitian terbaru menyerukan peringatan baru akan penurunan kualitas reproduksi laki-laki akibat paparan polusi udara. Simak fakta selengkapnya berikut ini!

1. Studi melibatkan lebih dari 30.000 partisipan laki-laki

Dimuat dalam jurnal JAMA Network Open pada 17 Februari 2021, para peneliti dari China bermaksud meneliti apakah ukuran polutan udara memengaruhi kualitas sperma. Sementara polutan udara sering dikaitkan dengan buruknya sperma, hasil penelitian sering kali tidak konsisten.

Oleh karena itu, penelitian bertajuk "Association of Exposure to Particulate Matter Air Pollution With Semen Quality Among Men in China" merekrut 33.876 partisipan laki-laki dengan usia rata-rata 34 tahun dari 340 kota di China yang istrinya tengah hamil dengan bantuan teknologi, selama tahun 2013–2019.

2. Pengukuran polusi udara

Studi: Paparan Polusi Udara Bikin Kualitas Sperma Jelekilustrasi polusi udara di China (fortune.com)

Penelitian yang dipimpin oleh Tongji University di Shanghai, China, ini lalu meneliti kadar polutan udara, tepatnya PM2,5 dan PM10. Data ini didapat dari National Urban Air Quality Real-Time Publishing Platform di bawah naungan China National Environment Monitoring Center.

Paparan PM2,5, PM10, dan PM2.5–10 (selisih paparan PM2,5 harian dan PM10 harian) diteliti selama periode perkembangan sperma. Ini termasuk tiga periode kunci perkembangan sperma, yaitu penyimpanan epididimis (0–9 hari sebelum ejakulasi), perkembangan motilitas sperma (10–14 hari), dan spermatogenesis (70–90 hari).

Selain PM2,5 dan PM10, para peneliti juga meneliti empat polutan udara yang umum lainnya, seperti:

  • Nitrogen dioksida
  • Sulfur dioksida
  • Karbon monoksida
  • Ozon

Untuk menyesuaikan faktor cuaca, para peneliti juga mengumpulkan data rata-rata suhu udara dan kelembapan dari China Meteorological Data Sharing Service System.

Baca Juga: Gak Benar, 6 Hoaks soal Sperma yang Masih Dipercaya

3. Hasil: Paparan PM2,5 paling memengaruhi kualitas dan motilitas sperma

Para peneliti menemukan bahwa para partisipan terpapar polutan PM2.5 dalam jumlah besar 46.05 mikrogram/meter kubik. Sementara penelitian ini tidak menemukan hubungan "signifikan" antara pajanan PM dan kualitas sperma, para peneliti menemukan makin tinggi tingkat paparan PM, makin rendah total dan motilitas sperma.

Dari motilitas sperma total, peningkatan PM2,5 menyebabkan pengurangan hingga 3,60 persen dan peningkatan PM10 berarti pengurangan hingga 2,44 persen. Senada, peningkatan paparan PM2,5 dan PM10 mengurangi progresif sperma masing-masing 1,87 dan 1,05 persen.

4. Mekanisme biologis yang masih abu-abu

Motilitas sperma diyakini jadi penyebab infertilitas pada laki-laki. Para peneliti menduga bahwa pajanan polutan udara saat spermatogenesis memengaruhi motilitas sperma. Mengutip penelitian sebelumnya, paparan polusi udara mengganggu sintesis protein yang diperlukan untuk motilitas sperma.

Kemudian, beda ukuran PM, beda juga dampaknya terhadap sperma. PM2,5 terlihat lebih membahayakan dibanding PM10 karena lebih dari 50 persen massa PM10 terdiri juga dari PM2,5. Oleh karena itu, bahkan efek PM10 terhadap motilitas sperma juga dipicu oleh PM2,5.

"Temuan kami menunjukkan bahwa ukuran PM yang lebih kecil (PM2,5) lebih berbahaya dibanding PM yang lebih besar (PM10) dalam memicu motilitas sperma yang buruk," tulis para peneliti.

Sementara mekanisme biologis yang menyebabkan berkurangnya motilitas sperma belum diketahui, para peneliti memiliki dugaan tersendiri. Baik PM2,5 dan PM10 memicu produksi oksigen reaktif berlebihan yang merusak sawar darah-testis, sehingga memengaruhi spermatogenesis dan mengurangi motilitas sperma.

Selain itu, paparan polusi udara menyebabkan inflamasi sistemik karena meningkatkan tingkat faktor nekrosis tumor (TNF) dan interleukin 1β yang dikaitkan dengan penurunan motilitas sperma. Oleh karena itu, stres oksidatif dan reaksi inflamasi olehn PM2,5 dan PM10 dikaitkan dengan penurunan motilitas sperma.

5. Kekurangan dan kesimpulan dalam studi

Studi: Paparan Polusi Udara Bikin Kualitas Sperma Jelekilustrasi polusi udara karena asap kendaraan bermotor (unsplash.com/Adrian Pranata)

Para peneliti mencatat beberapa kekurangan dalam studi. Pertama, pemantauan polusi mungkin kurang akurat. Sementara faktor cuaca telah disesuaikan, para peneliti melewatkan beberapa faktor seperti pola makan, kondisi fisik, dan paparan polutan lainnya yang dapat memengaruhi.

"Karena kurangnya data, kami tak mampu menelusuri efek paparan PM terhadap morfologi sperma," tulis para peneliti.

Sementara mekanisme biologisnya masih harus ditelusuri, para peneliti yakin bahwa pajanan polusi udara selama spermatogenesis bisa memengaruhi kualitas dan motilitas sperma. Oleh karena itu, penting untuk mengurangi paparan partikulat polusi udara di kalangan laki-laki di usia reproduksi aktif.

Baca Juga: Donasi Sperma Diambil dari Jasad Wafat, Apakah Wajar dan Manusiawi?

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya