Pentingnya Deteksi Dini Penyakit Jantung, Bisa dengan Biomarker

Agar tidak menyesal di kemudian hari

Penyakit kardiovaskular masih menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Bahkan, di tengah pandemik COVID-19, tiap tahunnya, Kementerian Kesehatan RI mencatat lebih dari 17,3 juta kematian karena penyakit kardiovaskular. Penurunan mobilitas di tengah pandemik diduga menjadi penyebabnya.

Selain memelihara gaya hidup sehat, deteksi dan diagnosis yang tepat sasaran dapat mengurangi risiko penyakit kardiovaskular. Inilah yang dibahas dalam webinar "Deteksi Dini Jantung: Apakah Mungkin?" oleh Siloam Lippo Village dan PT Roche Indonesia pada Kamis (18/11/2021). Mari simak selengkapnya!

1. Jenis-jenis penyakit jantung

Pentingnya Deteksi Dini Penyakit Jantung, Bisa dengan Biomarkerilustrasi penyakit jantung (freepik.com/shayne_ch13)

Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah di Siloam Hospital Lippo Village, Dr. dr. Antonia A Lukito, SpJP(K), FIHA, FAPSIC, FAsCC, FSCAI, menjelaskan bahwa penyakit jantung tidak selalu serangan jantung koroner. Penyakit jantung bisa terdiri dari:

  • Aterosklerosis (penyebab serangan jantung koroner)
  • Penyakit katup jantung
  • Infeksi jantung
  • Aritmia jantung
  • Gagal jantung

Menurut Dr. Antonia, semua penyakit jantung ini sama-sama berbahaya jika tidak dideteksi dini dan tidak diobati sebagaimana semestinya.

2. Gejala peringatan serangan jantung

Pentingnya Deteksi Dini Penyakit Jantung, Bisa dengan Biomarkerilustrasi jantung (healthline.com)

Dijabarkan oleh Dr. Antonia bahwa ada beberapa gejala yang merupakan "kode merah" untuk serangan jantung. Gejala-gejala peringatan tersebut adalah:

  • Pusing atau kliyengan
  • Lemas karena jantung tak mencukupi kebutuhan oksigen tubuh
  • Cepat lelah hingga tak bisa beraktivitas normal
  • Kaki bengkak karena penumpukan cairan
  • Sensasi akan pingsan yang repetitif
  • Rasa mual, kembung, dan muntah padahal tidak ada riwayat maag
  • Napas tak lega saat aktivitas ringan
  • Sesak napas hingga tak mampu tidur telentang
  • Keringat dingin dan deras (butir keringat sebesar biji jagung hingga basah kuyup)

Akan tetapi, ia mengatakan kalau yang paling berbahaya adalah tanpa gejala atau silent killer. Faktanya, 50 persen pasien serangan jantung hingga meninggal mendadak tidak menunjukkan gejala sama sekali.

"Itulah gunanya deteksi dini, tanpa harus menunggu gejala peringatan lagi," kata dokter yang sekaligus Kepala Departemen Jantung dan Pembuluh Darah di Universitas Pelita Harapan (UPH) ini.

3. Faktor risiko dan komplikasi penyakit jantung

Pentingnya Deteksi Dini Penyakit Jantung, Bisa dengan Biomarkerilustrasi malas gerak (istockphoto.com/LumiNola)

Lalu, apa saja faktor yang dapat memperbesar risiko penyakit jantung? Dikatakan oleh Dr. Antonia, faktor-faktor risiko tersebut antara lain:

  • Kebiasaan merokok
  • Kadar kolesterol tinggi
  • Kencing manis atau diabetes
  • Tekanan darah tinggi atau hipertensi
  • Infeksi otot jantung atau miokarditis
  • Kegemukan atau obesitas
  • Gaya hidup sedenter atau mager

Ia juga menyoroti perilaku sedenter yang makin marak saat pandemik COVID-19. Dengan kebiasaan kerja atau belajar dari rumah, banyak orang yang lebih banyak menghabiskan waktunya untuk duduk.

"Sepanjang waktu, kita lebih banyak duduk sambil bekerja, dari pagi ketemu pagi lagi," kata Dr. Antonia.

Pentingnya Deteksi Dini Penyakit Jantung, Bisa dengan Biomarkerilustrasi penyakit jantung (pexels.com/freestocks.org)

Itulah beberapa faktor risiko yang menjadi cikal bakal dari semua gangguan jantung. Ada beberapa faktor risiko yang bisa diubah. Jika tidak disesuaikan, maka akan terjadi beberapa komplikasi, yaitu:

  • Penyakit jantung koroner
  • Penyakit pembuluh aorta
  • Gagal jantung
  • Peradangan lapisan jantung atau perikarditis
  • Pelemahan otot jantung untuk memompa darah atau kardiomiopati
  • Penyakit katup jantung
  • Gangguan irama jantung atau aritmia
  • Gangguan pada pembuluh di bagian bawah tubuh atau penyakit vaskular perifer (PVD)

4. Mengenal gagal jantung secara umum

Pentingnya Deteksi Dini Penyakit Jantung, Bisa dengan Biomarkerilustrasi gagal jantung (pexels.com/RODNAE Productions)

Beralih dari penyakit jantung koroner, Dr. Antonia kemudian membicarakan fenomena gagal jantung. Biasa disebut juga payah jantung atau lemah jantung, gagal jantung dapat mengurangi angka harapan hidup seseorang secara signifikan. Gejala gagal jantung antara lain:

  • Tidur tidak bisa telentang, tidak cukup dengan satu bantal atau harus dengan bantal tinggi, dan tidur bersandar di atas meja.
  • Pembengkakan pada kaki atau perut akibat penumpukan cairan.
  • Cepat lelah (tidak sanggup berjalan jauh atau memanjat tangga) dan disertai oleh sesak napas dan jantung berdebar kencang.

Pembengkakan pada gagal jantung dapat terlihat di tungkai kaki atau perut. Jika di perut, maka pasien bisa mengalami sesak napas dan tidak bisa masuk makanan lagi. Ini karena perut sudah penuh dengan air.

Selain itu, pasien tidak mengalami sesak saat berdiri. Namun, saat ingin tidur pada malam hari, pasien merasa pengap hingga harus cepat telentang dan duduk pada tengah malam. Mengapa bisa begitu?

Pentingnya Deteksi Dini Penyakit Jantung, Bisa dengan Biomarkerilustrasi kesehatan jantung (everydayhealth.com)

Dokter Antonia menjelaskan bahwa saat berdiri, volume cairan tubuh terkumpul di tungkai kaki karena mengikuti gaya gravitasi sehingga pasien tidak merasa sesak. Namun, saat tidur, tubuh jadi sejajar dan tidak terpengaruh gaya gravitasi. Akibatnya, cairan dari tungkai kaki sontak kembali ke jantung.

"Bagi jantung yang sudah lemah, ini bagaikan tsunami. Ibarat ombak cairan yang sekonyong-konyong menyerang jantung," Dr. Antonia menggambarkan.

Untuk pasien yang belum tahu menderita lemah jantung atau sudah terdiagnosis gagal jantung dan minum obat dan sudah hilang tetapi kambuh lagi, Dr. Antonia menyarankan untuk menghubungi dokter sesegera mungkin.

5. Kondisi-kondisi yang bisa menyebabkan gagal jantung

Pentingnya Deteksi Dini Penyakit Jantung, Bisa dengan Biomarkerilustrasi gagal jantung (freepik.com/jcomp)

Gagal jantung amat perlu diwaspadai karena gejalanya tidak selalu terlihat. Alhasil, banyak orang yang "kecolongan". Ada beberapa kondisi yang dapat berujung pada gagal jantung, yang bisa termasuk:

  • Hipertensi
  • Kardiomiopati
  • Kondisi jantung bawaan
  • Aritmia
  • Serangan jantung
  • Penyakit katup jantung

Baca Juga: Serangan Jantung: Penyebab, Gejala, Pengobatan, Pencegahan

6. Obesitas, salah satu masalah utama yang menyerang ibu rumah tangga di Tanah Air

Pentingnya Deteksi Dini Penyakit Jantung, Bisa dengan Biomarkerilustrasi timbangan (pexels.com/Pixabay)

Angka obesitas di Indonesia cukup tinggi, yaitu 13 persen. Fenomena ini ternyata makin marak ditemukan pada kelompok ibu rumah tangga.

"Waspadalah bagi para ibu rumah tangga. Kejadian obesitasnya tinggi, mencapai 17-18 persen. Artinya, dari lima ibu rumah tangga, ada satu yang sudah mulai obesitas," kata Dr. Antonia.

Sebagai salah satu faktor risiko, obesitas dapat menyebabkan gagal jantung dengan berbagai cara. Obesitas dapat menyebabkan gangguan metabolisme gula, kolesterol, hipertensi, gangguan ginjal, pankreas, asam urat, hingga mendengkur.

"Pada akhirnya, ini semua berakibat pada gagal jantung."

7. Biomarker, cara modern untuk deteksi dini penyakit jantung

Pentingnya Deteksi Dini Penyakit Jantung, Bisa dengan Biomarkerilustrasi tes darah (freepik.com/freepik)

Di masa kini, sudah ada berbagai inovasi pemeriksaan kardiovaskular. Salah satunya adalah penanda biokimia atau biomarker. Pemeriksaan biomarker biasanya dilakukan melalui tes darah laboratorium. Kenapa harus tes ini? Kata Dr. Antonia, biomarker memiliki keuntungan seperti:

  • Lebih akurat
  • Dapat menilai intensitas risiko dan memandu terapi pasien kardiovaskular
  • Memprediksi prognosis pada pasien kardiovaskular

Berkilas balik, Dr. Antonia menceritakan lini masa biomarker yang dipakai dari waktu ke waktu berikut dengan karakteristiknya:

  • 1960: diagnosis berdasarkan nyeri dada dan ekokardiografi (EKG)
  • Pertengahan 1960: SGOT/SGPT, hasil keluar dengan kurun waktu 3 hari 
  • 1970: CK dan LDH, hasil keluar dengan kurun waktu 6-8 jam, tetapi kerusakan tak terbendung
  • Pertengahan 1970: Mioglobin. Sensitif, tetapi kurang spesifik
  • 1980: CKMB, hasil keluar dengan kurun waktu 4 jam
  • 1990: troponin, hasil keluar dengan kurun waktu 3 jam

8. hs-Troponin dan NT-proBNP, biomarker terdepan untuk deteksi dini gagal jantung

Pentingnya Deteksi Dini Penyakit Jantung, Bisa dengan Biomarkerilustrasi sampel darah (freepik.com/rawpixel.com)

Dari tahun 2010 hingga saat ini, Dr. Antonia mengatakan bahwa biomarker yang digunakan adalah high sensitivity Troponin (hs-Troponin). Biasanya, hs-Tropinin digunakan untuk menakar kerusakan otot jantung di tingkat mikroskopis.

"[hs-Troponin] dapat membantu kita melihat apakah ada kerusakan otot jantung secara cepat," kata Dr. Antonia.

Pemeriksaan ini akan membantu dokter melihat kerusakan otot jantung pada pasien bahkan sebelum timbulnya gejala atau saat gejala gangguan jantung tidak jelas dan menyerupai gejala-gejala lain.

Pentingnya Deteksi Dini Penyakit Jantung, Bisa dengan Biomarkerilustrasi tes darah (hopkinsmedicine.org)

Selain hs-Troponin, biomarker lain untuk mendeteksi dan memonitor gagal jantung adalah NT-proBNP. NT-proBNP sendiri adalah hormon yang dihasilkan oleh jantung saat berada dalam posisi teregang. Posisi ini dapat terjadi akibat tekanan jantung melebihi batas wajar atau kelebihan cairan di dalam jantung.

Jika jumlah cairan dalam jantung normal, maka NT-proBNP akan ikut normal (kurang dari 125 pg/mL). Namun, saat gagal jantung dan cairan berlebih, maka NT-proBNP akan ikut naik. Hal ini dapat membantu dokter untuk menyesuaikan pengobatan dan memantau keadaan pasien.

"Setelah diberi obat oleh dokter, jika kondisi normal, maka kadar NT-proBNP juga akan ikut turun. Namun, jika pasiennya abai, tak diawasi, atau lansia (sehingga susah mengurus diri sendiri), maka NT-proBNP bisa meningkat atau kondisi semakin memburuk," Dr. Antonia menjelaskan.

Pentingnya Deteksi Dini Penyakit Jantung, Bisa dengan Biomarkerilustrasi segelas air (pixabay.com/Baudolino)

Banyak orang yang menganggap kalau minum banyak, maka dapat melindungi ginjal. Tidak sepenuhnya benar, Dr. Antonia justru mengingatkan bahwa untuk pasien jantung, kebiasaan tersebut malah menambah kerja jantung, sehingga risiko gagal jantung makin besar dan angka NT-proBNP naik.

Oleh karena itu, banyak dokter jantung menyarankan pasien penyakit jantung tertentu (terutama gagal jantung) untuk tidak minum cairan atau mengonsumsi cairan dari buah atau sup terlalu banyak. Cukup dengan jumlah yang dianjurkan.

9. Deteksi dini gagal jantung

Pentingnya Deteksi Dini Penyakit Jantung, Bisa dengan Biomarkerilustrasi kesehatan jantung (freepik.com/pressfoto)

Deteksi dini penyakit jantung amat disarankan sebelum terlambat dan menyesal di kemudian hari. Untuk saat ini, deteksi dini jantung umumnya menggunakan USG jantung atau ekokardiografi (EKG).

Lalu, sebagai dasar terapi atau untuk melihat kemajuan terapi, maka biomarker hs-Troponin atau NT-proBNP digunakan untuk gagal jantung. Kemudian, pasien biasanya menjalani CT scan untuk memindai arteri koroner atau MRI untuk melihat otot jantung.

10. Penanganan kardiovaskular perlu lintas disiplin ilmu

Pentingnya Deteksi Dini Penyakit Jantung, Bisa dengan Biomarkerilustrasi tim dokter (freepik.com/gpointstudio)

Untuk menangani pasien gagal jantung, Dr. Antonia menekankan bahwa dokter tidak seharusnya bekerja sendiri. Pengawasan harus dilakukan oleh tim dan keluarga. Keluarga bertugas untuk mendukung pasien agar bisa beradaptasi ke gaya hidup sehat. Tim dokter juga berasal dari lintas bidang.

Tim dokter gagal jantung tersebut bertugas untuk mencegah kambuhnya gejala pada pasien, mengurangi frekuensi rawat inap, dan mencegah perburukan gejala. Ini karena setiap kambuh, maka angka harapan hidup pasien dapat terus berkurang. Maka dari itu, pasien gagal jantung disarankan untuk rutin minum obat dan berkonsultasi ke klinik gagal jantung terpadu.

11. Langkah pencegahan penyakit kardiovaskular

Pentingnya Deteksi Dini Penyakit Jantung, Bisa dengan Biomarkerilustrasi kesehatan jantung (diabetes.co.uk)

Pencegahan selalu lebih baik daripada pengobatan. Oleh karena itu, Dr. Antonia memberikan lima kiat sederhana untuk mengurangi risiko penyakit kardiovaskular. Apa saja?

  • Aktif bergerak
  • Mengonsumsi diet nabati dan ikan
  • Mengonsumsi diet tinggi serat (untuk buah dan sayur, tidak dalam bentuk jus melainkan dalam bentuk padat)
  • Singkirkan makanan kemasan dan bergula
  • Pertahankan pikiran positif dan sehat

Pada akhirnya, masyarakat harus kenal betul berbagai macam rupa penyakit kardiovaskular. Dan, karena penyakit ini dapat berakibat fatal, pencegahan dan deteksi sejak dini amat disarankan.

"Deteksi dini penyakit jantung sangat penting, sama halnya dengan mematuhi anjuran dokter serta tetap disiplin dalam pengobatan," tandas Dr. Antonia.

Baca Juga: Studi: Rajin Minum Air Putih Cegah Gagal Jantung!

Topik:

  • Nurulia
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya