Polusi Udara Bisa Picu Serangan Jantung dalam 1 Jam? Ini Faktanya

Jangan terpapar polusi udara terlalu lama!

Bukan rahasia kalau polusi udara adalah salah satu masalah terbesar di dunia. Dengan perkembangan industri dan transportasi yang besar, salah satu konsekuensi yang dihadapi umat manusia adalah pekatnya polusi udara yang merugikan kesehatan.

Bahaya polusi udara terhadap manusia sudah banyak dibahas dan banyak lembaga yang tidak capek-capeknya memperingatkan tentang dampaknya terhadap kesehatan dan berbagai aspek lainnya. Bukan cuma pernapasan, ternyata penelitian terbaru mengkhawatirkan bahaya polusi udara terhadap penyakit jantung. Mari simak faktanya berikut ini!

1. Libatkan jutaan pasien dari ribuan rumah sakit

Polusi Udara Bisa Picu Serangan Jantung dalam 1 Jam? Ini Faktanyailustrasi gangguan jantung (pexels.com/freestocks.org)

Paparan polusi udara sering dikaitkan dengan risiko rawat inap hingga kematian akibat sindrom koroner akut atau acute coronary syndrome (ACS). Akan tetapi, seberapa tinggi kadar polutan udara yang bisa memicu gejala kondisi ini masih jarang diperhatikan.

Dimuat dalam jurnal Circulation pada 22 April 2022 kemarin, penelitian bertajuk "Hourly Air Pollutants and Acute Coronary Syndrome Onset In 1.29 Million Patients" ini melibatkan 1.292.880 pasien ACS dari 2.239 rumah sakit di 318 kota China dari tahun 2015 sampai 2020. Selain itu, para peneliti juga meneliti polutan udara paling umum seperti:

  • PM2.5
  • PM2.5–PM10
  • Nitrogen dioksida (NO2)
  • Sulfur dioksida (SO2)
  • Karbon monoksida (CO)
  • Ozon (O3)

2. Hasil: Paparan polusi udara jangka pendek meningkatkan risiko masalah jantung

Selain ACS, para peneliti juga memantau gangguan jantung lainnya seperti ST-segment-elevation myocardial infarction, non-ST-segment-elevation myocardial infarction, dan unstable angina. Hasilnya, para peneliti menemukan hubungan antara PM2,5, NO2, SO2, dan CO serta munculnya ACS dan gangguan jantung lain tersebut.

Mengejutkannya, para peneliti menemukan bahwa hubungan antara polusi udara dan timbulnya gejala ACS terlihat paling kuat 1 jam saja setelah paparan polutan. Sekitar 15 sampai 29 jam setelahnya, hubungan terlihat berkurang.

"Dampak negatif polusi udara terhadap kesehatan kardiovaskular terekam jelas. Namun, kami terkejut bahwa efeknya bisa secepat ini," ujar salah satu peneliti dari Fudan University, Haidong Kan.

Baca Juga: Polusi Udara Pengaruhi Manfaat Olahraga? Ini Faktanya

3. NO2 adalah yang paling berbahaya

Para peneliti China menemukan bahwa seluruh polutan memiliki efek yang serupa dalam memicu ACS dan penyakit jantung lainnya. Namun, dari segi keganasan, para peneliti menemukan bahwa NO2 adalah yang paling mampu memicu ACS dan gerombolannya.

Sementara itu, PM2.5–PM10 dan O3 tidak menunjukkan efek terhadap ACS dan penyakit jantung lainnya. Dari segi ranking, para peneliti mengatakan bahwa yang paling berbahaya adalah:

  1. NO2
  2. PM2,5
  3. CO
  4. SO2

Dari segi partisipan, para peneliti menemukan bahwa partisipan berusia di atas 65 tahun adalah yang paling berisiko setelah terkena polutan udara, meskipun tidak memiliki riwayat merokok atau penyakit jantung dan pernapasan kronis. Selain itu, faktor cuaca dingin juga memengaruhi keparahan efek polusi udara tersebut.

4. Memperketat standar kualitas udara dunia

Polusi Udara Bisa Picu Serangan Jantung dalam 1 Jam? Ini FaktanyaPerbandingan perubahan standar kualitas udara AQG 2005 dan 2021. (who.int)

Dalam pernyataan resminya, Haidong mengatakan bahwa studi ini menjadi bukti bahwa efek polusi udara terhadap kesehatan kardiovaskular bukanlah isapan jempol. Oleh karena itu, ia meminta agar semua lapisan masyarakat bahu-membahu menyelesaikan masalah ini.

"Untuk pemangku kebijakan, temuan ini menekankan pentingnya memperketat standar kualitas udara, kendali polusi udara, dan respons kesehatan masyarakat yang lebih cepat," imbuh Haidong.

Pada September 2021 silam, Badan Kesehatan Dunia (WHO) akhirnya memperbarui pedoman kualitas udara globalnya setelah hampir dua dekade. Dengan pembaruan tersebut, WHO memperketat batas PM2,5 dan NO2. Meski begitu, tidak sedikit negara yang polusi udaranya masih di atas standar WHO.

5. Apa yang bisa dilakukan?

Menurut American Heart Association, studi ini adalah yang pertama meneliti hubungan antara polutan udara dengan penyakit jantung dalam hitungan jam. Sementara pemerintah tengah melakukan bagiannya, apa yang kita bisa lakukan untuk berlindung dari polusi udara? 

Di tengah pandemik COVID-19, praktik memakai masker berlapis untuk mencegah SARS-CoV-2 juga membantu melindungi dari polusi udara. Selain itu, terus memantau kualitas udara lewat berbagai indeks bisa membantu. Saat kualitas udara sedang tidak baik, diharapkan untuk tetap di rumah saja.

Studi ini memang dilakukan di Negeri Tirai Bambu yang terkenal akan kualitas udaranya yang kurang memadai. Akan tetapi, polusi udara tak memandang negara, dan Haidong mengatakan bahwa temuan ini bisa berlaku di seluruh dunia.

Baca Juga: Setelah 16 Tahun, WHO Rilis Pedoman Kualitas Udara Baru

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya