Studi: Rutin Olahraga Berpotensi Cegah COVID-19 Parah

Targetkan olahraga intensitas ringan 150 menit per minggu

Olahraga adalah bagian dari gaya hidup sehat. Selama masa pandemik COVID-19, kebiasaan olahraga ikut meningkat seiring bertambahnya kesadaran akan menjaga kesehatan.

Selain bisa membuat lebih sehat, bukan rahasia kalau olahraga bisa mencegah berbagai macam penyakit. Salah satunya adalah infeksi SARS-CoV-2. Hal inilah yang dibuktikan sebuah studi terbaru. Mari simak fakta selengkapnya berikut ini!

1. Libatkan data jutaan orang

Studi: Rutin Olahraga Berpotensi Cegah COVID-19 Parahilustrasi olahraga (unsplash.com/Alexander Redl)

Dimuat dalam British Journal of Sports Medicine pada 22 Agustus 2022, sebuah penelitian terbaru di Spanyol bermaksud mencari tahu hubungan antara aktivitas fisik dengan risiko keparahan COVID-19, terutama risiko rawat inap hingga kematian.

Penelitian ini mengumpulkan 4.093 studi dari berbagai penjuru dunia pada periode November 2019–Maret 2022. Setelah diseleksi lebih lanjut, sebanyak 16 studi dengan total 1.853.610 partisipan yang berusia rata-rata 53 tahun.

2. Hasil: Olahraga intensitas sedang selama 150 menit per minggu cegah COVID-19

Hasilnya pun sebenarnya tidak mengejutkan. Layaknya olahraga bisa mencegah penyakit lain, para peneliti juga menemukan bahwa olahraga bisa menekan risiko terkena COVID-19 hingga harus dirawat inap hingga meninggal dunia, dibanding mereka yang menjalani gaya hidup sedenter.

Secara spesifik, analisis ini menemukan bahwa partisipan yang melakukan aktivitas fisik memiliki risiko COVID-19 sebanyak 11 persen lebih rendah. Selain itu, bila terkena COVID-19, mereka yang melakukan aktivitas fisik secara rutin mengurangi risiko COVID-19 parah hingga 44 persen, rawat inap hingga 36 persen, dan kematian akibat COVID-19 hingga 43 persen.

Para peneliti menemukan bahwa target olahraga untuk mencegah COVID-19 paling optimal adalah 500-MET-min/week. Target ini bisa diterjemahkan menjadi 150 menit atau 2,5 jam olahraga intensitas ringan per minggu atau 75 menit olahraga intensitas berat per minggu.

Baca Juga: Studi: Olahraga Outdoor Cegah Depresi saat Pandemik COVID-19

3. Pembuktian dari studi sebelumnya

Studi: Rutin Olahraga Berpotensi Cegah COVID-19 Parahilustrasi olahraga (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Temuan para peneliti Spanyol ini sekaligus menjadi pembuktian dari berbagai studi lampau mengenai manfaat olahraga terhadap COVID-19.

Sebuah studi pada April 2021 di Amerika Serikat yang melibatkan lebih dari 48.000 partisipan menemukan bahwa mereka yang jarang olahraga lebih berisiko terkena COVID-19 parah sampai wafat. Menurut studi tersebut, mereka yang memenuhi standar olahraga adalah mereka yang berolahraga minimal 150 menit per minggu.

Hal yang sama juga dibuktikan dalam penelitian di Inggris yang dimuat dalam jurnal Sports Medicine pada April 2021. Melibatkan lebih dari 500.000 partisipan, studi ini menunjukkan bahwa mereka yang berolahraga mengurangi risiko infeksi hingga 31 persen dan risiko kematian akibat COVID-19 sampai 37 persen.

4. Mengapa olahraga bisa menekan risiko COVID-19?

Salah satu peneliti dan dosen terapi fisik University of Valencia di Spanyol, Dr. Yasmin Ezzatvar, menjelaskan alasan mengapa olahraga bisa dikaitkan dengan risiko keparahan COVID-19 yang lebih rendah. Baginya, manfaat aktivitas fisik sudah terbukti jelas bisa meningkatkan kesehatan, baik secara langsung maupun tidak langsung.

"Banyak bukti bahwa aktivitas fisik secara rutin berarti respons imun lebih efektif, perlindungan yang lebih kuat terhadap infeksi, sehingga bisa menjelaskan hubungan antara konsistensi berolahraga serta risiko COVID-19," ujar Dr. Yasmin kepada Medical News Today.

Bersama timnya, Dr. Yasmin mengakui bahwa penelitian ini penting sebagai pertimbangan kebijakan kesehatan masyarakat. Selain itu, olahraga bisa mengurangi risiko obesitas hingga hipertensi. Kedua kondisi tersebut diketahui meningkatkan risiko COVID-19 parah hingga kematian.

5. Studi selanjutnya sebagai pembuktian

Studi: Rutin Olahraga Berpotensi Cegah COVID-19 Parahilustrasi olahraga dengan dipandu personal trainer (unsplash.com/Jonathan Borba)

Meski menjanjikan, para peneliti Spanyol mencatat beberapa kelemahan dalam studi tersebut. Pertama, studi ini dilakukan terhadap varian B.1.351 (Beta) dan B.1.617.2 (Delta). Selain itu, banyak studi yang dianalisis menggunakan penilaian subjektif, seperti kuesioner yang dilaporkan mandiri.

Oleh karena itu, Dr. Yasmin berharap untuk melihat studi selanjutnya meneliti bagaimana pengaruh aktivitas fisik terhadap varian SARS-CoV-2 yang baru, terutama B.1.1.529 (Omicron) serta subvariannya. Selain itu, Dr. Yasmin ingin melihat manfaat olahraga dengan pertimbangan vaksinasi serta pengobatan COVID-19.

Dilansir Medical News Today, Dr. Yasmin dan beberapa peneliti Spanyol lainnya saat ini tengah meneliti dan membandingkan efek latihan kekuatan kontra perawatan standar terhadap pasien dengan gejala COVID-19 yang persisten, fenomena yang umumnya disebut long COVID.

"Jika berhasil, hipotesis kami adalah pengujian ini bisa jadi bukti bahwa latihan kekuatan memiliki potensi untuk pasien yang mengalami long COVID," tandas Dr. Yasmin.

Baca Juga: Olahraga saat Kualitas Udara Buruk Picu Penyakit Kardiovaskular

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya