Terapi Inframerah Bisa Jadi Solusi untuk Demensia? Ini Faktanya

Bisa mengobati dan mencegah untuk penurunan kognitif?

Seiring penuaan, kemampuan kemampuan kognitif, daya pikir, dan daya ingat mulai menurun. Sementara ini bisa dicegah atau diperlambat, penelitian terkini juga masih mencari solusi untuk mengobati penurunan kognitif terkait usia.

Nah, studi terbaru menemukan kalau terapi inframerah lewat teknologi bernama photobiomodulation (PBM) dapat membantu meningkatkan kemampuan kognitif pada kelompok lansia. Mari simak fakta selengkapnya!

1. Alat potensial tersebut adalah PBM

Terapi Inframerah Bisa Jadi Solusi untuk Demensia? Ini Faktanyailustrasi terapi inframerah (jathanandheather.com)

PBM adalah terapi cahaya yang menggunakan cahaya merah atau inframerah dekat (NIR) untuk memicu respons sel dan jaringan. Jenis terapi non-invasif ini juga mulai diteliti pada 1960-an atau saat laser baru-baru saja ditemukan. Saat itu, PBM digunakan untuk menyembuhkan luka dan mengurangi rasa sakit.

Karena menggunakan laser, PBM awalnya tidaklah sepraktis masa kini. Karena sekarang PBM menggunakan light-emitting diode (LED) sebagai ganti laser, teknologi PBM sudah tersedia untuk dipakai di rumah dengan harga yang lebih terjangkau.

Terapi Inframerah Bisa Jadi Solusi untuk Demensia? Ini Faktanyainframerah dan mitokondria (optimallivingdynamics.com)

PBM bekerja dengan memengaruhi struktur sel pada manusia. Mitokondria menghasilkan sebagian besar energi untuk sel agar dapat berfungsi dalam bentuk senyawa kimia yang disebut adenosina trifosfat (ATP).

Saat sel rusak, tingkat ATP menurun dan mengganggu metabolisme sel dan menghambat regenerasi. Masalahnya, rendahnya tingkat ATP umum ditemukan pada pasien demensia.

Dengan PBM, partikel cahaya foton memasuki tubuh dan berinteraksi dengan mitokondria. Jika panjang gelombang dan durasi paparan cahaya sesuai, maka tingkat ATP akan meningkat. Meningkatkan ATP inilah yang digadang-gadang dapat membantu memulihkan fungsi sel.

Baca Juga: Fakta Terapi Antibodi Monoklonal untuk Penanganan COVID-19

2. Penelitian ingin mencari hubungan PBM dengan peningkatan fungsi kognitif

Terapi Inframerah Bisa Jadi Solusi untuk Demensia? Ini Faktanyasalah satu peneliti dari Maculume Ltd., Dr. Gordon Dougal, dan alat PBM Cerebrolite (scitechdaily.com)

Dimuat dalam jurnal Photobiomodulation, Photomedicine, and Laser Surgery pada 18 Oktober 2021, sebuah riset di Inggris menguji terapi PBM rumahan bernama "Cerebrolite" untuk kesehatan kognitif.

Cerebrolite mengirimkan cahaya inframerah dari 14 lampu LED yang difokuskan ke tengkorak agar bisa masuk ke dalam otak. Dengan panjang gelombang antara 1.060-1.080 nanometer (nm), terapi PBM ini memberikan energi sebesar 1.368 joule ke tengkorak selama 6 menit.

Para peneliti Inggris merekrut 27 partisipan dari Spanyol dan Inggris dengan usia di atas 45 tahun dan menderita gangguan kognitif ringan. Para partisipan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok PBM (14 orang) dan plasebo (13 orang). Selama 28 hari, para peserta diminta untuk menggunakan Cerebrolite dua kali sehari dengan durasi 6 menit.

3. Hasil penelitian: PBM dapat meningkatkan kemampuan kognitif

Terapi Inframerah Bisa Jadi Solusi untuk Demensia? Ini FaktanyaPeneliti dari Durham University, Dr. Paul Chazot, dan Maculume Ltd., Dr. Gordon Dougal memperagakan Cerebrolite. (scitechdaily.com)

Setelah masa pengujian berakhir, para peneliti menguji kembali kemampuan kognitif 27 partisipan tersebut. Pada kelompok terapi PBM, para peneliti melihat peningkatan signifikan di atas kertas pada kategori:

  • Keseluruhan kinerja kognitif
  • Pemrosesan matematika, memori kerja
  • Kemampuan untuk mengulang memori atau delayed memory
  • Ketukan, fungsi motorik tangan kanan

Menariknya, para peneliti melihat bahwa kelompok plasebo menunjukkan penurunan kecepatan pemrosesan kognitif dan tak ada peningkatan pada keempat kategori sebelumnya.

Cerebrolite merangsang mitokondria untuk meningkatkan ATP. Selain itu, terapi PBM meningkatkan kadar nitrogen monoksida untuk meningkatkan fleksibilitas membran pelapis bagian dalam pembuluh darah. Dengan begitu, lebih banyak oksigen yang dapat mencapai otak.

"Terapi PBM berpotensi jadi pendekatan baru yang menjanjikan untuk meningkatkan memori pada individu paruh baya yang sehat," tulis para peneliti dalam kesimpulan.

4. Kekurangan studi tersebut

Terapi Inframerah Bisa Jadi Solusi untuk Demensia? Ini Faktanyailustrasi merawat pasien demensia (freepik.com/jcomp)

Perlu dicatat bahwa ini adalah studi pendahuluan (pilot), sehingga ada beberapa keterbatasan. Studi pendahuluan masih berskala kecil dan hanya untuk membuktikan kebenaran suatu proses sebelum melakukan eksperimen dengan skala yang lebih besar.

Dilansir Medical News Today, para peneliti mencatat bahwa skor awal dari kelompok PBM dan kelompok plasebo menunjukkan ketimpangan. Hal ini kemungkinan besar telah memengaruhi hasil.

Selain itu, jumlah partisipan pun minim, yaitu hanya 27 orang. Karena semua partisipan penelitian berada dalam keadaan sehat, klaim mengenai manfaat terapi PBM terhadap kelompok lain masih bersifat prematur.

Dengan demikian, masih banyak penelitian yang dibutuhkan untuk mengetahui apakah PBM bisa digunakan sebagai pengobatan hingga pencegahan untuk penurunan kognitif. Penelitian ini juga harusnya mencakup pemetaan bagian otak mana yang harus ditarget dan waktu pemakaian PBM agar manfaatnya optimal.

5. PBM harus lebih diteliti lagi

Terapi Inframerah Bisa Jadi Solusi untuk Demensia? Ini Faktanyailustrasi inframerah (pinterest.com)

PBM saat ini terlihat sebagai pengobatan non-invasif yang efektif dengan harga terjangkau untuk mengobati gangguan kognitif. Para peneliti mengutarakan potensi peningkatan memori dari terapi PBM. Lebih mengejutkannya lagi, ternyata PBM dapat merangsang fungsi motorik.

Oleh karena itu, selain gangguan kognitif seperti demensia atau Alzheimer, para peneliti berharap bisa menguji PBM untuk gangguan motorik seperti penyakit Parkinson. Namun, sebelum bergerak ke kemampuan motorik, para peneliti ingin menelusuri khasiat terapi PBM untuk penurunan kognitif dan manfaat jangka panjang lainnya.

Baca Juga: Terapi Plasma Konvalesen untuk COVID-19 Tidak Efektif? Ini Faktanya

Topik:

  • Nurulia
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya