TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Peluang Hidup Perempuan yang Mengalami Henti Jantung Lebih Rendah

Henti jantung sering dianggap sebagai penyakit laki-laki

ilustrasi perempuan mengalami henti jantung mendadak (freepik.com/8photo)

Henti jantung mendadak (sudden cardiac arrest) adalah kondisi ketika jantung berhenti berdetak dan tidak bekerja secara tiba-tiba, dan jantung tidak lagi memompa darah. Dalam beberapa menit, ini membuat organ dan seluruh tubuh berisiko mati. Ini merupakan kondisi darurat medis.

Menurut sebuah penelitian terbaru, perempuan memiliki tingkat kelangsungan hidup yang lebih rendah akibat henti jantung mendadak, sebagian karena orang-orang di sekitarnya lebih lambat dalam memberikan resusitasi jantung paru (RJP) kepada perempuan daripada laki-laki.

Disebutkan juga bahwa kunjungan perawatan primer secara substansial meningkat pada minggu-minggu sebelum henti jantung mendadak. Para ilmuwan percaya ini menunjukkan ada lebih banyak tanda peringatan henti jantung yang akan datang daripada yang diperkirakan sebelumnya. 

Melibatkan lebih dari 100.000 orang

Para peneliti mengumpulkan data dari 15 anggota European Society of Cardiology (ESCAPE-NET) untuk membuat basis data lebih dari 100.000 orang yang pernah mengalami korban henti jantung mendadak serta biobank dengan 10.000 sampel DNA.

Hanno Tan, pemimpin proyek ESCAPE-NET dan ahli jantung di University of Amsterdam Medical Center AMC di Belanda, berharap informasi ini dapat memberikan informasi bagi para peneliti untuk digunakan saat mempelajari henti jantung.

"Henti jantung mendadak adalah masalah kesehatan masyarakat yang mendesak yang sejauh ini sangat sulit dipecahkan, sebagian besar karena sulitnya mendapatkan data klinis dan sampel biologis yang terperinci," kata Tan dalam rilis pers, seperti dikutip Healthline.

“ESCAPE-NET telah membuat langkah-langkah penting dengan membangun basis data, biobank, dan basis pengetahuan yang dapat digunakan dalam penelitian selanjutnya untuk mengatasi masalah ini. Ini harus mempercepat pengumpulan pengetahuan tentang kondisi ini dan pada akhirnya mengurangi beban masyarakat akibat henti jantung mendadak.”

Baca Juga: Cara Resusitasi Jantung Paru atau CPR yang Benar, Wajib Tahu!

Sekilas tentang henti jantung mendadak

ilustrasi henti jantung mendadak (pexels.com/Engin Akyurt)

Dijelaskan dalam laman National Heart, Lung, and Blood Institute, henti jantung terjadi ketika jantung tiba-tiba dan tiba-tiba berhenti memompa. Jika ini terjadi, darah berhenti mengalir ke otak dan organ vital lainnya. Henti jantung disebabkan oleh jenis aritmia tertentu yang mencegah jantung memompa darah. Sembilan dari 10 orang yang mengalami henti jantung di luar rumah sakit meninggal, sering kali dalam hitungan menit.

Tanda-tanda henti jantung mendadak bersifat segera dan drastis. Dilansir Mayo Clinic, ini dapat meliputi:

  • Tiba-tiba tumbang.
  • Tidak ada denyut nadi.
  • Tidak bernapas.
  • Penurunan kesadaran.

Terkadang tanda dan gejala lain muncul sebelum henti jantung mendadak. Ini mungkin termasuk:

  • Ketidaknyamanan dada.
  • Sesak napas.
  • Kelemahan.
  • Detak jantung cepat, berdebar atau berdebar (palpitasi).

Akan tetapi, serangan jantung mendadak sering terjadi tanpa peringatan.

Penyebab utama henti jantung adalah fibrilasi ventrikel atau takikardia ventrikel, yang merupakan jenis aritmia.

Faktor risiko henti jantung pada perempuan

Henti jantung mendadak bukanlah serangan jantung, tetapi mengalami serangan jantung atau penyakit jantung meningkatkan risiko kamu mengalami henti jantung mendadak.

Faktor risiko henti jantung mendadak pada perempuan termasuk memiliki satu atau lebih dari kondisi berikut ini:

Jika seseorang mengalami henti jantung mendadak, RJP harus segera dilakukan. RJP, ketika sesegera mungkin dilakukan, dapat melipatgandakan peluang bertahan hidup.

Namun, banyak orang yang masih menganggap penyakit jantung, serangan jantung, dan henti jantung mendadak sebagai penyakit laki-laki. Padahal, 40 persen kasus henti jantung terjadi pada perempuan. Ada kemungkinan perempuan menunda pengobatan karena terlambat mengenali gejala atipikal.

Baca Juga: Mengapa Kerumunan Bisa Picu Henti Jantung? Ini Penjelasannya

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya