Sindrom Hepatopulmoner: Penyebab, Gejala, dan Pengobatan

Sering terjadi pada orang dengan penyakit hati kronis

Sindrom hepatopulmoner atau sindrom hepatopulmonal (hepatopulmonary syndrome) adalah salah satu komplikasi penyakit hati. Kondisi ini terjadi saat pembuluh darah di paru-paru membesar. Perluasan pembuluh darah ini bisa mengganggu kemampuan paru-paru untuk mentransfer oksigen ke seluruh darah merah, mengakibatkan kadar oksigen darah menjadi rendah (hipoksemia).

Hipoksemia bisa terjadi kalau kita tidak bisa menghirup cukup oksigen atau jika oksigen yang dihirup tidak bisa masuk ke darah. Aliran udara dan darah penting untuk memiliki cukup oksigen. Inilah sebainya mengapa penyakit paru-paru dan jantung sama-sama meningkatkan risiko hipoksemia. 

Dilansir Cleveland Clinic, sindrom hepatopulmoner menyebabkan sesak napas, yang memburuk seiring waktu. Ini bisa membaik saat berbaring datar dan memburuk dalam posisi tegak. Ini dapat menjadi sangat parah bahkan ketika istirahat. Proses perburukan bertahap ini dikenal sebagai gagal napas kronis.

Namun, ini bukan gagal sekaligus, tetapi pada akhirnya organ dan jaringan menjadi sangat kekurangan oksigen (disebut hipoksia). Ini merupakan kondisi berbahaya yang bisa menyebabkan kerusakan permanen pada otak dan jantung, yang jika tidak diobati bisa berakibat fatal. 

Untuk mengenal lebih jauh seputar sindrom hepatopulmoner, berikut deretan fakta medisnya yang perlu kamu ketahui.

1. Penyebab dan faktor risiko

Sindrom Hepatopulmoner: Penyebab, Gejala, dan Pengobatanilustrasi sindrom hepatopulmoner (freepik.com/kjpargeter)

Dilansir Healthline, sindrom hepatopulmoner disebabkan oleh pelebaran pembuluh darah di paru-paru penderitanya, yang mempersulit paru-paru untuk mentransfer oksigen ke sel darah merah.

Penyebab sindrom hepatopulmoner yang paling umum yaitu sirosis. Studi menunjukkan bahwa 5 hingga 32 persen orang dengan sirosis di pusat transplantasi hati memiliki sindrom hepatopulmoner.

Sirosis adalah jaringan parut pada hati yang disebabkan oleh penyakit atau kondisi hati kronis, seperti hepatitis atau penggunaan alkohol berlebihan. Namun, tidak ada penyebab spesifik sirosis yang dihubungkan dengan peningkatan kemungkinan berkembangnya sindrom hepatopulmoner. 

Dalam kasus yang jarang, sindrom hepatopulmoner bisa berkembang karena penyakit hati jangka pendek, seperti hepatitis akut atau gagal hati akut.

Dalam sebuah studi tahun 2020, anak-anak dengan atresia bilier mengembangkan sindrom hepatopulmoner lebih sering, dan pada usia yang lebih muda dibandingkan anak-anak dengan jenis penyakit hati kronis lainnya. 

Selain itu, biasanya sirosis hati menyebabkan hipertensi portal, yang dalam beberapa kasus menyebabkan sindrom hepatopulmoner. Lebih jarang, hipertensi portal karena penyebab lain seperti pembekuan darah juga bisa menyebabkan sindrom hepatopulmoner. 

Sindrom hepatopulmoner bisa berkembang pada orang dari semua kelompok usia, jenis kelamin, dan etnis. Namun, individu kulit putih lebih mungkin mengembangkannya. Selain itu, sindrom hepatopulmoner juga lebih sering terjadi pada perokok.

2. Gejala

Sindrom Hepatopulmoner: Penyebab, Gejala, dan Pengobatanilustrasi sesak napas (freepik.com/benzoix)

Gejala khas dari sindrom hepatopulmoner yaitu sesak napas yang parah, dilaporkan oleh sekitar 95 persen orang dengan kondisi ini. Selain itu, 82 persen mempunyai gejala penyakit hati sebelum mengembangkan gejala paru-paru.

Beberapa orang dengan sindrom hepatopulmoner juga mengalami platipnea, yaitu sesak napas yang memburuk ketika berdiri atau duduk tegak dan membaik ketika berbaring. Ini memengaruhi sebesar 88 persen pasien.

Gejala sindrom hepatopulmoner lainnya meliputi:

  • Spider angioma, yaitu pola "laba-laba" merah atau ungu pada kulit dari pembuluh darah yang melebar. 
  • Finger atau toe clubbing, yaitu pembesaran jari tangan atau kaki yang mengakibatkan kuku melengkung di ujung atas.
  • Sianosis, yaitu warna kebiruan pada bibir dan kulit.

Baca Juga: Sirosis: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Komplikasi, dan Pengobatan

3. Diagnosis

Sindrom Hepatopulmoner: Penyebab, Gejala, dan Pengobatanilustrasi berkonsultasi dengan dokter (freepik.com/pressfoto)

Dilansir Mayo Clinic, tes-tes berikut ini bisa membantu menentukan apakah pasien menderita sindrom hepatopulmoner atau tidak:

  • Oksimetri nadi: Sensor yang dipasang di jari atau telinga pasien, menggunakan cahaya untuk menentukan berapa banyak oksigen dalam darah pasiennya.
  • Pencitraan dada: Sinar-X, CT scan, atau pencitraan ekokardiogram bisa membantu mengesampingkan kondisi jantung atau paru-paru lainnya.

4. Pengobatan

Sindrom Hepatopulmoner: Penyebab, Gejala, dan Pengobatanilustrasi prosedur transplantasi hati (freepik.com/freestockcenter)

Terapi oksigen kemungkinan direkomendasikan jika pasien mengalami hiposekmia berat, umumnya hingga pasien bisa menjalani transplantasi hati. 

Transplantasi hati merupakan satu-satunya terapi efektif yang diketahui untuk sindrom hepatopulmoner. Ini biasanya mengarah pada peningkatan oksigenasi yang signifikan dalam waktu 1 tahun sesudah transplantasi.

Dilansir Healthline, sekitar 80–85 persen pasien dengan sindrom hepatopulmoner yang menjalani transplantasi hati merasakan perbaikan pada kondisinya.

Sesudah transplantasi hati berhasil, maka vasodilatasi di paru-paru dan hiposekmia mulai pulih. Perlu waktu antara 6–12 bulan agar fungsi paru-paru bisa kembali normal. Namun, tidak semua pasien dengan sindrom hepatopulmoner memenuhi syarat untuk transplantasi hati, dan mereka yang akan melakukan transplantasi karena telah memenuhi syarat sering kali harus menunggu. Pengobatan ini bisa berpacu dengan waktu.

5. Prognosis

Sindrom Hepatopulmoner: Penyebab, Gejala, dan Pengobatanilustrasi sesak napas (freepik.com/freepik)

Berapa lama pasien dapat hidup dengan sindrom hepatopulmoner tergantung pada banyak variabel, termasuk seberapa lanjut penyakit hati yang dimiliki, kesehatan secara kesuluruhan, dan kondisi lainnya.

Dilansir Cleveland Clinic, pasien dengan penyakit sirosis yang tidak memiliki sindrom hepatopulmoner memiliki harapan hidup rata-rata 7 tahun tanpa transplantasi hati. Namun, dengan sirosis dan sindrom hepatopulmoner, pasien memilki harapan hidup rata-rata 2 tahun tanpa transplantasi hati. Beberapa pasien yang memiliki penyakit hati yang kurang lanjut dan sindrom hepatopulmoner yang lebih ringan bisa hidup lebih lama dengan terapi suportif.

Akan tetapi, beberapa pasien dengan penyakit yang lebih parah kemungkinan tidak bisa bertahan bahkan meskipun dengan transplantasi hati. Tingkat kelangsungan hidup rata-rata 5 tahun bagi mereka dengan sindrom hepatopulmoner yang menjalani transplantasi hati yang sukses yaitu 70 persen. Ini hanya sedikit lebih rendah dari angka keseluruhan sesudah transplantasi hati, yaitu 75 persen.

Sindrom hepatopulmoner biasanya berkembang sesudah seseorang bertahun-tahun menderita penyakit hati. Ini bisa berkembang pada orang dengan gangguan fungsi hati ringan atau berat. Namun, kebanyakan orang dengan sindrom hepatopulmoner sudah memiliki penyakit hati kronis. Penyakit hati stadium akhir tersebut pada akhirnya bisa berakibat fatal tanpa transplantasi hati. 

Sindrom hepatopulmoner hanyalah salah satu dari banyak efek samping dan komplikasi yang bisa menyertai penyakit hati. Perlu diketahui bahwa banyak orang dengan sindrom hepatopulmoner tidak meninggal dunia karena hiposekmia, tetapi ini berkontribusi pada penurunan kesehatan mereka.

Baca Juga: Hipertensi Portal: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatan

Eliza Ustman Photo Verified Writer Eliza Ustman

'Menulislah dengan hati, maka kamu akan mendapatkan apresiasi yang lebih berarti'

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya