Cegah Penyakit Ginjal Kronis akibat Diabetes dengan Diagnosis Dini

Gula darah yang tinggi dapat memicu komplikasi ginjal

Sekitar 1 dari 10 orang di dunia mengalami diabetes, yakni penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak lagi mampu membuat insulin, atau ketika tubuh tidak sanggup menggunakan insulin yang dihasilkan dengan baik.

Pasien diabetes akan memiliki berbagai peningkatan risiko berkembangnya sejumlah masalah kesehatan yang serius, termasuk masalah pada ginjal.

1. Diabetes berpotensi menimbulkan berbagai komplikasi kesehatan serius, termasuk penyakit ginjal kronis

Cegah Penyakit Ginjal Kronis akibat Diabetes dengan Diagnosis DiniPenjelasan tentang diabetes oleh Prof. Dr. dr. Sidartawan Soegondo MD, PhD, DTM&H, FINASIM, FACE (IDN Times/Enrico Gary Himawan)

Dalam rangka memperingati Hari Diabetes Sedunia pada 14 November lalu, PT Kalbe Farma Tbk (Kalbe) menyelenggarakan edukasi kesehatan secara daring bertema “Cegah Dini Komplikasi Ginjal Pada Pejuang Diabetes”.

Penting diketahui, diabetes merupakan penyakit penyebab disabilitas utama di dunia karena dapat meningkatkan risiko berbagai komplikasi kesehatan serius jika gula darah tidak terkontrol. Salah satu komplikasi yang berbahaya adalah penyakit ginjal kronis.

Dilansir Better Health Channel, kadar gula tinggi dalam darah yang tidak dikendalikan lama-lama akan merusak jutaan unit penyaringan kecil di ginjal. Kondisi ini akan memicu penyakit ginjal kronis yang dapat berujung pada gagal ginjal.

Dikatakan bahwa sekitar 20 hingga 30 persen pasien diabetes mengalami penyakit ginjal (nefropati diabetik), tetapi tidak semuanya akan berkembang menjadi gagal ginjal.

Seandainya penyakit ginjal kronis akibat diabetes sudah terjadi, perawatan seumur hidup perlu dilakukan. Orang dengan diabetes juga berisiko mengalami masalah ginjal lainnya, termasuk penyempitan arteri ke ginjal, yang disebut stenosis arteri ginjal atau penyakit renovaskular.

“Diabetes itu adalah penyakit menahun, kronis, yang sebagian besar tidak bisa sembuh. Kita tahu bahwa tidak ada obat yang menyembuhkan. Ada obat yang menurunkan, mengendalikan, mengontrol (gula darah) seumur hidup. Kalau tidak terkontrol, maka terjadi komplikasi. Diabetes bukan satu penyakit, tetapi beberapa penyakit dengan gejala yang sama. Oleh karena itu, obatnya beda-beda,” ujar ahli endokrin Prof. Dr. dr. Sidartawan Soegondo, Sp.PD-KEMD, FINASIM, FACE.

2. Diagnosis dini penting untuk mencegah penyakit ginjal kronis sebagai komplikasi dari diabetes

Cegah Penyakit Ginjal Kronis akibat Diabetes dengan Diagnosis Diniilustrasi nefropati diabetik (alliedres.org)

Juga merupakan narasumber acara tersebut, dr. Tunggul Situmorang, SpPD-KGH, FINASIM, mengatakan bahwa berdasarkan Indonesian Renal Registry, penyebab utama gagal ginjal yang butuh cuci darah adalah hipertensi dan diabetes yang tidak terkontrol.

Bila pasien dapat mengendalikan gula darahnya dengan baik bersamaan dengan tekanan darah tingginya (bila ada), gagal ginjal bisa dicegah, atau setidaknya memperlambat perkembangan penyakit agar tidak sampai harus rutin melakukan cuci darah.

Penyakit ginjal kronis akibat komplikasi diabetes atau nefropati diabetik bisa didiagnosis dengan berbagai metode, seperti:

  • Tes urine: untuk memeriksa kadar protein. Tingkat protein yang abnormal tinggi dalam urin adalah salah satu tanda pertama dari nefropati diabetik.
  • Pemeriksaan tekanan darah: pemeriksaan rutin untuk peningkatan tekanan darah diperlukan. Sebab, peningkatan tekanan darah berkontribusi terhadap perkembangan penyakit ginjal kronis.
  • Tes darah: guna memeriksa tingkat fungsi ginjal.
  • Biopsi: sejumlah jaringan kecil ginjal akan diambil melalui jarum tipis dan diperiksa di laboratorium. Metode ini biasanya hanya dilakukan bila ada keraguan apakah kerusakan ginjal disebabkan oleh diabetes atau penyebab lain.
  • Ultrasonografi ginjal: untuk melihat ukuran ginjal dan memeriksa apakah terdapat penyempitan yang dapat menurunkan fungsi ginjal.

“Dengan memeriksa urine pada tahap awal saja, kita sudah bisa melihat apakah ginjal sudah terkena atau sudah terpengaruh oleh diabetes. Sekarang ini sudah ada pemeriksaan-pemeriksaan sangat dini, artinya fase di mana belum ada gejalanya. Umumnya kita tanyakan bagaimana kencingnya, apakah berbusa atau tidak, dan lain sebagainya,” dr. Tunggul menerangkan.

Orang dengan diabetes yang hasil tes ginjalnya negatif alias sehat sekalipun sebaiknya memeriksakan kembali kesehatan ginjal setiap 6 bulan sekali.

Baca Juga: Kelebihan Berat Badan dan Obesitas Tingkatkan Risiko Diabetes

3. Komplikasi penyakit ginjal disebabkan oleh diabetes yang tidak terkontrol, bukan karena obat untuk diabetes

Cegah Penyakit Ginjal Kronis akibat Diabetes dengan Diagnosis Diniilustrasi gula darah yang tidak terkontrol (freepik.com/xb100)

Glukosa darah atau gula darah yang tinggi dapat merusak pembuluh darah di ginjal. Ketika pembuluh darah rusak, mereka tidak lagi bekerja dengan baik. Sudah begitu, banyak pasien diabetes juga mengalami hipertensi yang juga bisa merusak ginjal, mengutip National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases.

“Yang merusak ginjal itu kalau diabetesnya tidak terkontrol. Kalau gulanya tinggi terus, akan terjadi kerusakan. Dan kalau sudah rusak gak balik (tidak bisa normal kembali), itu yang jadi masalah. Sering kali pasien tidak tahu dia diabetes, tau-tau nanti harus cuci darah, karena gak pernah periksa,“ jelas Prof. Sidartawan.

Beberapa pasien diabetes merasa khawatir bahwa obat dari dokter akan menyebabkan ginjal mereka rusak. Nyatanya, kekhawatiran tersebut sama sekali tidak benar. Sebab, kerusakan ginjal terjadi bukan karena obat, melainkan karena gula darah yang tidak terkendali.

4. Gejala nefropati diabetik

Cegah Penyakit Ginjal Kronis akibat Diabetes dengan Diagnosis Diniilustrasi sering buang air kecil (freepik.com/gpointstudio)

Dilansir Mayo Clinic, pada tahap awal nefropati diabetik, kemungkinan besar tidak akan ada tanda atau gejala sama sekali. Gejala baru akan berkembang pada tahap selanjutnya, dan gejala tersebut mungkin berupa:

  • Memburuknya kontrol tekanan darah
  • Adanya protein dalam urine
  • Pembengkakan kaki, pergelangan kaki, tangan, atau mata
  • Meningkatnya kebutuhan untuk buang air kecil
  • Berkurangnya kebutuhan akan insulin atau obat diabetes
  • Kebingungan atau kesulitan berkonsentrasi
  • Sesak napas
  • Kehilangan selera makan
  • Mual dan muntah
  • Gatal terus-menerus
  • Kelelahan

5. Perawatan gangguan ginjal

Cegah Penyakit Ginjal Kronis akibat Diabetes dengan Diagnosis DiniPenjelasan perawatan penyakit ginjal kronis oleh dr. Tunggul Situmorang, SpPD-KGH, FINASIM. (IDN Times/Enrico Gary Himawan)

Nefropati diabetik bisa dikelola dengan berbagai pilihan medis yang dapat mencakup:

  • Pencegahan: mencegah adalah pengobatan terbaik, tentunya ini bisa dilakukan dengan menjaga kontrol kadar glukosa darah dan tekanan darah yang baik.
  • Obat-obatan: termasuk obat-obatan untuk mengurangi tekanan darah tinggi, terutama penghambat enzim pengubah angiotensin (ACE) dan penghambat reseptor angiotensin untuk mengekang kerusakan ginjal.
  • Dialisis atau cuci darah: untuk mengatasi gagal ginjal tahap akhir, saat fungsi ginjal telah hilang. Dialisis dibutuhkan beberapa kali setiap minggu selama sisa hidup pasien.
  • Transplantasi ginjal: ginjal donor yang sehat bisa diperoleh dari seseorang yang telah meninggal atau dari keluarga atau teman atau lainnya. Ginjal yang sehat akan menggantikan fungsi ginjal yang sakit.

“Ginjal itu kalau sudah ada gangguan, khususnya gangguan sedang, maka perlu dilakukan pembatasan khusus protein. Dengan demikian, maka progresivitas dari perburukan ginjal itu akan bisa dikendalikan. Tentu bersamaan dengan pengendalian gula darah dan kalau ada hipertensinya juga harus dikendalikan. Jadi, tidak hanya sekadar makan obat, evaluasinya sangat penting,” tegas dr. Tunggul.

“Obat untuk diabetes maupun hipertensi bukan perusak ginjal, tetapi karena diabetes atau hipertensinya tidak terkontrol, maka ginjalnya menjadi rusak. Dan sudah banyak obat-obatan yang sudah diketahui persis efek dan manfaatnya. Jadi, tidak perlu cari obat-obat yang kurang jelas. Yang jelas sudah banyak”, tutup dr. Tunggul.

Disebutkan oleh Prof. Sidartawan, angka diabetes di Indonesia mungkin hanya tercatat sekitar 30 persen, sementara 70 persen diperkirakan tidak tahu dirinya punya diabetes. Banyak orang-orang ini yang ketika berobat ke dokter sudah mengalami komplikasi, misalnya penyakit ginjal kronis. Oleh karena itu, demi penanganan dini dan mencegah komplikasi berbahaya, yuk, cek gula darah rutin!

Baca Juga: Hari Diabetes Sedunia: Diagnosis Dini Diabetes Bisa Selamatkan Nyawa

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya