Sebagai salah satu penyebab kematian utama di seluruh dunia, wajar bila kamu jadi lebih mawas diri terhadap kanker. Berbagai upaya pencegahan pun kamu lakukan, termasuk dengan mencari informasi mengenai hal-hal apa saja yang berpotensi meningkatkan risiko perkembangan sel-sel kanker dalam tubuh.
Sayangnya, ternyata masih banyak hal-hal yang dianggap dan diyakini masyarakat sebagai fakor penyebab kanker seperti berikut ini. Padahal menurut riset, faktanya tidak demikian, lho!
Beberapa penelitian sebelumnya menemukan adanya korelasi antara pemanis buatan dan kanker kantung kemih pada hewan laboratorium, tetapi National Cancer Institute melaporkan bahwa penelitian lebih lanjut gagal mengonfirmasi penemuan tersebut. Walau begitu, mengurangi asupan pemanis buatan toh memberikan banyak manfaat kesehatan buatmu. Pasalnya, pemanis buatan akan mengacaukan sistem metabolisme dan meningkatkan risikomu terkena diabetes tipe 2, tekanan darah tinggi, dan penyakit jantung.
Beberapa dari kamu mungkin pernah mengetahui informasi bahwa selai cokelat lezat yang satu ini ternyata memiliki kandungan karsinogen dalam bahan-bahannya. Faktanya, Nutella memang mengandung minyak kelapa sawit yang bila dipanaskan di atas suhu 400 derajat Fahrenheit dapat memicu kanker. Namun, pihak Nutella sendiri segera menegaskan bahwa mereka tak pernah memanaskan produk mereka dengan suhu setinggi yang disebutkan.
Beberapa studi mengindikasikan bahwa pewarnaan yang dilakukan pada rambut secara terus menerus dapat membuat kamu sebagai konsumen maupun kapster berisiko tinggi terkena kanker kantung kemih. Kenyataannya, tidak ada bukti ilmiah yang menyatakan bahwa pewarnaan rambut bahkan secara reguler pun meningkatkan kemungkinanmu terserang kanker.
Gagasan mengenai sampo dapat menyebabkan kanker adalah karena adanya kandungan SLS (Sodium Lauryl Sulfate) yang menghasilkan busa. FYI, agen ini juga ditemukan di kondisioner, sabun, dan berbagai produk pembersih lainnya. Meski begitu, American Cancer Society menyebutkan bahwa SLS boleh jadi membahayakan rambutmu, tetapi pastinya tidak bersifat karsinogen.
Secara jelas, National Cancer Institute menyatakan bahwa rumor antiperspirant dapat menyebabkan kanker tidaklah benar. Riset terbaik sejauh ini tidak menemukan adanya bukti yang menghubungkan antara kandungan bahan kimia dalam antiperspirant maupun deodoran dan perubahan jaringan payudara.
Di tahun 2000-an, kamu mungkin pernah mendengar bahwa plastik mengandung DEHA (diethylhexyl adipate) yang bersifat karsinogenik. Namun menurut American Cancer Society, DEHA tidak selalu ditemukan dalam botol plastik air mineral. Bahkan bila ada sekalipun, Environmental Protection Agency dan International Agency for Research on Cancer mengatakan bahwa DEHA tidak menyebabkan kanker.
Sejak sekitar tahun 2002, orang jadi lebih takut untuk menghangatkan makanan dalam kontainer plastik maupun yang dibungkus plastik menggunakan microwave. Ketakutan ini disebabkan adanya impresi bahwa bahan-bahan plastik tersebut akan mengeluarkan kandungan kimiawi karsinogenik saat dipanaskan. Menanggapi hal ini, U.S. Food and Drug Administration secara tegas memberi regulasi tentang kontainer makanan berbahan plastik dan memberi label 'aman untuk microwave' sebagai tanda bahwa plastik tersebut bebas dari DEHA dan dioxin.
Aborsi diklaim dapat meningkatkan kesempatan seorang wanita untuk mengalami kanker payudara. Adapun akar dari isu ini adalah gagasan bahwa wanita pada usia 30 tahun ke atas yang melahirkan untuk kali pertama punya kans lebih besar untuk terkena kanker payudara. Kendati demikian, secara ilmiah telah dinyatakan bahwa aborsi tidak memberikan kemungkinan risiko lebih besar bagi wanita untuk mengalami penyakit mematikan ini.
Marissa Weiss, chief medical officer sekaligus presiden dan founder breastcancer.org menegaskan bahwa kawat bra tidak menyebabkan kanker payudara. Studi ilmiah di tahun 2014 berusaha menemukan hubungan antara kawat bra dan kanker payudara. Hasilnya, tak ada perbedaan yang terdeteksi antara wanita yang menggunakan bra dan tidak.
Seperti yang dikatakan Sailaja Kamaraju MD MS, profesor asisten di Medical College of Wisconsin, jumlah radiasi sinar X yang dilakukan dalam pemeriksaan cenderung kecil. Bahkan faktanya, dosis radiasi dari satu kali pemeriksaan sinar X lebih kecil dibandingkan rerata paparan radiasi yang kamu dapatkan di kantormu selama setahun.
Masih dari National Cancer Institute, dijelaskan bahwa kanker tumbuh melalui mutasi genetik dan ponselmu memancarkan jenis energi frekuensi rendah yang tak mampu merusak DNA di dalam sel. Meski peneliti terus meneliti korelasi yang potensial antara keduanya, belum ada penemuan berarti yang menyatakan bahwa ponsel dapat menyebabkan risiko kanker.
Seringnya karena berbagai alasan, seseorang jadi cenderung pasif dalam menerima informasi tanpa mencari tahu lebih jauh keadaan yang sebenarnya. Padahal kalau tak ditelaah, bisa jadi banyak ruginya sendiri buatmu, kan?
Masa jadi rela tak makan nikmatnya Nutella selamanya karena isu yang belum tentu benar? Yuk, cari tahu lebih banyak supaya bisa hidup dengan lebih nikmat. :)