Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Hepatitis D: Gejala, Penyebab, Diagnosis, Pengobatan

ilustrasi masalah hati akibat hepatitis D (freepik.com/freepik)
Intinya sih...
  • Hepatitis D disebabkan oleh virus hepatitis D yang membutuhkan virus hepatitis B untuk replikasinya.
  • Gejala hepatitis D muncul 3-7 minggu setelah infeksi awal, dapat menyebabkan kerusakan hati permanen.
  • Penularan hepatitis D bisa melalui darah, cairan tubuh, atau ibu hamil kepada bayinya selama kelahiran.

Infeksi hepatitis bisa datang dalam berbagai bentuk, salah satunya hepatitis D.

Hepatitis D adalah peradangan pada hati yang disebabkan oleh virus hepatitis D, yang membutuhkan virus hepatitis B untuk replikasinya. Hepatitis D tidak mungkin menginfeksi seseorang tanpa adanya virus hepatitis B.

Orang yang memiliki hepatitis D dapat mengembangkan kerusakan hati permanen, bahkan dapat menyebabkan kematian. Di bawah ini disajikan fakta penting seputar hepatitis D.

1. Gejala

Gejala hepatitis D biasanya muncul 3–7 minggu setelah infeksi awal, dan tanda-tandanya dapat meliputi:

  • Kulit dan mata yang berwarna kuning.
  • Sakit perut.
  • Muntah.
  • Kelelahan.
  • Kehilangan nafsu makan.
  • Nyeri sendi.
  • Urine berwarna gelap.
  • Tinja berwarna terang.

Jika seseorang sudah menderita hepatitis B, maka infeksi hepatitis D dapat memperburuk gejala.

2. Penyebab dan penularan

ilustrasi jarum suntik, sebagai salah satu media penularan hepatitis D (pixabay.com/qimono)

Kamu bisa tertular hepatitis D jika bersentuhan dengan darah atau cairan tubuh dari seseorang yang sedang terinfeksi hepatitis D. Namun, virus ini hanya dapat menginfeksi orang yang terinfeksi hepatitis B karena virus ini butuh jenis virus hepatitis B untuk bertahan hidup.

Penularan ini bisa terjadi melalui dua cara:

  • Koinfeksi: Kamu bisa terinfeksi hepatitis B dan D secara bersamaan.
  • Super infeksi: Kamu bisa terinfeksi hepatitis B terlebih dulu, kemudian tertular hepatitis D (cara penularan hepatitis D yang paling umum).

Transmisi hepatitis D dapat terjadi dengan cara:

  • Melakukan hubungan intim dengan individu yang terinfeksi virus.
  • Penggunaan bersama jarum suntik untuk menyuntikkan narkoba.
  • Menyentuh luka terbuka seseorang yang memiliki virus.
  • Berbagi barang-barang pribadi, seperti pisau cukur atau sikat gigi yang terkena darah orang yang terinfeksi.
  • Ibu juga bisa menularkan virus hepatitis D pada bayinya selama kelahiran.

3. Diagnosis

Sebelum mendiagnosis hepatitis D, dokter akan mengajukan pertanyaan tentang gaya hidup dan gejala yang kamu rasakan. Pemeriksaan fisik juga akan dilakukan.

Dokter akan menguji darah untuk berbagai jenis hepatitis. Jika hasil pemeriksaan menunjukkan pasien memilikinya, dokter akan melakukan lebih banyak tes darah dan pencitraan untuk memeriksa tanda-tanda kerusakan pada hati.

Infeksi hepatitis D dikonfirmasi dengan tingginya kadar anti-HDV imunoglobulin G (IgG) dan imunoglobulin M (IgM), serta dikonfirmasi dengan deteksi RNA HDV dalam serum.

4. Pengobatan

ilustrasi minum obat (pexels.com/Ron Lach)

Pengobatan yang sering disarankan untuk merawat pasien yang terinfeksi virus hepatitis D umumnya berupa interferon alfa pegilasi (Peg-IFNa).

Perawatan harus dilakukan selama setidaknya 48 minggu hingga lebih dari satu tahun. Pengobatan berguna untuk menghambat perkembangan penyakit.

Peg-IFNa tidak selalu efektif untuk semua orang. Obat ini tidak boleh diberikan kepada individu dengan sirosis dekompensasi, kondisi kejiwaan aktif, dan penyakit autoimun.

Perawatan hepatitis D dengan Peg-IFNa juga biasanya menimbulkan efek samping yang signifikan, seperti kekurangan energi, penurunan berat badan yang tidak diinginkan, flu, dan depresi.

5. Faktor risiko

Peluang kamu terkena hepatitis D meningkat apabila:

  • Mengidap hepatitis B.
  • Menggunakan narkoba suntik.
  • Berhubungan intim dengan individu yang tertular hepatitis B atau D.
  • Memiliki HIV dan hepatitis B.
  • Seorang laki-laki yang berhubungan seksual dengan laki-laki.

6. Pencegahan

ilustrasi gaya hidup sehat (pexels.com/Valeria Ushakova)

Sampai saat ini, belum ada vaksin untuk mencegah hepatitis D. Cara terbaik untuk mencegahnya adalah dengan mengurangi risiko terkena hepatitis B.

Mencegah penularan hepatitis D dapat dilakukan melalui:

  • Imunisasi hepatitis B.
  • Profilaksis antivirus tambahan untuk ibu hamil yang memerlukan.
  • Jangan berbagi jarum suntik.
  • Hindari penggunaan bersama barang-barang pribadi, seperti sikat gigi dan pisau cukur.
  • Kenakan sarung tangan jika harus menyentuh luka terbuka orang lain.

Mempraktikkan gaya hidup sehat dan kebersihan dapat membantu mencegah penularan hepatitis D. Bagi individu yang memiliki hepatitis D, menghindari alkohol dan membuat pilihan yang sehat setiap hari dapat melindungi hati dari kerusakan lebih lanjut.

Referensi

World Health Organization. Diakses pada Agustus 2024. Hepatitis D.
WebMD. Diakses pada Agustus 2024. What Is Hepatitis D?

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nurulia R F
Eka Amira Yasien
Nurulia R F
EditorNurulia R F
Follow Us