Sindrom Fahr: Pengertian, Gejala, Diagnosis, Pengobatan

Menyerang fungsi motorik

Sindrom Fahr (Fahr’s syndrome) adalah kelainan neurologis langka ketika kalsium menumpuk di basal ganglia, bagian otak yang mengontrol gerakan. Kadang-kadang juga memengaruhi korteks serebral.

Menurut United Brain Association, gangguan ini dapat menyebabkan berbagai yang gejala yang berhubungan dengan gerakan. Beberapa orang dengan sindrom Fahr memiliki gejala kejiwaan bersamaan dengan gejala yang berhubungan dengan gerakan. Dalam beberapa kasus, sindrom Fahr tidak menyebabkan gejala sama sekali dan kelainan tersebut mungkin tidak terdeteksi.

Sindrom Fahr juga dikenal sebagai penyakit Fahr, kalsifikasi ganglia basal idiopatik familial, dan kalsifikasi otak familial primer.

1. Pengertian

Sindrom Fahr: Pengertian, Gejala, Diagnosis, Pengobatanilustrasi nyeri otot leher (freepik.com/jofreepik)

Sindrom Fahr adalah kondisi genetik bawaan yang ditandai dengan endapan kalsium abnormal di bagian otak yang bertanggung jawab untuk mengendalikan gerakan. Endapan ini disebabkan oleh penumpukan kalsium di daerah ganglia serebral, kortikal, dan basal (bagian otak).

Hilangnya banyak neuron (sel otak) disebabkan oleh endapan kalsium tersebut, yang menyebabkan gangguan kognitif dan motorik. Dalam sindrom Fahr, wilayah yang terinfeksi dapat meliputi:

  • Ganglia basal (paling sering globus pallidus).
  • Serebelum (paling sering nukleus dentate).
  • Talamus.
  • Hipokampus.
  • Korteks serebral.

2. Penyebab

Sindrom Fahr: Pengertian, Gejala, Diagnosis, Pengobatanilustrasi sindrom Fahr (common.wikimedia.org)

Sindrom Fahr disebabkan oleh mutasi pada salah satu dari beberapa gen. Gen yang paling sering bermutasi disebut SLC20A2, dan menyumbang sekitar 40 persen kasus, diikuti oleh gen PDGFRB, yang bermutasi pada sekitar 10 persen kasus, seperti dijelaskan dalam laman Health Jade.

Perubahan pada gen lain masing-masing bertanggung jawab atas persentase kecil kasus. Pada sekitar setengah dari individu dengan sindrom Fahr, penyebab genetiknya tidak diketahui. Orang-orang ini dianggap memiliki mutasi pada gen yang belum dikaitkan dengan kondisi tersebut.

Gen SLC20A2 memberikan instruksi untuk membuat protein yang disebut sodium-dependent phosphate transporter 2 (PiT-2). Protein ini sangat aktif dalam sel-sel saraf (neuron) di otak yang berperan besar dalam mengatur kadar fosfat (homeostasis fosfat) dengan mengangkut fosfat melintasi membran sel. Mutasi gen SLC20A2 menyebabkan produksi protein PiT-2 yang tidak dapat secara efektif mengangkut fosfat ke dalam sel. Akibatnya, kadar fosfat dalam aliran darah meningkat. Di otak, kelebihan fosfat bergabung dengan kalsium dan membentuk endapan di dalam pembuluh darah di otak.

Gen PDGFRB memberikan instruksi untuk membuat protein yang mengirimkan sinyal dari permukaan sel ke dalam sel. Sinyal-sinyal ini mengontrol berbagai proses sel. Mutasi gen PDGFRB menghasilkan protein dengan kemampuan pensinyalan yang terganggu. Namun, tidak jelas bagaimana mutasi menyebabkan sindrom Fahr. Pensinyalan yang berubah dapat mengakibatkan sejumlah besar kalsium yang tidak normal memasuki sel-sel yang melapisi pembuluh darah di otak, yang menyebabkan kalsifikasi pembuluh darah ini. Atau, perubahan pensinyalan PDGFRB dapat mengganggu proses yang mengatur kadar fosfat dan kalsium dalam sel otak, yang mengarah pada pembentukan endapan kalsium. Gen lain yang diketahui terkait dengan sindrom Fahr juga memiliki peran dalam pensinyalan sel dan homeostasis fosfat.

Para peneliti berpendapat bahwa endapan kalsium mengarah pada fitur sindrom Fahr dengan mengganggu hubungan antara ganglia basal dan area otak lainnya, terutama lobus frontal. Area di bagian depan otak ini terlibat dalam penalaran, perencanaan, penilaian, dan pemecahan masalah. Daerah otak yang mengatur perilaku sosial, suasana hati, dan motivasi juga dapat terpengaruh.

Penelitian telah menunjukkan bahwa orang dengan kalsifikasi yang signifikan cenderung memiliki lebih banyak tanda dan gejala sindrom Fahr daripada orang dengan sedikit atau tanpa kalsifikasi. Namun, asosiasi ini tidak berlaku untuk semua orang dengan sindrom Fahr.

Baca Juga: Sindrom Lynch: Gejala, Penyebab, Diagnosis, Pengobatan

3. Gejala

Sindrom Fahr: Pengertian, Gejala, Diagnosis, Pengobatanilustrasi distonia (freepik.com/photohobo)

Menurut National Institute of Neurogical Disorders and Stroke, distonia, chorea, dan berbagai gejala neurologis dan neuropsikiatri semuanya umum terjadi pada pasien sindrom Fahr. Lebih jelasnya dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

  • Masalah neurologis meliputi kejang, ketidaksadaran, kekakuan, masalah gaya berjalan, masalah bicara, kehilangan ingatan atau gejala seperti demensia, chorea (gangguan gerakan yang menyebabkan gerakan tiba-tiba, tidak disengaja, dan tidak terkendali pada lengan, kaki, dan otot wajah), tremor, gerakan athetoid, dan distonia (kejang otot).
  • Gangguan gerakan meliputi disfagia, langkah tidak stabil, bicara cadel, kecanggungan, dan gerakan tak sadar.
  • Masalah neuropsikiatri meliputi gejala ringan hingga berat dapat muncul pada penyakit neuropsikiatri. Kemungkinan akan ada kehilangan ingatan ringan hingga kehilangan identitas total, perubahan perilaku dan kepribadian, dan psikosis.

Selain kesulitan mobilitas, banyak gejala sering diamati karena heterogenitas kalsifikasi otak dan keterbatasan yang menyertai sindrom Fahr. Misalnya, epilepsi, disartria, masalah kesehatan mental, dan masalah perhatian.

Meskipun beberapa dari gejala tersebut mungkin tidak dapat segera diatasi dengan intervensi fisioterapi, tetapi gejala tersebut memengaruhi pilihan pengobatan dan sangat penting untuk diperhatikan saat mengatur perawatan pasien. 

4. Diagnosis

Sindrom Fahr: Pengertian, Gejala, Diagnosis, Pengobatanilustrasi berkonsultasi dengan dokter (freepik.com/pressfoto)

Seorang dokter mungkin mencurigai sindrom Fahr jika pasien menunjukkan gejala neurologis dan memiliki riwayat keluarga dengan gangguan tersebut.

Proses diagnostik akan bertujuan untuk menyingkirkan kemungkinan penyebab lain dari gejala dan mencari tanda-tanda khas sindrom Fahr. Langkah-langkah diagnostik bisa termasuk:

  • Pemeriksaan fisik dan neurologis.
  • Tes laboratorium untuk menyingkirkan penyebab lain, termasuk infeksi, gangguan metabolisme, atau paparan racun.
  • MRI atau pemindaian pencitraan lain.
  • Pengujian genetik untuk mencari mutasi gen yang terkait dengan sindrom Fahr.

5. Pengobatan

Sindrom Fahr: Pengertian, Gejala, Diagnosis, Pengobatanilustrasi obat (freepik.com/pvproductions)

Sindrom Fahr tidak dapat disembuhkan, dan tidak ada pengobatan yang dapat menghentikan atau membalikkan perkembangan gejalanya. Pilihan pengobatan berfokus pada pengelolaan gejala dan mencegah komplikasi. 

Dilansir United Brain Association, pilihan perawatannya antara lain:

  • Obat antikonvulsan untuk mengontrol kejang.
  • Antidepresan atau obat lain untuk mengobati gejala kejiwaan seperti kecemasan, depresi, atau gangguan obsesif-kompulsif (OCD).
  • Obat untuk mengobati masalah kontrol kandung kemih.
  • Pemantauan rutin gejala kesehatan saraf dan mental.

6. Prognosis

Sindrom Fahr: Pengertian, Gejala, Diagnosis, Pengobatanilustrasi CT Scan (freepik.com/freepik)

Dilansir Physiopedia, prognosis bervariasi dari orang ke orang dan sulit diprediksi. Sindrom Fahr adalah penyakit progresif yang belum diketahui obatnya dan belum ada pengobatan khusus saat ini.

Karena karakteristik sindrom Fahr yang bertahap dan degeneratif, orang sering kehilangan kendali motorik dan kemampuan yang diperoleh sebelumnya, yang bisa berakibat fatal. 

Tidak ada korelasi langsung antara jumlah simpanan kalsium yang terlihat di otak dan tingkat gangguan neurologis yang ditunjukkan oleh seseorang dengan penyakit ini.

Tidak ada hubungan konklusif antara usia, jumlah simpanan kalsium di otak, dan defisiensi neurologis. CT scan mungkin hasilnya negatif pada pembawa gen yang lebih muda dari 55 tahun karena adanya kalsifikasi bergantung pada usia.

Sindrom Fahr membutuhkan perawatan interdisipliner dari perawat, konselor genetik, psikiater, ahli saraf, ahli endokrin, dan profesional medis lainnya. Banyak obat yang digunakan memiliki efek samping yang memengaruhi fungsi hormon, hati, dan ginjal dan tidak dapat ditoleransi dengan baik. Pendekatan pengobatan yang menghentikan kerusakan neurologis dan hilangnya fungsi harus diperbaiki.

Tidak ada cara yang diketahui untuk mencegah sindrom Fahr. Namun, seorang konselor genetik dapat memberi tahu orang-orang dengan riwayat keluarga kondisi ini tentang risikonya jika mereka berencana untuk memiliki anak.

Baca Juga: Sindrom Othello: Gejala, Penyebab, Diagnosis, Pengobatan

Kazu Zuha Photo Verified Writer Kazu Zuha

Hanya seorang anak SMK yang menyukai pelajaran SMA. Cenderung seperti bunglon, bisa menjadi Kpopers, Wibu, Agamis, Anak Sosiologi, Anak Politik, dan lain lain sesuai situasi dan kondisi hehe

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya