"Rare condition made a woman see people as dragons." Live Science. Diakses November 2025.
Jan Dirk Blom et al., “Prosopometamorphopsia and Facial Hallucinations,” The Lancet 384, no. 9958 (November 1, 2014): 1998, https://doi.org/10.1016/s0140-6736(14)61690-1.
Jan Dirk Blom et al., “A Century of Prosopometamorphopsia Studies,” Cortex 139 (March 12, 2021): 298–308, https://doi.org/10.1016/j.cortex.2021.03.001.
Kasus Langka: Perempuan Ini Melihat Semua Orang sebagai Naga

- Seorang perempuan berusia 52 tahun mengeluhkan setiap kali ia melihat wajah orang, wajah itu berubah menjadi menyerupai naga. Kondisi ini diidentifikasi oleh dokter sebagai prosopometamorphopsia (PMO).
- PMO adalah gangguan langka yang membuat wajah manusia tampak terdistorsi atau berubah bentuk.
- Setelah tiga tahun menjalani pengobatan, halusinasi pasien berkurang drastis. Ia bisa kembali bekerja dan menjalin hubungan sosial dengan lebih stabil.
Di sebuah klinik psikiatri di Den Haag, Belanda, seorang perempuan berusia 52 tahun datang dengan keluhan yang tidak biasa. Ia mengatakan, setiap kali melihat wajah orang, wajah itu berubah menjadi menyerupai naga. Bahkan ketika tidak ada siapa pun di sekitarnya, wajah-wajah naga itu muncul di hadapannya.
Pasien tersebut menggambarkan bagaimana wajah manusia yang awalnya tampak normal perlahan “menghitam, tumbuh telinga runcing, hidung menonjol, kulit seperti reptil, dan mata besar berwarna kuning, hijau, biru, atau merah.” Pengalaman ini telah menghantuinya sejak kecil, membuatnya sulit bersosialisasi dan berinteraksi dengan orang lain.
Penyelidikan dokter
Pemeriksaan awal, termasuk tes darah, pemeriksaan saraf, dan elektroensefalogram (EEG), semuanya menunjukkan hasil normal. Namun, pencitraan MRI otak mengungkapkan adanya lesi kecil di sekitar lentiform nucleus, area otak yang berperan penting dalam fungsi kognitif seperti perhatian dan memori.
Lesi tersebut tampak pada jaringan putih otak (white matter) dan diduga berasal dari pecahnya pembuluh darah kecil, meski bukan peristiwa baru.
Dokter memperkirakan, aktivitas listrik tidak normal di area ventral occipitotemporal cortex, bagian otak yang memproses warna dan pengenalan wajah, bisa menjadi penyebab halusinasi visual ini. Lesi tersebut mungkin sudah ada sejak lahir, kemungkinan akibat kekurangan oksigen sesaat sebelum atau setelah persalinan.
Diagnosis dan pengobatan

Tim medis mendiagnosis pasien dengan prosopometamorphopsia (PMO), kondisi langka yang membuat otak salah menafsirkan wajah manusia. Akibatnya, fitur wajah tampak terdistorsi—bisa melebar, memanjang, atau bergeser dari posisi aslinya.
Ada dua bentuk PMO: hemi-PMO, yang mana cuma satu sisi wajah yang terdistorsi, dan full-face PMO, ketika seluruh wajah tampak berubah. Kondisi ini dapat dipicu oleh gangguan pada struktur otak, atau penyakit seperti epilepsi, migrain, hingga stroke.
Awalnya, dokter meresepkan valproic acid, antikejang yang juga digunakan untuk meredakan migrain dan gangguan bipolar. Obat ini berhasil menekan halusinasi visual sang pasien, tetapi kemudian ia mulai mendengar suara keras saat tidur. Terapi diganti dengan rivastigmine, obat yang biasa digunakan untuk mengatasi gejala demensia akibat penyakit Alzheimer atau Parkinson.
Setelah tiga tahun menjalani pengobatan, halusinasi pasien berkurang drastis. Ia bisa kembali bekerja dan menjalin hubungan sosial dengan lebih stabil.
PMO adalah gangguan yang langka, tercatat hanya sekitar 81 kasus yang dilaporkan dalam 100 tahun terakhir. Umumnya, efek distorsi wajah ini bertahan selama beberapa hari atau minggu. Namun, dalam kasus unik ini, pasien terus-menerus melihat wajah manusia sebagai naga.
Meski penyebab spesifik persepsi reptilianya belum bisa dijelaskan, tetapi kasus ini membuka wawasan baru tentang betapa rumitnya cara otak manusia mengenali wajah, dan bagaimana sedikit gangguan dalam jaringan otak dapat mengubah realitas menjadi sesuatu yang sepenuhnya berbeda.
Referensi


















