Plus Minus Metode Water Birth bagi Ibu dan Bayi

- Water birth dapat membantu mengurangi rasa nyeri selama proses persalinan dengan efek relaksasi dan lingkungan privasi.
- Persalinan water birth memiliki risiko seperti sindrom aspirasi mekonium, pneumonia, dan risiko tenggelam bagi bayi.
- Karena ada beberapa risiko bagi ibu dan bayi, tidak semua perempuan dapat menjalani metode persalinan water birth.
Metode persalinan water birth atau melahirkan dalam air adalah metode persalinan yang dapat memberi beberapa manfaat, seperti mengurangi nyeri selama persalinan. Meski demikian, masih banyak orang yang mempertanyakan tingkat keamanan metode ini, dan apakah semua ibu hamil dapat menjalani persalinan dengan cara ini.
Water birth adalah metode melahirkan ketika ibu hamil dengan usia kehamilan cukup bulan dan tanpa komplikasi melakukan proses persalinan sambil berendam dalam air hangat. Di beberapa negara maju, metode ini sudah cukup umum digunakan. Sementara itu, di Indonesia, water birth masih tergolong baru, meskipun makin banyak ibu yang tertarik mencobanya.
Beberapa alasan yang mendorong ibu hamil memilih metode persalinan water birth antara lain karena dapat memberikan efek relaksasi, yang membantu mengurangi rasa nyeri, menekan penggunaan obat pereda nyeri (analgesik), menurunkan tingkat kecemasan selama persalinan, serta berpotensi mempercepat proses persalinan.
Ketahui beberapa kelebihan dan kekurangan dari metode persalinan water birth lewat ulasan di bawah ini.
1. Mengurangi rasa sakit tanpa obat-obatan
Salah satu keunggulan utama dari metode persalinan water birth adalah kemampuannya dalam membantu mengurangi nyeri selama proses persalinan.
Satu studi menemukan bahwa tingkat "tanpa analgesik" meningkat 243 persen pada orang yang melahirkan dalam air. Ini kemungkinan karena adanya respons kimiawi dan hormonal selama melahirkan dalam air yang memengaruhi oksitosin dan membantu mengatur intensitas kontraksi.
Seperti saat mandi dengan air hangat, melahirkan dalam air hangat dapat membuat tubuh perempuan lebih rileks. Hal ini membantu mengatur pernapasan dengan lebih baik, sehingga nyeri akibat kontraksi bisa berkurang.
Selain itu, suhu air yang hangat membantu merilekskan otot-otot, membuat tubuh terasa lebih ringan dan memudahkan untuk bergerak serta menemukan posisi yang paling nyaman selama persalinan.
2. Terdapat rasa privasi

Rasa privasi yang diberikan oleh persalinan water birth berasal dari perendaman fisik di dalam air, yang bertindak sebagai penghalang alami, dan lingkungan yang menenangkan yang sering dikaitkan dengan metode persalinan ini.
Air menciptakan batasan fisik dan psikologis yang memberi perempuan rasa ruang pribadi dan privasi yang lebih besar. Melahirkan dalam air dapat mengurangi perasaan terekspos, karena sebagian tubuh tertutup, yang dapat membantu perempuan merasa lebih terlindungi.
Lingkungan yang tenang dan privat membantu menurunkan hormon stres (seperti adrenalin) dan mendorong pelepasan oksitosin—hormon yang penting untuk perkembangan persalinan.
Persalinan di dalam air sering kali dilakukan di lingkungan yang mengutamakan pencahayaan redup, lingkungan yang tenang, dan intervensi minimal, yang meningkatkan persepsi perempuan akan privasi. Lingkungan ini membantu perempuan yang akan melahirkan merasa lebih terkendali dan tidak terlalu rentan.
3. Mempermudah proses persalinan
Air membuat perineum menjadi lebih rileks, yang dapat mengurangi keparahan robekan vagina.
Faktanya, satu penelitian membandingkan 397 kelahiran dalam air dengan 2.025 kelahiran di "darat". Ditemukan bahwa kedua metode persalinan tersebut sama-sama aman, dan bahwa mereka yang berada dalam kelompok air mengalami lebih sedikit robekan pada tingkat pertama dan kedua.
Kelahiran di darat dan kelahiran dalam air juga memiliki tingkat perdarahan pascapersalinan dan perawatan intensif neonatal yang sebanding.
4. Mempersingkat proses persalinan

Satu penelitian menemukan bahwa air berperan dalam memperpendek durasi persalinan pada ketiga tahap. Tim peneliti mencatat bahwa hal ini dapat dikaitkan dengan gerakan di dalam air, relaksasi otot, dan faktor psikologis.
Selain itu, studi lain menyimpulkan bahwa persalinan dalam air tidak hanya aman, tetapi terkadang memiliki hasil yang lebih baik daripada persalinan di darat.
5. Mengurangi kebutuhan akan intervensi medis
Penelitian mengaitkan water birth dengan berkurangnya kebutuhan akan intervensi obstetrik, seperti induksi atau episiotomi.
Penelitian lainnya menemukan bahwa bayi yang lahir dalam air memiliki tingkat rawat inap di NICU yang lebih rendah, meskipun penelitian yang saling bertentangan membantahnya.
6. Risiko sindrom aspirasi mekonium
Dalam metode persalinan water birth, ada risiko bayi terkena sindrom aspirasi mekonium. Kondisi ini terjadi ketika bayi sudah buang air besar sebelum lahir, sehingga cairan ketuban yang terkontaminasi kotoran dihirup oleh bayi dan menyebabkan masalah pernapasan.
Dokter dan bidan dapat mengenali kondisi ini ketika air ketuban pecah dan bercampur dengan mekonium yang umumnya berwarna hijau, kental, dan lengket.
Sangat penting untuk segera mengisap keluar cairan mekonium dari saluran pernapasan bayi begitu bayi keluar. Posisi ibu saat water birth harus disesuaikan agar tindakan ini dapat dilakukan segera.
Ada juga risiko pneumonia, yang disebabkan oleh aspirasi mekonium, kontaminasi tinja, dan bakteri dari air bak mandi.
7. Risiko bayi tenggelam

Saat melahirkan di dalam air, selalu ada risiko tenggelam bagi bayi yang baru lahir. Bayi juga mungkin mengalami kekurangan oksigen.
Sebuah tinjauan lama mencantumkan risiko tenggelam dan hampir tenggelam, serta sesak napas, sebagai risiko komplikasi persalinan dalam. Bayi mungkin bisa berada di dalam air terlalu lama dan paru-parunya bisa terisi air.
Di lingkungan medis dengan persalinan dalam air, tim persalinan akan membantu mencegah hal ini dengan meletakkan kepala bayi di atas air sehingga mereka bisa mendapatkan cukup oksigen untuk bernapas segera setelah bayi lahir.
8. Risiko infeksi pada ibu dan bayi
Saat mengejan, otot-otot di sekitar anus juga ikut berkontraksi sehingga ibu kemungkinan juga mengeluarkan tinja saat persalinan. Tinja dapat mengontaminasi air yang digunakan untuk persalinan. Bayi baru lahir bisa saja menelan air tersebut sehingga mungkin untuk terkena infeksi.
Bergantung pada seberapa lama ketuban pecah dan seberapa lama air digunakan selama persalinan, ada risiko infeksi pada rahim ibu. Misalnya, sebagian besar pedoman rumah sakit menetapkan bahwa setelah ketuban pecah, risiko infeksi meningkat secara signifikan, dan para ahli merekomendasikan persalinan dalam waktu 24 jam.
Melahirkan di dalam air di rumah meningkatkan risiko bahwa perempuan mungkin tidak tahu sepenuhnya kapan ketuban pecah dan mereka mungkin memasukkan bakteri ke dalam air.
9. Risiko tali pusat putus

Selama persalinan di air, bayi biasanya segera diangkat ke permukaan dengan kepala terlebih dahulu. Gerakan cepat ini akan memungkinkan bayi untuk mulai bernapas sesegera mungkin, tetapi ada risiko tali pusat putus.
Tali pusat yang putus dapat mengancam jiwa karena janin dapat mengalami pendarahan hingga itu dihentikan. Selain itu, tali pusar yang pendek dapat mengikat janin di dalam air atau robek, yang mengakibatkan kehilangan darah pada janin.
10. Kurangnya sumber daya jika terjadi keadaan darurat
Selama water birth, kemampuan untuk menangani keadaan darurat selama persalinan terbatas (misalnya distosia bahu, pendarahan ibu, perlunya operasi caesar, dan lain-lain) Hal ini dapat mengakibatkan hasil yang negatif bagi ibu atau bayi.
Karena adanya risiko-risiko yang disebutkan di atas, tidak semua perempuan dapat menjalani metode persalinan water birth. Perempuan dengan kondisi tertentu yang sebaiknya tidak melahirkan dengan metode ini antara lain:
- Berusia kurang dari 17 tahun atau lebih dari 35 tahun.
- Sedang mengalami infeksi.
- Mengalami komplikasi kehamilan, seperti preeklamsia, diabetes, atau penyakit jantung.
- Bayi kembar.
- Usia bayi prematur.
- Posisi bayi sungsang.
- Diperkirakan melahirkan bayi yang berbobot besar.
- Memiliki kondisi yang mengharuskan proses melahirkan untuk dimonitor secara teratur dan tidak dapat dilakukan di kolam air.
Referensi
“Immersion in Water During Labor and Delivery,” ACOG, n.d., https://www.acog.org/clinical/clinical-guidance/committee-opinion/articles/2016/11/immersion-in-water-during-labor-and-delivery.
"Melahirkan dengan Metode Water Birth, Apakah Aman?" Kemenkes RS Sardjito. Diakses Desember 2024.
Elizabeth R Cluett, Ethel Burns, and Anna Cuthbert, “Immersion in water during labour and birth,” Cochrane Library 2018, no. 6 (May 16, 2018).
Odent, M. (2000). "The Nature of Birth and Breastfeeding". Green Books.
Burns E (2001) Waterbirth. MIDIRS Midwifery Digest (Supplement 2)11(3): S10-13
"Guideline for the use of water during labour and birth" (PDF). Milton Keynes University Hospital. Diakses pada Desember 2024.
Zhang, Guanran, and Qiuhong Yang. “Comparative Efficacy of Water and Conventional Delivery during Labour: A Systematic Review and Meta-Analysis.” Journal of Healthcare Engineering 2022 (March 29, 2022): 1–9.
"Study: Water births are as safe as land births for mom, baby". University of Michigan. Diakses Desember 2024.
Bovbjerg, Ml, M Cheyney, and Ab Caughey. “Maternal and neonatal outcomes following waterbirth: a cohort study of 17 530 waterbirths and 17 530 propensity score‐matched land births.” BJOG an International Journal of Obstetrics & Gynaecology 129, no. 6 (November 13, 2021): 950–58.
Mollamahmutoglu, Leyla, Ozlem Moraloglu, et al. “The effects of immersion in water on labor, birth and newborn and comparison with epidural analgesia and conventional vaginal delivery.” Journal of the Turkish-German Gynecological Association 2012, no. 1 (March 1, 2012): 45–49.
"What You Need to Know About Water Births". Parents. Diakses Desember 2024.
Pinette, Michael G et al. "The risks of underwater birth." American Journal of Obstetrics & Gynecology, Volume 190, Issue 5, 1211 - 1215.
Schafer, Robyn. “Umbilical Cord Avulsion in Waterbirth.” Journal of Midwifery & Women S Health 59, no. 1 (January 1, 2014): 91–94.
"Approaches to Limit Intervention During Labor and Birth" Number 766 (Replaces Committee Opinion No. 687, February 2017. Reaffirmed 2021). American College of Obstetricians and Gynecologists. Diakses Desember 2024.