Staphylococcal Scalded Skin Syndrome: Penyebab, Gejala, dan Pengobatan
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Staphylococcal scalded skin syndrome (SSSS) adalah infeksi kulit serius yang biasanya terjadi pada bayi dan anak kecil di bawah usia 6 tahun. Kondisi ini juga dikenal sebagai penyakit Ritter, yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus.
Pada kondisi ini, bakteri ini memproduksi racun eksfoliatif yang menyebabkan lapisan luar kulit melepuh dan mengelupas, seolah-olah habis disiram dengan air panas.
Tergolong langka, menurut keterangan dari National Organization for Rare Disorders, penyakit ini tercatat memengaruhi hingga 56 orang dari 100.000 orang.
1. Penyebab
Dilansir Healthline, bakteri yang menyebabkan SSSS umum terjadi pada orang sehat. Menurut British Association of Dermatologists, sebanyak 40 persen orang dewasa memiliki bakteri ini, biasanya di kulit atau selaput lendir), tanpa adanya masalah.
Namun, masalah akan muncul ketika bakteri masuk ke dalam tubuh melalui celah di kulit (misalnya karena adanya luka). Racun yang diproduksi bakteri merusak kemampuan kulit untuk menyatu. Lapisan atas kulit kemudian terlepas dari lapisan kulit yang lebih dalam, menyebabkan pengelupasan yang merupakan ciri khas SSSS.
Racun juga dapat memasuki aliran darah, menghasilkan reaksi di seluruh kulit. Karena anak, terutama bayi, memiliki sistem kekebalan dan ginjal yang kurang berkembang untuk mengeluarkan racun dari tubuh, mereka paling berisiko.
Menurut laporan dalam jurnal Annals of Internal Medicine tahun 2013, sebanyak 98 persen kasus terjadi pada anak-anak yang usianya di bawah 6 tahun. Orang dewasa dengan sistem kekebalan yang lemah atau fungsi ginjal yang buruk juga rentan.
Selain itu, berdasarkan laporan dalam Journal of Global Infectious Diseases, bayi baru lahir dan anak kecil lebih rentan terserang SSSS. Ini disebabkan karena kurangnya antibodi pelindung terhadap toksin eksfoliatif A dan B (ETA dan ETB), serta fungsi ginjal yang belum matang. Oleh sebab itu, komplikasi yang berpotensi fatal bisa terjadi jika anak dan bayi baru lahir terinfeksi SSSS.
2. Gejala
Tanda awal SSSS biasanya dimulai dengan gejala khas infeksi, seperti:
- Demam
- Iritabilitas
- Kelelahan
- Menggigil
- Kelemahan
- Kurang atau hilang nafsu makan
- Konjungtivitis
Mungkin juga ada kerak di kulit, yang umumnya muncul di area popok atau di sekitar tunggul pusar pada bayi yang baru lahir, dan di wajah pada anak-anak. Pada orang dewasa, kerak ini bisa muncul di mana saja.
Saat racun dilepaskan bakteri, gejala yang bisa terjadi antara lain:
- Kulit merah, lembut, baik terbatas pada titik masuk bakteri atau meluas
- Lepuh yang mudah pecah
- Kulit mengelupas, yang bisa terkelupas dalam lembaran besar
Gejala SSSS bisa mirip kondisi kesehatan lainnya. Jadi, pastikan untuk membawa anak ke dokter untuk diagnosis tepat.
Baca Juga: Penyakit Stargardt: Gejala, Penyebab, Diagnosis, dan Pengobatan
3. Komplikasi yang mungkin terjadi
SSSS menggambarkan spektrum kelainan kulit melepuh superfisial yang disebabkan oleh racun eksfoliatif Staphylococcys aureus. Dalam tingkat yang parah pengelupasan kulit bisa terjadi di seluruh permukaan tubuh.
Editor’s picks
Mengutip Johns Hopkins Medicine, komplikasi dapat terjadi, khususnya pada anak usia di bawah 6 tahun. Bila segera ditangani, umumnya anak sembuh tanpa adanya jaringan parut atau masalah lain. Namun, dalam beberapa kasus, komplikasi yang dapat terjadi mungkin termasuk:
- Kehilangan cairan menyebabkan dehidrasi dan syok seperti pasien luka bakar
- Infeksi yang semakin parah
- Jaringan parut
- Kematian
Selain itu, mengutip Healthline, bakteri penyebab SSSS juga dapat menyebabkan:
- Pneumonia
- Selulitis
- Sepsis
Kondisi-kondisi tersebut bisa mengancam nyawa, membuat pengobatan harus dilakukan sesegera mungkin.
4. Diagnosis
Dokter biasanya akan menanyakan gejala dan riwayat kesehatan lalu melakukan pemeriksaan fisik. Beberapa tes juga mungkin akan dilakukan, seperti:
- Biopsi kulit: sampel kecil kulit diambil dan diperiksa di bawah mikroskop.
- Tes kultur: merupakan tes sederhana untuk memeriksa bakteri. Kultur dapat dilakukan dari darah, urine, hidung dan tenggorokan, dan kulit. Pada bayi baru lahir, kultur pusar juga dapat dilakukan.
5. Pengobatan
Umumnya pengobatan SSSS melibatkan rawat inap di rumah sakit. Unit luka bakar biasanya dapat mengatasi kondisi ini dengan baik.
Pengobatan umum yang dilakukan meliputi:
- Antibiotik oral atau intravena untuk membersihkan infeksi
- Obat-obatan untuk nyeri
- Krim untuk melindungi kulit yang terbuka atau terekspos
Obat antiinflamasi nonsteroid dan steroid tidak diberikan karena obat ini bisa menyebabkan efek negatif terhadap ginjal dan sistem imun.
Ketika luka lepuh mengering dan mengeluarkan cairan, dehidrasi bisa menjadi masalah. Maka dari itu, asupan cairan harus diperhatikan. Penyembuhan biasanya dimulai 24-48 jam setelah pengobatan dimulai. Pemulihan total biasanya terjadi 5-7 hari kemudian.
6. Pencegahan
Bakteri Staphylococcus sangat kuat dan bisa bertahan hidup pada suhu ekstrem, kekeringan, dan bahkan asam lambung. Dilansir WebMD, SSSS bisa dihindari dengan cara mencegah penyebaran bakteri. Lakukan tindakan pencegahan ini:
- Sering-seringlah mencuci tangan
- Mandi atau mandi setiap hari
- Jaga agar luka, luka, dan ruam tetap bersih dan tertutup
- Jangan berbagi handuk, seprai, atau barang-barang pribadi jika seseorang yang memiliki infeksi bakteri Staphylococcus
SSSS adalah kondisi yang langka. Meskipun bisa berkembang menjadi serius dan menyakitkan, tetapi umumnya ini tidak mematikan. Kebanyakan orang dengan kondisi ini bisa pulih sepenuhnya dengan cepat, tanpa efek samping atau bekas luka yang bertahan lama, asalkan perawatan dilakukan dengan segera.
Jadi, bila menemukan gejala khas kondisi ini pada dirimu atau anak, segera periksakan ke dokter, ya.
Baca Juga: Sindrom Blau: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Komplikasi, dan Pengobatan
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.