Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

13 Masalah Gigi yang Paling Umum, Bukan cuma Gigi Berlubang

ilustrasi gigi sehat (pexels.com/Sora Shimazaki)
Intinya sih...
  • Sebagian besar masalah gigi yang paling umum bisa dihindari jika kamu menjaga kesehatan gigi dan mulut dengan baik.
  • Contoh masalah gigi yang paling umum adalah gigi berlubang, gigi sensitif, erosi gigi, dan penyakit gusi.
  • Jika mengalami gejala masalah gigi dan mulut apa pun, terutama yang tak biasa, hilang timbul, berlangsung lama, atau parah, temuilah dokter gigi.

Masalah gigi sering kali dapat dicegah dengan menyikat gigi dua kali sehari, membersihkan gigi dengan benang setiap hari, makan makanan yang sehat, dan pemeriksaan gigi secara teratur.

Mengedukasi diri tentang masalah gigi yang paling umum dan penyebabnya juga bisa membantu kamu mencegahnya terjadi. Di bawah ini dipaparkan daftar masalah gigi yang paling umum.

1. Bau mulut

Menurut penelitian, kondisi gigi menjadi penyebab sekitar 85 persen orang dengan bau mulut terus-menerus.

Masalah gigi dan mulut yang bisa menyebabkan bau mulut antara lain:

  • Mulut kering: Kondisi ini sering menjadi bagian penting dari halitosis. Ketika terjadi penurunan produksi air liur yang signifikan, mulut tidak dapat membersihkan dirinya sendiri dan menghilangkan kotoran serta partikel yang tertinggal dari makanan. Mulut kering mungkin disebabkan oleh obat-obatan tertentu, kelainan kelenjar ludah, atau karena selalu bernapas melalui mulut, bukan hidung.
  • Penyakit periodontal/penyakit gusi: Salah satu gejala utama penyakit gusi ini adalah bau mulut dan rasa tidak enak di mulut. Kondisi ini perlu perawatan segera oleh dokter gigi.
  • Bakteri penyebab bau di lidah: Bakteri tertentu di bagian belakang lidah dapat berinteraksi dengan asam amino dalam makanan dan menghasilkan senyawa belerang yang berbau.
  • Kondisi kesehatan yang mendasarinya: Bau mulut mungkin merupakan gejala dari salah satu kondisi berikut:
    • Infeksi pernapasan.
      • Infeksi pada hidung, tenggorokan, atau paru-paru.
      • Bronkitis kronis.
      • Postnasal drip.
      • Sinusitis kronis.
    • Diabetes.
    • Gangguan pencernaan.
    • Gangguan pada ginjal atau hati.

2. Kerusakan gigi

ilustrasi kerusakan pada gigi (commons.wikimedia.org/Håkan Svensson)

Hasil Riset Kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2018 menyatakan, proporsi terbesar masalah gigi di Indonesia adalah gigi berlubang (45,3 persen).

Kerusakan gigi terjadi ketika plak bercampur dengan gula dan/atau pati dari makanan yang kamu makan. Kombinasi tersebut menghasilkan asam menyerang email gigi.

Gigi berlubang bisa dialami pada usia berapa pun. Penuaan dan erosi email normal dapat menyebabkannya. Begitu juga dengan mulut kering karena usia, penyakit, atau obat-obatan.

Cara terbaik untuk mencegah kerusakan gigi adalah dengan menyikat gigi dua kali sehari, membersihkan gigi dengan benang setiap hari, dan melakukan pemeriksaan gigi secara teratur.

Selain itu, konsumsilah makanan sehat dan hindari camilan dan minuman tinggi gula.

3. Penyakit gusi

Penyakit gusi adalah infeksi pada gusi. Ini juga merupakan penyebab utama hilangnya gigi pada orang dewasa. Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan antara penyakit gusi dan masalah jantung.

Semua orang berisiko terkena penyakit gusi, tetapi ini paling umum terjadi setelah usia 30 tahun.

Merokok merupakan faktor risiko yang signifikan seiring dengan kondisi kesehatan seperti diabetes dan mulut kering.

Gejalanya penyakit gusi yang perlu kamu waspadai antara lain:

  • Bau mulut.
  • Gusi merah, bengkak, nyeri tekan, atau berdarah.
  • Gigi sensitif.
  • Sakit saat mengunyah.

Penyakit gusi dikenal sebagai gingivitis, sementara periodontitis adalah penyakit gusi stadium lanjut.

Jika mengalami gejala-gejala di atas, temui dokter gigi. Perawatan dapat mencegah masalah lebih lanjut, seperti kehilangan gigi.

Pemeriksaan gigi secara teratur, menyikat gigi, dan flossing dapat membantu mencegahnya.

4. Lapisan gigi terkelupas

ilustrasi gigi anak (pexels.com/Towfiqu barbhuiya)

Gigi yang terkelupas, terutama gigi depan, merupakan cedera yang cukup umum. Gigi dapat terkelupas akibat cedera olahraga atau terjatuh, terutama pada anak-anak.

Gigi yang terkelupas atau trauma harus segera diperiksa. Jika kerusakannya cukup parah, beberapa jaringan bagian dalam gigi yang sensitif dapat terekspos.

Bergantung pada lokasi gigi yang terkelupas dan seberapa banyak struktur gigi yang hilang, gigi dapat dipulihkan dengan veneer gigi, yang akan mengembalikan bentuk dan fungsi gigi.

5. Noda pada gigi

Gigi yang menguning, cokelat, atau bahkan hitam tentu bukan hal yang disukai. Noda pada gigi bisa terjadi karena berbagai alasan.

Gigi bernoda karena berbagai alasan. Yang paling umum adalah mengonsumsi makanan dan minuman berwarna akan menyebabkan email gigi ternoda seiring waktu. Teh, kopi, anggur merah, cokelat hitam, sayuran berdaun hijau, dan buah beri akan menodai gigi lebih cepat. Jenis noda ini dapat diatasi dengan perawatan pemutihan gigi profesional atau di rumah.

Gigi kuning hanyalah masalah kosmetik dan tidak menimbulkan masalah kesehatan apa pun.

Terkadang, noda dapat menjadi tanda kerusakan atau infeksi pada gigi. Ini dapat terjadi ketika gigi berubah menjadi cokelat atau bahkan hitam. Dalam kasus ini, perlu intervensi dokter gigi untuk mencari tahu dan mengatasi akar penyebabnya.

6. Erosi gigi

ilustrasi sakit gigi (unsplash.com/Mufid Majnun)

Erosi gigi adalah masalah umum yang dapat terjadi pada semua usia. Hal ini terjadi ketika sebagian permukaan email gigi terlarut dan melunak akibat kontak dengan asam. Asam ini bisa berasal dari perut atau dari makanan dan minuman.

Erosi gigi berbeda dengan kerusakan gigi yang disebabkan oleh bakteri.

Erosi gigi bisa menjadi parah jika mulut kering dan tidak menghasilkan cukup air liur untuk mengeluarkan dan menetralkan asam.

Jika mengalami erosi gigi, gigi dapat:

  • Berubah warna.
  • Menjadi sensitif terhadap panas dan dingin.
  • Terlihat lebih pendek karena terkikis.
  • Lebih mudah pecah atau patah.
  • Memiliki tepi yang tajam.

Erosi gigi paling sering terjadi pada permukaan tempat menggigit, permukaan bagian dalam, dan tepi atas gigi. Permukaan bagian dalam lebih mungkin terpengaruh ketika sumber asam berasal dari lambung.

Jika tidak diobati sejak dini, erosi gigi dapat menyebabkan hilangnya permukaan gigi secara bertahap. Asam melarutkan email gigi dari waktu ke waktu, sehingga dentin di bawah email terbuka. Dentin berwarna kuning kecokelatan.

Tambalan gigi juga dapat terangkat jika email di sekitarnya terkikis oleh asam.

7. Gigi sensitif

Sensitivitas gigi biasanya terjadi ketika lapisan bawah gigi, yaitu dentin, terbuka. Hal ini dapat terjadi karena erosi (keausan) dan resesi gusi (ketika jaringan gusi terlepas dari gigi sehingga akarnya terlihat).

Akar gigi, yang tidak ditutupi oleh enamel keras, mengandung ribuan saluran kecil yang menuju ke pusat gigi (pulpa). Tubulus (atau saluran) dentin ini memungkinkan rangsangan—misalnya makanan panas, dingin, atau manis—mencapai saraf di gigi, yang mengakibatkan rasa sakit atau ngilu.

Sensitivitas gigi juga bisa menjadi gejala masalah lain, termasuk gigi berlubang, penyakit gusi, atau gigi retak.

8. Sakit gigi dan keadaan darurat gigi

ilustrasi seseorang mengalami gingivitis (freepik.com/stocking)

Keadaan darurat gigi bisa menyakitkan dan menakutkan. Ini perlu perawatan segera.

Masalah umum yang memerlukan kunjungan segera ke dokter gigi meliputi:

  • Gigi patah atau retak.
  • Gigi yang mengalami abses.
  • Kehilangan gigi karena kecelakaan.

Jika mengalaminya, segera hubungi dokter gigi atau ke unit gawat darurat terdekat.

Juga, segera dapat perhatian medis darurat jika mengalami:

  • Dislokasi rahang atau rahang patah.
  • Luka parah pada lidah, bibir, atau mulut.
  • Abses gigi yang menyebabkan sulit menelan.
  • Pembengkakan pada wajah.

9. Masalah pada estetika gigi

Sebetulnya secara teknis ini bukan masalah gigi, tetapi merupakan alasan penting kenapa beberapa orang menemui dokter gigi.

Masalah estetika gigi bisa memengaruhi kepercayaan diri. Kabar baiknya, ini sering kali bisa diatasi.

Perubahan kosmetik yang bisa dilakukan oleh dokter gigi di antaranya:

  • Pemutihan gigi.
  • Implan gigi.
  • Ortodontik (misalnya kawat gigi).
  • Prosedur kosmetik gigi lainnya.

10. Gangguan TMD

ilustrasi dokter gigi (pexels.com/Cedric Fauntleroy)

Gangguan temporomandibular (TMD) adalah kelainan pada otot rahang, sendi temporomandibular, dan saraf yang berhubungan dengan nyeri wajah kronis.

Masalah apa pun yang menghalangi sistem otot, tulang, dan sendi yang kompleks untuk bekerja sama secara harmonis dapat menyebabkan gangguan temporomandibular.

National Institute of Dental and Craniofacial Research mengklasifikasikan TMD sebagai berikut:

  • Nyeri myofascial: Ini adalah bentuk TMD yang paling umum, mengakibatkan ketidaknyamanan atau nyeri pada fasia (jaringan ikat yang menutupi otot) dan otot yang mengontrol fungsi rahang, leher, dan bahu.
  • Gangguan internal pada sendi: Ini berarti rahang berpindah lokasi atau cakram tergeser, (bantalan tulang rawan antara kepala tulang rahang dan tengkorak), atau cedera pada kondilus (ujung bulat tulang rahang yang berartikulasi dengan tulang tengkorak temporal).
  • Penyakit sendi degeneratif: Ini termasuk osteoartritis atau artritis reumatoid pada sendi rahang.

Kamu bisa mengalami satu atau lebih kondisi ini secara bersamaan.

Tanda dan gejala TMD yang paling umum antara lain:

  • Ketidaknyamanan atau nyeri rahang (sering kali paling umum terjadi pada pagi atau sore hari).
  • Sakit kepala.
  • Nyeri menjalar ke belakang mata, wajah, bahu, leher, dan/atau punggung.
  • Sakit telinga atau telinga berdenging (bukan disebabkan oleh infeksi saluran telinga bagian dalam).
  • Rahang berbunyi "klik" saat membuka mulut.
  • Rahang terkunci atau kaku.
  • Gerakan mulut terbatas.
  • Menggemeretakkan gigi.
  • Pusing.
  • Sensitivitas gigi tanpa adanya penyakit mulut.
  • Mati rasa atau kesemutan pada jari.
  • Perubahan pada cara gigi atas dan bawah menyatu.

Gejala TMD mungkin terlihat seperti kondisi atau masalah medis lain. Temui dokter gigi atau dokter untuk diagnosis akurat.

11. Infeksi akar gigi

Sakit gigi yang berdenyut dan berlangsung lama merupakan tanda kamu mengalami infeksi pada akar gigi.

Jenis infeksi ini berkembang jika kerusakan gigi atau kerusakan pada gigi tidak ditangani dengan baik.

Bakteri menyerang dan melemahkan akar gigi, yaitu bagian bawah mahkota gigi. Ini membentuk jangkar untuk gigi dan meluas ke arah tulang rahang.

Kalau kamu mengalami infeksi akar, maka kamu memerlukan perawatan saluran akar. Selama perawatan ini, bakteri dikeluarkan dari saluran akar; gigi kemudian ditutup dengan mahkota atau tambalan.

Saluran akar dapat menyembuhkan sebagian jaringan di sekitar gigi atau penyembuhan total. Rata-rata 76,7 persen kasus sembuh total.

Perawatan saluran akar gigi yang berhasil akan mengurangi rasa sakit dan sensitivitas, kamu akan bisa makan dengan lebih baik, menyelesaikan rutinitas kebersihan mulut secara teratur, dan menghindari infeksi lebih lanjut.

12. Bruksisme

ilustrasi bruksisme, bruxisme, atau menggemeretakkan gigi (pexels.com/Iqbal farooz)

Menggemeretakkan gigi atau bruksisme terjadi ketika kamu menggemeretakkan gigi secara bersamaan, terutama pada malam hari, tanpa disadari. Ini memberikan tekanan pada gigi dan rahang, yang seiring waktu dapat menyebabkan masalah kesehatan gigi dan lainnya seperti:

  • Abrasi gigi.
  • Gigi retak atau patah.
  • Nyeri wajah.
  • Gigi sangat sensitif.
  • Ketegangan pada otot wajah dan rahang.
  • Sakit kepala.
  • Dislokasi rahang.
  • Rahang terkunci/kaku.
  • Pengikisan enamel gigi, memperlihatkan dentin di bawahnya.
  • Sensasi "klik" dalam sendi temporomandibular.
  • Lekukan pada lidah.
  • Kerusakan pada bagian dalam pipi.
  • Area datar dan halus pada gigi yang terbentuk pada permukaan gigitan gigi akibat gesekan berulang kali.

13. Gigi berantakan

Gigi yang tidak rata, atau berjejal, biasanya merupakan masalah genetik dan disebabkan oleh bagaimana gigi dewasa tumbuh di rahang selama masa remaja.

Rahang mungkin terlalu kecil untuk menampung semua gigi dalam posisi yang tepat, atau satu gigi mungkin tumbuh dalam posisi yang tidak normal, yang menyebabkan gigi di sebelahnya dan gigi yang berlawanan tidak sejajar.

Tergantung pada tingkat keparahan kondisinya, gigi yang tidak rata dapat menyebabkan gigi bergemeretak dan sulit dibersihkan. Hal ini dapat meningkatkan kemungkinan penyakit gusi, kerusakan gigi, dan gigi yang aus seiring waktu.

Perawatan ortodontik seperti kawat gigi dapat digunakan untuk memperbaiki gigi yang tidak rata. Dalam kasus yang parah, operasi rahang mungkin diperlukan.

Sebagian besar masalah gigi yang paling umum di atas bisa dihindari jika kamu menjaga kesehatan gigi dan mulut dengan baik, dengan cara:

  • Menyikat gigi dua kali sehari.
  • Membersihkan sela-sela gigi dengan benang gigi.
  • Pemeriksaan rutin dengan dokter gigi setiap 6 bulan.
  • Tidak merokok.

Jika mengalami gejala masalah gigi dan mulut apa pun, terutama yang tak biasa, hilang timbul, berlangsung lama, atau parah, sebaiknya segera buat janji temu dengan dokter gigi.

Referensi

Bollen, Curd Ml, dan Thomas Beikler. “Halitosis: the multidisciplinary approach.” International Journal of Oral Science/International Journal of Oral Science 4, no. 2 (1 Juni 2012): 55–63.
Sehat Negeriku - Biro Komunikasi & Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan RI. Diakses pada Juni 2024. Kemenkes Tingkatkan Layanan Kesehatan Gigi dan Mulut Yang Aman Dari Penularan COVID-19.
Sanz, Mariano, Alvaro Marco Del Castillo, dkk. “Periodontitis and cardiovascular diseases: Consensus report.” Journal of Clinical Periodontology 47, no. 3 (3 Februari 2020): 268–88.
Ng, Y.‐l., V. Mann, and K. Gulabivala. “Outcome of secondary root canal treatment: a systematic review of the literature.” International Endodontic Journal 41, no. 12 (11 November 2008): 1026–46. 
Johns Hopkins Medicine. Diakses pada Juni 2024. Bruxism.
Healthdirect. Diakses pada Juni 2024. Dental erosion.
Australia Dental. Diakses pada Juni 2024. 6 Common Dental Problems in Adults.
Blyss. Diakses pada Juni 2024. Top 15 Common Dental Problems: Causes, Treatments, Prevention.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nurulia R F
Misrohatun H
Nurulia R F
EditorNurulia R F
Follow Us