Cegah Pruritus dengan Menjaga Kelembapan Kulit

Pruritus banyak dialami lansia

Seiring bertambahnya usia, lebih sedikit minyak yang dihasilkan pori-pori, sehingga kulit cenderung lebih kering dibandingkan ketika masih muda. Bukan hanya kering, tetapi juga kasar dan pecah-pecah.

Jika tidak segera ditangani, akan mempermudah masuknya bakteri ke tubuh dan menyebabkan infeksi. Selain itu, bisa menyebabkan pruritus, yaitu sensasi tidak nyaman dan menjengkelkan yang membuat kita ingin menggaruk.

Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, Klinik Pramudia mengadakan virtual media briefing bertema "Jangan Sampai Pruritus dan Kulit Kering Menurunkan Kualitas Hidup Usia Lanjut" pada Kamis (3/11/2022).

Pembicara yang dihadirkan ialah dr. Amelia Setiawati Soebyanto, SpDV, dokter spesialis dermatologi dan venereologi, serta dr. Yustin Sumito, SpKK, dokter spesialis kulit dan kelamin. Simak, yuk!

1. Merupakan kelainan kulit yang banyak dijumpai pada lansia

Pruritus didefinisikan sebagai sensasi tidak menyenangkan pada kulit yang menimbulkan keinginan untuk menggaruk. Nama lainnya adalah gatal atau itching.

Dokter Yustin menyebutkan penelitian yang diterbitkan dalam Journal of the American Academy of Dermatology tahun 2013, yang mengatakan bahwa 1,8 juta pasien pruritus berusia 65 tahun atau lebih.

Sementara itu, pada studi lain yang dipublikasikan dalam jurnal Clinical, Cosmetic, and Investigational Dermatology tahun 2020, pruritus merupakan kelainan kulit yang paling banyak dijumpai pada lansia dengan prevalensi 14,20 persen. Kelainan kulit lainnya adalah eksem (12,40 persen) dan keratosis seboroik (6,80 persen).

2. Penyebab pruritus paling umum adalah kulit kering

Cegah Pruritus dengan Menjaga Kelembapan Kulitilustrasi kulit kering (pixabay.com/DMFhotography)

Sebanyak 63,78 persen pasien lansia mengalami pruritus akibat kulit kering (xerotic cutis). Mengutip Medical News Today, kulit akan terasa gatal saat kehilangan kelembapan.

Penyebab kulit kering bermacam-macam, yang dibagi berdasarkan faktor internal dan eksternal. Menurut dr. Amelia, yang termasuk faktor internal adalah:

  • Penyakit kronis: Diabetes dan penyakit ginjal.
  • Penyakit kulit lain: Eksem dan psoriasis.
  • Obat-obatan tertentu: Obat kolesterol, tekanan darah tinggi, hingga obat yang dioleskan ke kulit (topikal).
  • Kebiasaan tertentu: Minum minuman beralkohol, kurang minum air, dan mandi atau mencuci tangan berulang-ulang karena memiliki gangguan obsesif kompulsif.
  • Kondisi lainnya: Skin barrier rusak dan melemahnya sistem imun.

Sementara itu, yang termasuk faktor eksternal adalah polusi udara, kelembapan udara yang rendah, AC yang terlalu dingin, terpapar sinar ultraviolet (UV) terlalu lama, menggunakan sabun yang bersifat iritatif, dan mandi dengan air yang terlalu panas.

3. Beberapa area tubuh lebih mungkin menjadi kering

Pada tahap awal, kulit akan tampak kusam dan kasar dengan sisik halus yang mudah mengelupas. Namun, pada tahap yang lebih lanjut, akan muncul retakan. Bahkan, bisa meradang dan meninggalkan bercak merah.

Dilansir SkinSight, beberapa bagian tubuh lebih mungkin menjadi kering, seperti punggung tangan, lengan, area samping antara tulang rusuk bawah dan pinggul, serta bagian depan tungkai bawah.

Baca Juga: Xerosis (Kulit Kering): Penyebab, Gejala, Pengobatan, Pencegahan

4. Pruritus bisa menurunkan kualitas hidup pasien

Jangan anggap remeh pruritus. Gatal-gatal berkepanjangan bisa menyebabkan gangguan tidur, yang disebut sebagai pruritus nokturnal. Ini membuat kita terbangun di malam hari untuk menggaruk kulit yang gatal.

Selain itu, berdasarkan riset yang diterbitkan dalam jurnal Neuroscience & Biobehavioral Reviews tahun 2018, pruritus dikaitkan dengan peningkatan stres, kecemasan, dan gangguan mood. Pada akhirnya, kualitas hidup pasien bisa turun.

5. Menjaga kelembapan kulit adalah kuncinya

Cegah Pruritus dengan Menjaga Kelembapan Kulitilustrasi sabun cair (pexels.com/Alesia Kozik)

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, kulit kering bisa menyebabkan pruritus. Oleh karena itu, jaga kelembapan kulit dengan cara:

  • Menghindari paparan sinar matahari terlalu lama.
  • Memenuhi kebutuhan cairan tubuh, jangan sampai dehidrasi.
  • Jangan mandi terlalu lama.
  • Gunakan sabun cair karena pH sabun batang lebih tinggi dan risiko kontaminasi bakteri lebih kecil.
  • Pilih sabun cair yang ringan, tanpa pewangi dan pewarna.

Tata laksana paling tepat adalah memeriksakan diri ke dokter spesialis kulit dan kelamin. Dokter akan mengawali dengan anamnesis, lalu dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik. Setelahnya, dokter akan memberikan pengobatan yang sesuai. Bisa berupa obat oles, losion, atau obat oral.

Baca Juga: 4 Jenis Perawatan untuk Meremajakan Kulit, Tengok yuk!

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya