Diagnosis Penyakit Jantung Lebih Akurat dengan OCT

Bagaimana cara kerjanya?

Penyakit jantung tidak hanya dialami oleh orang lanjut usia (lansia). Makin banyak orang berusia 30–40 tahun yang terkena penyakit jantung. Penting bagi kita untuk melakukan pemeriksaan berkala untuk mengetahui kondisi jantung terkini.

Ada beberapa alat untuk mendiagnosis penyakit jantung, seperti elektrokardiogram (EKG), CT scan, magnetic resonance imaging (MRI), dan masih banyak lagi. Teknologi yang paling mutakhir adalah optical coherence tomography (OCT).

Dokter Wishnu Aditya Widodo, SpJP(K), FIHA, selaku dokter spesialis jantung dan pembuluh darah konsultan kardiologi intervensi RS Pondok Indah menjelaskan tentang OCT dalam virtual media discussion pada Senin (1/8/2022). Berikut pemaparan lengkapnya!

1. Mengenal komponen jantung

Jantung adalah organ yang luar biasa. Hanya seukuran buah alpukat, tetapi mampu memompa darah sebanyak 5 liter per menit atau 540.000 liter per hari. Jika kita hidup sampai usia 70 tahun, jumlah darah yang dipompa adalah 10,5 miliar liter. Amazing!

Apa saja komponen jantung? Menurut dr. Wishnu, komponennya adalah katup-katup, otot miokardium, perikardium, listrik jantung, dan arteri koroner. Yang terakhir fungsinya adalah memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi jantung.

2. Arteri koroner bisa mengalami penyempitan

Diagnosis Penyakit Jantung Lebih Akurat dengan OCTilustrasi penyempitan arteri (scientificanimations.com/Girish Khera)

Seiring bertambahnya usia, arteri koroner bisa mengalami penyempitan, yang dikenal sebagai aterosklerosis. Ini mulai terjadi di usia 30–40 tahun.

"Yang memengaruhi aterosklerosis adalah gaya hidup tidak sehat, jarang olahraga, merokok, kurang makan buah dan sayur, serta terlalu sering rebahan. Selain itu, hipertensi dan diabetes bisa mempercepat terjadinya aterosklerosis," jelas dr. Wishnu.

3. Penyempitan arteri koroner bisa menyebabkan kematian

Terdapat dua tipe sumbatan pada arteri koroner, yaitu tersumbat perlahan dan tersumbat tiba-tiba. Tipe pertama menyebabkan angina stabil, yaitu nyeri dada yang kambuh saat beraktivitas dan membaik jika istirahat.

Sementara itu, tipe kedua menyebabkan serangan jantung, yaitu nyeri dada mendadak dan sakitnya tidak hilang walau sudah beristirahat. Dokter Wishnu mengatakan bahwa penyempitan arteri koroner bisa meningkatkan risiko kematian.

Baca Juga: Gagal Jantung dan Kematian bisa Dicegah dengan Kontrol Hipertensi

4. Beberapa cara untuk memeriksa arteri koroner

Diagnosis Penyakit Jantung Lebih Akurat dengan OCTilustrasi alat diagnostik (imperial.ac.uk/Thomas Angus)

Bagaimana cara memeriksa arteri koroner? Beberapa opsi yang tersedia ialah treadmill test, kateterisasi jantung, multi slice computed tomography (MSCT) koroner, MRI, dan nuclear perfusion.

Dari berbagai modalitas tersebut, yang paling revolusioner ialah pencitraan intrakoroner atau intravascular imaging. Dengan teknologi ini, kita bisa melihat langsung dari dalam pembuluh darah.

Dokter Wishnu memaparkan berbagai keuntungan menggunakan pencitraan intrakoroner, antara lain:

  • Melihat jenis sumbatan dengan tepat, agar dokter bisa menentukan strategi untuk mengatasi sumbatan tersebut, lalu mengevaluasi hasil intervensi tersebut.
  • Menyingkirkan kemungkinan komplikasi.
  • Terbukti memberikan hasil jangka panjang lebih baik.

5. Metode pencitraan termutakhir saat ini adalah OCT

Optical coherence tomography atau OCT merupakan modalitas pencitraan optik yang menggunakan cahaya inframerah untuk membuat gambar resolusi tinggi dari struktur mikro jaringan. Simpelnya, kabel serat optik dimasukkan ke pembuluh darah untuk menghasilkan gambar.

"Resolusi OCT lebih bagus (karena) frame rate-nya sangat tinggi. Tidak ada keraguan (dalam) penggunaan OCT karena memberikan output yang lebih baik," tutur dr. Wishnu.

Terdapat beberapa keuntungan menggunakan OCT, yakni angka kejadian serangan jantung, komplikasi, dan kematian lebih rendah, serta angka penggumpalan darah pada stent lebih minim.

Namun, OCT juga memiliki kekurangan. Seperti membuat waktu tindakan menjadi lebih panjang, menggunakan lebih banyak zat kontras, tekanan ke arteri koroner menjadi lebih tinggi saat pengambilan gambar, dan biaya yang cukup mahal.

Baca Juga: Irama Jantung Tidak Teratur Meningkatkan Risiko Stroke?

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya