Vaksin Polio Dosis Lengkap Punya Efektivitas 99 Persen

Lindungi anak-anak dari penyakit ini, yuk!

Bicara soal polio, yang kita bayangkan adalah penyakit zaman dulu. Penyakit ini mencapai puncaknya pada tahun 1940-an hingga 1950-an. Orang yang terjangkit polio biasanya mengalami kelumpuhan.

Setelah berjuang selama beberapa dekade, Indonesia akhirnya menerima sertifikat bebas polio pada tahun 2014. Sayangnya, pada Sabtu (19/11/2022) ditemukan satu kasus polio di Pidie, Aceh, dan membuat Kementerian Kesehatan RI menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) Polio.

Menanggapi hal tersebut, @childlife.id mengadakan live Instagram dengan tema "Kasus Polio Muncul Kembali, Jangan Abai dengan Imunisasi" pada Kamis malam (1/12/2022). Narasumber yang dihadirkan ialah dr. Ade Indrisari, SpA, M.Kes, yang merupakan dokter spesialis anak. Simak, yuk!

1. Tidak hanya menyebabkan kelumpuhan

Polio atau poliomielitis adalah penyakit yang disebabkan oleh poliovirus, yang merupakan virus RNA beruntai tunggal dari genus enterovirus dan keluarga Picornaviridae. Virus ini menyebar dari orang ke orang melalui rute fekal-oral.

"Virus polio ini cukup 'sakti', dia bisa menyerang bagian otak yang mengatur pergerakan motorik. Yang bisa terserang adalah otot-otot ekstremitas, seperti kaki dan tangan," jelas dr. Ade.

Selain itu, virus polio bisa menyerang otot-otot pernapasan. Itulah mengapa, gejala yang dilaporkan bukan hanya nyeri kepala, nyeri otot, kelumpuhan, dan berkurangnya massa otot, tetapi juga gangguan napas.

2. Sebagian besar tidak bergejala

Menurut dr. Ade, kebanyakan orang yang terinfeksi virus polio tidak bergejala (asimtomatik). Hanya 1 dari 4 orang yang menunjukkan gejala, seperti demam, nyeri kepala, nyeri perut, sakit tenggorokan, otot terasa lemah, dan pegal-pegal. Bahkan, ada yang mengalami kelumpuhan, yang terjadi dalam 7–21 hari setelah terinfeksi.

"Apabila kita menemukan satu anak lumpuh, artinya ada 200 orang di sekelilingnya yang sudah terinfeksi. Sembilan dari 200 orang mungkin mengalami infeksi selaput otak atau meningitis. Dan sisanya, sebanyak 190 orang bergejala ringan dan mungkin menyebarkan ke lingkungan sekitarnya walaupun kelihatannya mereka baik-baik saja," terangnya.

Bahkan, yang terkena polio saat kecil dengan gejala ringan, tidak lantas aman 100 persen. Mereka bisa mengembangkan sindrom pasca polio 15–40 tahun kemudian!

3. Paling banyak menyerang anak-anak

Vaksin Polio Dosis Lengkap Punya Efektivitas 99 Persenilustrasi anak-anak (pexels.com/Sharefaith)

Polio banyak menyerang anak-anak karena sistem imunnya belum sempurna, sehingga bisa menimbulkan gejala yang lebih berat. Seperti pada kasus polio di Aceh yang membuat anak berusia 7 tahun tersebut mengalami lumpuh layu.

Yang paling berisiko adalah anak-anak yang hidup dalam lingkungan yang tidak higienis. Virus masuk melalui mulut lalu berkembang biak di orofaring (bagian tengah tenggorokan) dan saluran pencernaan. Orang yang terinfeksi bisa menyebarkan virus melalui tinja dan droplet dari bersin atau batuk.

Baca Juga: Apakah Polio Bisa Disembuhkan?

4. Vaksin polio memiliki efektivitas yang tinggi

Dokter Ade mengatakan bahwa dua dosis vaksin polio memiliki efektivitas lebih dari 80 persen. Jika dosisnya lengkap, angkanya akan naik menjadi 99 persen.

Terdapat dua jenis vaksin polio, yaitu oral poliovirus vaccine (OPV) dan inactivated poliovirus vaccine (IPV). Apa perbedaan di antara keduanya?

"OPV mengandung dua (tipe) virus polio yang masih hidup tapi dilemahkan, yang dimasukkan lewat mulut sehingga akan menimbulkan kekebalan di saluran pencernaan dan di dalam darah," jelasnya.

Sementara, IPV dimasukkan ke tubuh dengan cara disuntikkan (injeksi). IPV mengandung virus polio yang lebih lengkap, yaitu tipe 1, 2, dan 3. Efek proteksinya terhadap kelumpuhan lebih kuat daripada OPV. Namun, stok IPV terbatas karena lebih susah dibuat dan harganya lebih mahal.

OPV banyak digunakan di negara-negara endemik polio karena jangkauannya lebih luas dan harganya lebih terjangkau. Tetapi, karena OPV menggunakan virus hidup yang dilemahkan, virus tersebut bisa bermutasi dan kembali ke bentuk aslinya.

"WHO menyatakan apabila suatu negara tidak ada kasus polio, disarankan segera berpindah ke IPV. Karena kalau masih memakai OPV, risiko virusnya beredar di komunitas itu tetap ada. Negara-negara maju sudah memakai IPV karena cakupan vaksinnya tinggi, seperti Amerika Serikat sejak tahun 2000," ia melanjutkan.

5. Berapa dosis vaksin polio yang dibutuhkan?

Vaksin Polio Dosis Lengkap Punya Efektivitas 99 Persenilustrasi vaksinasi (unsplash.com/Mufid Majnun)

Menurut dr. Ade, vaksin polio jenis OPV diberikan sebanyak empat kali, yaitu pada usia 0–1 bulan, 2 bulan, 3 bulan, dan 4 bulan. Pada usia 4 bulan, vaksin OPV diberikan bersama IPV. Akan lebih optimal jika IPV diberikan dua kali.

Bagaimana jika kita tidak yakin dengan status vaksinasi kita di masa kecil? Orang dewasa direkomendasikan untuk mendapatkan tiga dosis IPV, dengan jarak 2 bulan (dari dosis pertama ke dosis kedua) dan jarak 6–12 bulan (dari dosis kedua ke ketiga).

Baca Juga: Mengenal Vaksin Polio Suntik dan Vaksin Polio Tetes, Apa Bedanya?

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya