ISPA pada Anak: Gejala, Pengobatan dan Cara Pencegahan

Panduan penting penanganan dan pencegahan ISPA pada anak

Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) adalah infeksi yang terjadi di saluran pernapasan, baik saluran pernapasan atas maupun bawah. ISPA dapat terjadi akibat virus, bakteri, maupun jamur dan bersifat menular.

Apabila tidak ditangani dengan baik bahkan jika terlambat, ISPA dapat menyerang paru-paru dan dapat menyebabkan kematian pada anak (Widoyono, 2011).

ISPA masih disebut sebagai salah satu dari 10 penyakit terbanyak di rumah sakit. Ini merupakan penyakit yang paling sering diderita anak dan semua anak bisa mengalaminya. Ini karena sistem kekebalan tubuh anak lebih rentan dibanding orang dewasa.

Pada anak berusia di atas 5 tahun, risiko ISPA meningkat karena anak sudah bisa jajan sendiri, lebih sering bermain dengan teman-temannya, dan jam tidur siangnya sudah mulai berkurang. Ketiganya dapat mengurangi imunitas dan meningkatkan risiko penularan. Perlu diperhatikan juga oleh orang tua bahwa berdekatan dengan anggota keluarga yang merokok juga dapat meningkatkan risiko ISPA pada anak hingga dua kali lipat (Hidayat, 2008).

Dirangkum dari Panduan Penanganan ISPA pada Anak dari Fakultas Vokasi, Program Studi Fisioterapi Universitas Kristen Indonesia dan sumber lainnya, berikut ini informasi seputar ISPA pada anak yang wajib diketahui orang tua dan pengasuh.

Gejala ISPA pada anak

ISPA pada Anak: Gejala, Pengobatan dan Cara Pencegahanilustrasi pemeriksaan anak oleh dokter (vecteezy.com/Akarawut Lohacharoenvanich)

Gambaran klinis ISPA secara umum adalah rinitis, nyeri tenggorokan, batuk dengan dahak kuning atau putih kental, nyeri retrosternal (di belakang tulang dada), dan konjungtivitis. Suhu badan meningkat antara 4–7 hari disertai malaise, mialgia, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah, dan insomnia. Bila peningkatan suhu berlangsung lama biasanya menunjukkan adanya penyulit (Suriani, 2018).

Gejala ISPA berdasarkan tingkat keparahannya adalah sebagai berikut (Rosana, 2016):

1. Gejala ISPA ringan

Balita dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan satu atau lebih gejala-gejala di bawah ini:

  • Batuk.
  • Serak, anak bersuara parau saat mengeluarkan suara (saat bicara atau menangis).
  • Pilek atau demam, suhu badan lebih dari 37 derajat Celcius atau jika dahi anak diraba dengan punggung tangan terasa panas.

2. Gejala ISPA sedang

Balita dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai gejala dari ISPA ringan disertai satu atau lebih gejala-gejala ini:

  • Pernapasan cepat (untuk kelompok umur kurang dari 2 bulan frekuensi napas 60 kali per menit atau lebih untuk umur 2 sampai kurang dari 5 tahun).
  • Demam lebih dari 39 derajat Celcius.
  • Tenggorokan berwarna merah.
  • Timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercak campak.
  • Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga.
  • Pernapasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur).

3. Gejala ISPA berat

Balita dinyatakan menderita ISPA berat jika terdapat gejala-gejala ISPA ringan atau ISPA sedang disertai satu atau lebih gejala-gejala di bawah ini:

  • Bibir atau kulit membiru.
  • Anak tidak sadar atau kesadarannya menurun.
  • Penapasan berbunyi seperti mengorok dan anak tampak gelisah.
  • Sela iga tertarik ke dalam pada waktu bernapas.
  • Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba.
  • Tenggorokan berwarna merah.

ISPA pada anak harus segera ditangani

ISPA pada Anak: Gejala, Pengobatan dan Cara Pencegahanilustrasi anak sakit (freepik.com/pvproductions)

Saat mengalami ISPA, berat badan anak dapat mengalami penurunan sampai 10 persen. Kalau berat badan anak batita hanya 10 kilogram (kg), maka sekali terkena ISPA, beratnya bisa turun menjadi 9 kg. Ini artinya pertumbuhan anak bisa terganggu. Belum lagi anak akan menjadi susah tidur. Kalau kurang istirahat, anak jadi terganggu perkembangannya.

Karena mendampingi anak yang sakit, orang serumah pun menjadi sulit beristirahat, daya tahan tubuh akan menurun, dan menjadi mudah tertular. Belum lagi tubuh menjadi lemas karena kurang istirahat.

Perlu diperhatikan bahwa ISPA sangat mudah menular melalui droplet yang keluar dari hidung dan mulut penderita ISPA, maupun melalui kontak langsung, yaitu dengan adanya kontaminasi tangan atau aerosol pernapasan dalam jarak infeksius yang dekat (Siti Sundari dkk., 2014). Dengan demikian, penularan pada orang yang tinggal serumah menjadi sangat mudah.

Peran keluarga sangat penting dalam pencegahan dan penanggulangan ISPA pada anak karena anak merupakan kelompok yang rentan tertular penyakit.

Baca Juga: Apa Itu Infeksi Saluran Pernapasan Akut atau ISPA? 

Pengobatan ISPA pada anak secara mandiri

ISPA pada Anak: Gejala, Pengobatan dan Cara Pencegahanilustrasi anak makan (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Ketika anak sudah terkena ISPA, orang tua atau pengasuh perlu melakukan beberapa hal ini:

  • Memberi uap hangat

Panaskan air hingga mendidih, lalu letakkan dalam wadah yang aman. Tetesi dengan minyak kayu putih, minyak sereh, maupun minyak telon. Dudukkan anak agar uap air panas dapat masuk ke hidungnya.

Tujuan cara ini adalah agar uap hangat bisa melegakan pernapasan anak. Apabila ada nebulizer di rumah, alat ini bisa digunakan sesuai petunjuk dokter.

  • Tepuk dada

Sungkupkan tangan membentuk huruf C, lalu tepukkan secara ringan ke punggung dan dada anak selama 1 menit. Tujuannya adalah untuk melepaskan dahak yang menempel di saluran pernapasan anak. Kalau anak merasa tidak nyaman, jangan dipaksakan, ya.

  • Berjemur

Apabila ada matahari dan kualitas udara tidak berbahaya, ajak anak berjemur. Berjemur harus menjadi kegiatan yang menyenangkan. Ini bisa dilakukan sambil bermain atau bisa juga sambil membacakan buku kesukaan anak.

  • Tetap makan

Kalau anak susah makan, orang tua atau pengasuh boleh memberi es krim, susu, atau puding dingin berbahan dasar susu yang disukai anak. Tujuannya agar nutrisi anak tetap terpenuhi, sehingga anak bisa lebih semangat dan nafsu makannya bisa bertambah secara pelan-pelan.

Jika anak masih juga sulit makan, konsultasikan dengan dokter atau tanyakan tentang pemberian multivitamin.

  • Tidur cukup

Anak mungkin kesulitan tidur saat sedang ISPA. Oleskan salep anak atau minyak telon di bagian leher, dada, dan punggung anak. Kalau anak nyaman, atur posisi agar kepala anak lebih tinggi sehingga tidak tersumbat oleh dahak.

  • Ajari anak untuk tidak menularkan penyakit

Jika anak sudah terkena ISPA, orang tua dan pengasu juga perlu mengajarkan kepada anak untuk tidak menularkannya ke orang sekitar. Perhatikan dan ajarkan anak dengan cara berikut ini:

    • Lakukan etika bersin dan batuk. Ajarkan tutup hidung dan mulut ketika hendak bersin atau batuk. Tutuplah dengan siku agar tangan anak tidak kotor. Kalau tangan anak terlanjur kotor, cuci tangan dengan air mengalir terlebih dahulu, serta cuci tangan setelah bersin dan batuk agar bakteri tidak tetap tinggal di tangan.
    • Pakai masker. Agar keluarga dan teman-teman terlindungi, ajarkan anak untuk pakai masker untuk menutupi hidung dan mulutnya. Ajarkan juga agar anak mengganti masker setiap hari. Lalu membuang masker bekas dengan cara diputus talinya dan dirobek maskernya, kemudian buang di tempat sampah.
    • Lakukan etika buang ingus. Anak juga perlu diajarkan untuk membuang ingus dengan sapu tangan, lap kecil, atau tisu. Lalu, simpan sapu tangan atau lap yang telah terkena ingus dengan baik agar dapat langsung dicuci dengan bersih setelah pulang ke rumah. Jangan lupa ajarkan anak membuang tisu yang sudah dipakai untuk buang ingus pada tempatnya.

Cara agar tidak terkena ISPA

ISPA pada Anak: Gejala, Pengobatan dan Cara Pencegahanilustrasi anak pakai masker (vecteezy.com/tidty33936976)

ISPA bisa dicegah dengan meningkatkan daya tahan tubuh kita. Ada beberapa cara yang harus dilakukan setiap hari oleh orang tua terhadap anak, yaitu:

  • Berjemur

Manfaat berjemur pada pagi hari adalah untuk meningkatkan dan menguatkan sistem imun. Ini karena sinar matahari bisa membuat tubuh kita menghasilkan lebih banyak sel darah putih, terutama limfosit, yang berfungsi membantu mencegah infeksi dari berbagai penyakit akibat bakteri, virus dan jamur. Dengan berjemur kuman, bakteri, mikroba, dan sejenisnya dapat mati sehingga dapat mencegah pneumonia, asma, dan influenza.

Berjemur dapat dilakukan pada sekitar jam 8–10 pagi selama 15 menit. Boleh memakai baju yang tipis agar tidak iritasi. Jangan pakai baju tebal dan jangan menatap matahari.

Agar tidak bosan, orang tua dapat memperbolehkan anak berjemur sambil bermain atau membaca buku cerita.

  • Rajin cuci tangan

Manfaat cuci tangan dapat menghilangkan kotoran dan debu secara mekanis dari permukaan kulit serta mengurangi jumlah mikroorganisme sementara. Selain itu juga secara efektif dapat mengurangi kuman yang ada ditangan jika dicuci dengan air mengalir dan menggunakan desifektan.

Dampingi anak mencuci tangan dengan bersih dengan air mengalir dan sabun setelah bermain dari luar, agar kuman dan bakteri tidak baik tidak masuk dan menggangu kesehatan anak.

Karena cuci tangan adalah cara terbaik dan mudah untuk menghentikan penyebaran kuman, kamu bisa mengajarkan anak untuk melakukannya sendiri sedari dini. Serta, ingatkan anak untuk mencuci tanganya sebelum dan sesudah makan atau tidur dengan sabun.

  • Hindari menyentuh wajah

Orang tua juga perlu mengajarkan agar untuk menghindari menyentuh wajah, terutama mulut, hidung, dan mata dengan tangan saat bermain agar terhindar dari penyebaran
virus dan bakteri.

  • Hindari asap rokok

Sejak kecil, anak perlu diajarkan untuk tidak dekat-dekat atau mendekati orang yang sedang merokok agar asapnya tidak terisap olehnya. Asap rokok mengandung racun yang bisa merusak saluran pernapasan serta paru-paru.

Ajarkan anak untuk menutup mulut untuk menutup mulut dan hidung dengan tisu atau tangan saat ada yang merokok di sekitarnya untuk mencegahnya menghirup asap rokok tersebut.

  • Makan sehat dengan cukup

Makan makanan sehat, minum susu, dan jus buah sesuai aturan perlu dibiasakan pada anak. Pastikan kebutuhan nutrisi anak terpenuhi. Hindari makan camilan terlalu banyak karena nantinya perut anak akan terlalu kenyang untuk makan makanan sehat.

  • Istirahat cukup

Pada siang hari, anak perlu butuh tidur sebentar, sementara pada malam hari anak harus tidur nyenyak. Orang tua dan pengasuh harus memastikan dan mengajarkan anak untuk sudah tidur pada maksimal jam 9 malam.

Pada waktu tersebut, sel imun dalam tubuh berusaha membuang racun dan penyakit dari dalam tubuh. Kalau anak masih bangun, sel imun tidak bisa bekerja. Maka dari itu, anak perlu berangkat tidur lebih awal agar sel imun dapat bekerja dengan baik untuk melawan racun dan penyakit di dalam tubuh.

  • Bergerak aktif

Bergerak aktif dapat dilakukan dengan berolahraga secara teratur atau melakukan aktivitas fisik yang menyehatkan lainnya untuk membantu meningkatkan kekebalan tubuh.

Setidaknya 2–3 jam sehari, anak harus bergerak aktif. Ini bisa dilakukan baik di dalam maupun di luar rumah, misalnya bernyanyi sambil menari atau olahraga permainan sederhana seperti kejar-kejaran atau petak umpet bersama kakak atau adik atau dengan orang tua.

  • Selalu bergembira

Hati yang gembira adalah obat. Dengan bergembira, maka akan muncul pikiran yang positif dan ini juga bisa meningkatkan kekebalan tubuh, sehingga virus atau bakteri tidak mudah masuk ke dalam tubuh. Ini bisa didapat dengan bernyanyi dalam hati, tertawa bersama keluarga, atau teman sepermainan.

Atau, orang tua dapat mengajarkan anak menari sambil menyanyikan lagu-lagu yang anak sukai. Anak yang gembira dan bahagia akan lebih sehat, dan tentunya dapat terhindar dari penyakit. Usahakan agar anak selalu bergembira bersama orang tua dan kawan sepermainannya.

Komplikasi yang bisa terjadi

ISPA pada Anak: Gejala, Pengobatan dan Cara Pencegahanilustrasi anak-anak sakit (freepik.com/lifeforstock)

ISPA sebenarnya merupakan self-limiting disease, yang artinya bisa sembuh sendiri 5–6 hari jika tidak terjadi invasi kuman lainnya. Komplikasi yang dapat terjadi adalah sinusitis paranasal, penutupan tuba eustachius, dan penyebaran infeksi (Windasari, 2018).

  • Sinusitis paranasal

Komplikasi ini hanya terjadi pada anak besar, karena pada bayi dan anak kecil sinus paranasal belum tumbuh. Gejala umum adalah sinus paranasal tampak lebih besar, nyeri kepala bertambah, serta rasa nyeri dan nyeri tekan biasanya di daerah sinus frontalis dan maksilaris.

Proses sinusitis sering menjadi kronis dengan gejala malaise, cepat lelah, dan sulit konsentrasi (pada anak besar). Kadang disertai sumbatan hidung, nyeri kepala hilang timbul, bersin yang terus-menerus disertai sekret purulen dapat unilateral ataupun bilateral.

Bila didapatkan pernapasan mulut yang menetap dan rangsang faring yang menetap tanpa sebab yang jelas, komplikasi sinusitis perlu dicurigai. Sinusitis paranasal dapat
diobati dengan antibiotik.

  • Penutupan tuba eustachius

Tuba eustachius yang buntu memberi gejala tuli dan infeksi dapat menembus langsung ke daerah telinga tengah dan menyebabkan otitis media akut (OMA).

Gejala OMA pada anak kecil dan bayi dapat disertai suhu badan tinggi (hiperpireksia), kadang menyebabkan kejang demam. Anak sangat gelisah, terlihat nyeri bila kepala digoyangkan, atau memegang telinganya yang nyeri. Pada bayi juga dapat diketahui dengan menekan telinganya dan biasanya bayi akan menangis keras.

Kadang, hanya ada gejala demam, gelisah, juga disertai muntah atau diare. Karena bayi yang batuk pilek sering menderita infeksi pada telinga tengah sehingga menyebabkan OMA dan sering menyebabkan kejang demam, maka bayi diperiksakan ke bagian THT. 

Biasanya bayi dilakukan parsentesis (penusukan selaput telinga) jika setelah 48–72 jam diberikan antibiotik keadaannya tidak membaik. Parasentesis bertujuan untuk mencegah
membran timpani pecah dan terjadi otitis media perforata (OMP).

Faktor-faktor OMP yang sering dijumpai pada bayi dan anak adalah:

  1. Tuba eustachius pendek, lebar, dan lurus hingga merintani penyaluran sekret.
  2. Posisi anak yang selalu telentang memudahkan perembesan infeksi serta merintangi penyaluran sekret.
  3. Hipertrofi kelenjar limfoid nasofaring akibat infeksi telinga tengah walau jarang dapat berlanjut menjadi mastoiditis atau ke saraf pusat (meningitis).
  • Penyebaran infeksi

Penjalaran infeksi sekunder dari nasofaring ke arah bawah seperti laringitis, trakeitis, bronkitis, dan bronkopneumonia. Selain itu, bisa juga terjadi komplikasi jauh, misalnya meningitis purulenta.

Sebagian besar anak dengan ISPA akan mengalami penyakit ringan dan bisa diobati di rumah dengan terapi suportif dan istirahat cukup. Infeksi virus tidak bisa diobati dengan antibiotik, jadi jangan sembarangan memberikan obat. Konsultasikan dengan dokter jika ingin memberikan obat pada anak.

Bila ISPA terjadi lebih dari lima hari tanpa tanda-tanda perbaikan gejala, hubungi dokter untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Apabila khawatir dengan kondisi anak, atau melihat anak mengalami kesulitan bernapas, pernapasannya cepat, pucat, sulit bangun, atau kulit menjadi kebiruan, segera bawa anak ke unit gawat darurat terdekat.

Baca Juga: Apakah ISPA Menular? Ini Hal yang Perlu Diwaspadai

Topik:

  • Nurulia
  • Delvia Y Oktaviani

Berita Terkini Lainnya