Studi: Sindrom Metabolik Tingkatkan Risiko Gout

Risiko lebih tinggi kalau memiliki kadar trigliserida tinggi

Gout adalah jenis radang sendi atau artritis yang umum dan kompleks dan bisa menyerang siapa saja. Kondisi ini ditandai dengan serangan rasa sakit yang tiba-tiba dan parah, pembengkakan, kemerahan dan nyeri pada satu atau lebih persendian, dan paling sering terjadi di jempol kaki.

Orang yang mengalami gout bisa terbangun pada tengah malam dengan sensasi terbakar pada jempol kaki. Sendi yang terkena terasa panas, bengkak, dan nyeri saat ditekan, misalnya ketika tergesek seprai.

Sementara itu, sindrom metabolik adalah sekelompok kondisi yang bersama-sama meningkatkan risiko penyakit jantung koroner, diabetes, stroke, dan masalah kesehatan serius lainnya. Sindrom metabolik juga disebut sindrom resistensi insulin, menurut National Heart, Lung, and Blood Institute.

Nah, studi dalam jurnal Arthritis & Rheumatology pada November 2022 menemukan bahwa pria yang memiliki riwayat sindrom metabolik atau mengembangkan sindrom metabolik lebih mungkin mengalami gout. Risiko lebih tinggi apabila pria tersebut memiliki trigliserida tinggi dan obesitas perut, yang merupakan dua komponen sindrom metabolik.

Studi melibatkan 1,3 juta pria antara usia 20 dan 39 tahun yang melakukan pemeriksaan kesehatan

Para peneliti menggunakan basis yang memiliki informasi tentang diagnosis gout untuk melihat siapa saja yang mengembangkan gout dan kemudian menggunakan model statistik untuk menganalisis hubungan antara perubahan sindrom metabolik dan perkembangan gout.

Studi berjudul "Altered Risk of Incident Gout According to Changes in Metabolic Syndrome Status: A Nationwide Population-Based Cohort Study of 1.29 Million Young Men" ini melihat 1,3 juta pria antara usia 20 dan 39 tahun yang melakukan pemeriksaan kesehatan. Hubungan antara perubahan sindrom metabolik partisipan dan perkembangan gout dianalisis.

Dalam studi ini, sebanyak 18.473 pria mengembangkan gout.

Mereka yang mengalami sindrom metabolik pada setiap pemeriksaan kesehatan memiliki risiko hampir empat kali lebih tinggi terkena gout dibandingkan dengan mereka yang tidak pernah mengalami sindrom metabolik.

Para peneliti juga melaporkan bahwa jika peserta mengembangkan sindrom metabolik, risiko terkena gout menjadi dua kali lipat.

Akan tetapi, jika seseorang pulih dari sindrom metabolik, risiko terkena gout berkurang hampir setengahnya.

Kata para peneliti, dari semua komponen sindrom metabolik, trigliserida tinggi dan obesitas perut memiliki kaitan terkuat dengan risiko pengembangan asam urat.

Hubungan antara perubahan sindom metabolik dan gout lebih signifikan pada orang berusia 20-an daripada 30-an serta mereka yang kekurangan berat badan atau memiliki berat badan normal.

Ini adalah pertama kalinya sebuah penelitian berskala besar menyelidiki hubungan antara perubahan sindrom metabolik dan risiko asam urat.

Para peneliti melaporkan bahwa mencegah sindrom metabolik atau memulihkannya dapat secara signifikan mengurangi risiko gout pada orang dewasa muda.

Pencegahan dan penanganan sindrom metabolik

Studi: Sindrom Metabolik Tingkatkan Risiko Goutilustrasi obesitas (pixabay.com/jarmoluk)

Komitmen seumur hidup untuk gaya hidup sehat dapat mencegah kondisi yang menyebabkan sindrom metabolik. Ini meliputi:

  • Melakukan setidaknya 30 menit aktivitas fisik hampir setiap hari.
  • Makan banyak sayuran, buah-buahan, protein tanpa lemak, dan biji-bijian.
  • Membatasi lemak jenuh dan garam dalam pola makan sehari-hari.
  • Mempertahankan berat badan yang sehat.
  • Tidak merokok.

Tujuan pengobatan sindrom metabolik adalah untuk mengurangi risiko penyakit jantung dan diabetes dengan mengendalikan kondisi kesehatan bermasalah terkait (tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, diabetes, dan resistansi insulin).

Dilansir Johns Hopkins Medicine, studi di mana 53 persen orang memiliki sindrom metabolik pada awalnya menemukan bahwa selama tiga tahun, perubahan gaya hidup intensif—terutama pola makan dan olahraga—menghasilkan risiko terendah terkena diabetes dan risiko terendah terkena sindrom metabolik pada mereka yang tidak melakukannya.

Perubahan yang disarankan meliputi:

  • Menurunkan berat badan: Kebanyakan orang dengan sindrom metabolik didesak untuk menurunkan berat badan agar mencapai indeks massa tubuh (IMT) yang lebih sehat. Dokter dapat membantu mengidentifikasi rencana dan langkah yang paling masuk akal.
  • Menerapkan pola makan yang lebih sehat: Yang benar-benar dibutuhkan bukanlah diet penurunan berat badan, melainkan rencana pola makan baru. Jika menemukan atau mengikuti rencana sulit bagi kamu, pertimbangkan untuk meminta bantuan dokter atau ahli gizi, atau untuk merekomendasikan sumber daya untuk memulai.
  • Lebih banyak bergerak: Bahkan jika kamu belum pernah berolahraga sebelumnya, kamu bisa mulai sekarang dan mengurangi risiko secara nyata. Bahkan, aktivitas dalam jumlah sedang akan membuat perbedaan dengan penanda jantung. Jalan kaki adalah rencana awal yang baik bagi banyak orang. Cobalah buat target 5.000 hingga setidaknya 10.000 sehari. Atau, diskusikan dengan dokter tentang pilihan olahraga lainnya.
  • Berhenti merokok dan hindari asap rokok: Tanyakan kepada dokter tentang program dukungan yang dapat membantu. Jika kamu tidak merokok, cobalah untuk tidak berada di sekitar perokok.
  • Batasi alkohol: Minum alkohol terlalu banyak dapat meningkatkan tekanan darah dan menyumbang kalori kosong ekstra.
  • Gunakan obat resep sesuai saran dokter: Selain obat untuk mengobati tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, atau gula darah tinggi, individu yang berisiko sangat tinggi dapat diberi resep metformin atau obat lain untuk membantu mengelola diabetes, atau aspirin dosis rendah untuk membantu mengurangi risiko penyakit kardiovaskular.
  • Operasi bariatrik: Ini dapat dipertimbangkan jika kamu mengalami obesitas yang tidak wajar dan jika perubahan gaya hidup dan pengobatan gagal membantu.

Apabila kamu didiagnosis dengan sindrom metabolik, pertimbangkan diagnosis ini sebagai peringatan tentang kondisi kesehatan jantung dan buat perubahan gaya hidup menjadi lebih sehat.

  • Fokus pada seluruh gaya hidup: Tidak ada perbaikan cepat untuk sindrom metabolik. Karena ini adalah kondisi yang kompleks, kamu harus mengubah pendekatan seputar makan, olahraga, dan kesejahteraan secara keseluruhan.
  • Menurunkan berat badan secara perlahan namun pasti: Yaitu pengaturan pola makan yang sehat dan rutin olahraga. Hindari diet ketat, diet cair, diet tanpa bukti ilmiah (diet fad), dan puasa (apa pun yang tidak biasa dan tanpa pengawasan).
  • Ketahui semua risikonya: Selain penyakit jantung, stroke, dan diabetes, kamu juga dapat dipantau dan, jika perlu, dirawat, untuk kondisi yang diketahui menyertai sindrom metabolik. Ini bisa termasuk sindrom ovarium polikistik, batu empedu, asma, gangguan tidur, dan penyakit hati berlemak.

Baca Juga: Artritis Gout: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatan

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya