Supraventricular Tachycardia: Gejala, Penyebab, Pengobatan

Masalah dengan kecepatan atau ritme detak jantung

Supraventricular tachycardia (SVT) atau takikardia supraventrikular berarti dari waktu ke waktu jantung berdetak sangat cepat karena alasan selain olahraga, demam tinggi, atau stres. Pada banyak orang dengan kondisi ini, jantung masih bekerja normal untuk memompa darah ke seluruh tubuh.

Sistem kelistrikan jantung tidak bekerja dengan benar selama episode takikardia supraventrikular, membuat jantung berdetak sangat cepat. Jantung berdetak setidaknya 100 kali per menit danbisa mencapai 300 kali per menit. Detak jantung biasanya kembali ke tingkat normal (60 sampai 100 denyut per menit) setelah pengobatan atau hilang dengan sendirinya.

Takikardia supraventrikular mungkin mulai dan berakhir dengan cepat, dan kamu mungkin tidak bergejala. Kondisi ini menjadi masalah jika sering terjadi, berlangsung lama, atau menimbulkan gejala.

1. Jenis

Takikardia supraventrikular terbagi menjadi tiga kelompok utama, yaitu:

  • Atrioventricular nodal reentrant tachycardia (AVNRT): Jenis yang paling umum.
  • Atrioventricular reciprocating tachycardia (AVRT): Merupakan jenis paling umum kedua, paling sering didiagnosis pada orang yang lebih muda.
  • Takikardia atrium: Jenis ini lebih sering didiagnosis pada orang dengan penyakit jantung. Takikardia atrium tidak melibatkan nodus atrioventrikel.

Jenis takikardia supraventrikular lain meliputi:

  • Takikardia sinus.
  • Sinus nodal reentrant tachycardia (SNRT).
  • Inappropriate sinus tachycardia (IST).
  • Takikardia atrium multifokal (MAT).
  • Junctional ectopic tachycardia (JET).
  • Nonparoxysmal junctional tachycardia (NPJT).

2. Penyebab

Supraventricular Tachycardia: Gejala, Penyebab, Pengobatanilustrasi supraventricular tachycardia (commons.wikimedia.org/J. Heuser)

Dalam kebanyakan kasus, takikardia supraventrikular terjadi tanpa alasan yang jelas. Ini sering dimulai saat remaja atau awal usia 20-an.

Kadang, seseorang dilahirkan dengan jalur atau sirkuit listrik abnormal di jantung. Sirkuit yang rusak juga dapat terbentuk dari jaringan parut yang tertinggal pascaoperasi.

Jantung lebih mungkin berdetak sangat cepat jika kamu:

  • Merokok.
  • Sangat stres atau lelah.
  • Mengonsumsi banyak kafein dan/atau alkohol.
  • Minum obat-obatan tertentu, seperti obat asma, dekongestan, dan beberapa obat diet herbal.
  • Menggunakan narkoba seperti kokain atau metamfetamin.

Takikardia supraventrikular adalah jenis aritmia yang paling umum pada bayi dan anak-anak, juga cenderung lebih sering dialami perempuan, terutama selama kehamilan, meskipun dapat dialami siapa pun.

Beberapa hal yang dapat meningkatkan risiko takikardia supraventrikular antara lain:

  • Usia: Beberapa jenis lebih sering terjadi pada usia paruh baya atau lebih tua.
  • Penyakit arteri koroner, penyakit jantung lainnya, atau operasi jantung sebelumnya: Arteri jantung yang menyempit, gagal jantung, kerusakan pada jantung atau katup jantung, kardiomiopati, dan penyakit jantung lainnya dapat meningkatkan risiko takikardia supraventrikular.
  • Penyakit jantung bawaan: Cacat jantung bawaan dapat menyebabkan detak jantung tidak teratur, seperti takikardia supraventrikular.
  • Penyakit tiroid: Hipertiroidisme maupun hipotiroidisme dapat meningkatkan risiko takikardia supraventrikular.
  • Diabetes: Risiko terkena penyakit jantung dan hipertensi sangat meningkat dengan diabetes yang tidak terkendali.
  • Sleep apnea obstruktif: Ini merupakan gangguan tidur yang ditandai dengan obstruksi berulang pada jalan napas selama tidur. Gangguan tidur ini bisa meningkatkan risiko takikardia supraventrikular.
  • Nikotin dan penggunaan obat-obatan terlarang: Nikotin dan narkoba seperti amfetamin dan kokain dapat memicu episode takikardia supraventrikular.

3. Gejala

Dilansir Stanford Medicine, gejala takikardia supraventrikular dapat meliputi:

  • Perasaan berdebar di dada (palpitasi).
  • Ketidaknyamanan dada, seperti tekanan, sesak, atau nyeri.
  • Hilang kesadaran, atau merasa pusing atau ingin pingsan.
  • Sesak napas.
  • Merasakan denyut nadi. Kamu mungkin merasakan atau melihat nadi berdenyut, terutama di leher, di mana pembuluh darah besar dekat dengan kulit.
  • Berkeringat.

Beberapa orang dengan takikardia supraventrikular tidak memiliki gejala.

Baca Juga: Takikardia, Jantung yang Berdetak Lebih Cepat dari Biasanya

4. Diagnosis

Supraventricular Tachycardia: Gejala, Penyebab, Pengobatanilustrasi electrocardiogram untuk diagnosis supraventricular tachycardia (pexels.com/Luan Rezende)

Dokter akan menanyakan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik. Dokter juga akan menggunakan tes untuk membantu mendiagnosis takikardia supraventrikular dan jenis yang dimiliki. Beberapa tes membantu dokter memeriksa kemungkinan penyebab dan komplikasi yang mendasarinya.

Dilansir Cedars-Sinai, beberapa tes yang akan digunakan mungkin termasuk:

  • Electrocardiogram: Tes pertama yang paling penting untuk memeriksa ritme abnormal.
  • Electrocardiogram berkelanjutan: Untuk melihat irama jantung dalam jangka waktu yang lebih lama.
  • Tes darah: Untuk menguji berbagai penyebab.
  • Rontgen dada: Untuk memeriksa masalah paru-paru dan melihat ukuran jantung.
  • Latihan tes stres: Untuk melihat bagaimana jantung bekerja selama latihan.
  • Echocardiography: Untuk memeriksa struktur dan fungsi jantung.
  • Studi elektrofisiologi: Untuk mengevaluasi aktivitas listrik dan jalur di jantung.

Kemungkinan dokter akan merujuk kamu ke spesialis jantung.

5. Pengobatan

Takikardia supraventrikular butuh pengobatan jangka pendek dan jangka panjang. Pilihan untuk pengobatan jangka pendek meliputi:

  • Manuver untuk menghentikan takikardia supraventrikular, seperti mencoba bernapas dengan otot perut tetapi Anda tidak membiarkan udara keluar dari hidung atau mulut (bearing down).
  • Obat-obatan untuk menghentikan takikardia supraventrikular, seperti calcium channel blocker, beta blocker, atau adenosin.
  • Elektrokardioversi, yang mengirimkan kejutan ke jantung untuk mengembalikannya ke ritme normal.
  • Ablasi kateter.

Manuver sering menjadi pengobatan pertama, kecuali gejalanya parah. Upaya ini untuk mengaktifkan saraf vagus. Mengaktifkan saraf ini dapat menyebabkan perlambatan singkat detak jantung untuk memutus sirkuit abnormal.

Dokter mungkin meminta kamu melakukan manuver Valsava (menahan otot perut, seolah sedang mencoba untuk buang air besar). Dokter mungkin juga mencoba memijat arteri karotis di leher, meminta kamu meniup sedotan, atau batuk keras.

Masing-masing teknik tersebut kadang dapat mengatasi takikardia supraventrikular. Jika tidak, obat-obatan mungkin diberikan. Jika gejala parah atau kondisi tidak stabil, kamu elektrokardioversi dapat dilakukan sebagai pengobatan pertama.

Pengobatan jangka panjang tergantung pada jenis takikardia supraventrikular dan intensitas gejala. Pengobatan mungkin tidak diperlukan jika kamu hanya mengalami satu episode atau sangat jarang, terutama jika takikardia supraventrikular hilang dengan manuver saja.

Dalam beberapa kasus, dokter dapat meresepkan obat-obatan untuk menghentikan takikardia supraventrikular, yang hanya dikonsumsi sesuai kebutuhan. Ini mungkin dipilih jika kamu memiliki kurang dari tiga episode takikardia supraventrikular per tahun. Akan tetapi, obat-obatan mungkin butuh waktu 15 hingga 30 menit untuk mulai bekerja. Jika episode takikardia supraventrikular lebih sering, kamu mungkin perlu minum obat setiap hari. Beberapa orang mungkin perlu minum beberapa obat untuk mencegah episode takikardia supraventrikular.

Ablasi kateter adalah pengobatan pilihan untuk takikardia supraventrikular berulang. Dalam beberapa kasus, ini mungkin pengobatan pertama yang disarankan. Ablasi sering kali dapat menyembuhkan takikardia supraventrikular.

Ablasi kateter melibatkan penempatan kateter kecil melalui pembuluh darah di selangkangan dan memasukkannya ke jantung. Dokter kemudian melakukan luka bakar kecil atau pembekuan kecil pada bagian jantung yang menyebabkan irama jantung cepat. Tanyakan kepada dokter tentang pilihan perawatan yang tepat.

Selain itu, dokter juga akan memberi rekomendasi lain untuk mengelola takikardia supraventrikular. Ini bisa termasuk:

  • Mengurangi alkohol dan kafein.
  • Tidak merokok.
  • Mengurangi stres.
  • Makan makanan yang menyehatkan jantung.

6. Pencegahan

Supraventricular Tachycardia: Gejala, Penyebab, Pengobatanilustrasi kesehatan jantung (pexels.com/Karolina Grabowska)

Cobalah identifikasi pemicu takikardia supraventrikular dan mencoba menghindarinya untuk mencegah kemunculan episode, misalnya dengan membuat jurnal. Monitor detak jantung, gejala, dan aktivitas saat episode takikardia supraventrikular berlangsung.

Gunakan obat dengan hati-hati. Beberapa obat, termasuk obat bebas, dapat mengandung stimulan yang memicu detak jantung cepat.

Menjaga kesehatan jantung adalah langkah penting dalam mencegah takikardia supraventrikular. Terapkan pola makan yang sehat untuk jantung, tidak merokok, rutin berolahraga, dan mampu mengelola stres dengan baik.

Bagi kebanyakan orang dengan takikardia supraventrikular, kafein dalam jumlah sedang tidak memicu episode. Namun, kafein dalam jumlah besar harus dihindari.

Takikardia supraventrikular adalah masalah dengan kecepatan atau ritme detak jantung. Tergantung pada situasi, mungkin ada hal-hal sederhana yang bisa dilakukan sendiri untuk membantu mengatasi gejala. Obat untuk memperlambat detak jantung mungkin diperlukan. Minumlah obat yang diresepkan dan ikuti janji tindak lanjut dengan dokter. Tanyakan kepada dokter tentang pilihan perawatan terbaik sesuai kondisi kamu.

Baca Juga: Echocardiogram: Kegunaan, Jenis, Prosedur, Risiko

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya