3 Perbedaan Kanker Serviks dan Kanker Ovarium, Serang Organ Reproduksi

Saking ganasnya kanker, penyakit ini menduduki peringkat kedua sebagai penyebab kematian kedua di dunia. The International Agency for Research on Cancer (IARC) memperkirakan kasus baru kanker di Indonesia mencapai 408.661 dan kasus ini akan terus meningkat tiap tahunnya. Kanker bisa dialami oleh perempuan maupun laki-laki.
Kanker juga menyerang sistem reproduksi perempuan. Beberapa di antaranya kanker serviks, kanker endometrium, kanker tuba falopi, serta kanker ovarium. Persamaan kanker serviks dan kanker ovarium yaitu keduanya menyerang sistem reproduksi perempuan.
Meskipun kanker serviks dan kanker ovarium berada pada sistem yang sama, keduanya memiliki beragam perbedaan. Apa saja perbedaan kanker serviks dan kanker ovarium? Yuk, selidiki satu per satu!
1. Letak pertumbuhan kanker

Lokasi sel yang bermutasi pada kanker serviks dan ovarium berbeda. Kanker serviks adalah keganasan sel yang menyebar di serviks atau leher rahim. Letak serviks berada di antara rahim dan vagina. Di sisi lain, kanker ovarium berkembang pada jaringan epitel ovarium atau indung telur. Ovarium terletak pada sisi kanan dan kiri rahim.
Fungsi serviks sebagai pelindung rahim dari benda asing dari luar dan memproduksi lendir untuk proses reproduksi. Sedangkan ovarium berfungsi sebagai tempat perkembangan sel telur, pelepasan sel telur, serta memproduksi hormon seks bagi perempuan.
2. Penyebab kanker

Sejatinya, kanker tersebar akibat sel-sel tidak normal tak terkendali dan menyerang jaringan yang sehat. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyebutkan 90 persen pasien kanker serviks akibat infeksi HPV (Human Papilloma Virus). Penyakit HPV tergolong penyakit seksual yang mudah sekali menular
Beberapa sumber menyebutkan kanker ovarium belum ditemukan penyebabnya. Namun, kanker ovarium terjadi akibat beragam faktor fisiko. Perubahan genetik yang diwariskan, BRCA1 dan BRCA2, kerap disebut sebagai faktor risiko kanker ovarium.
Laman Healthline menyebutkan faktor risiko lain yang meningkatkan jumlah kanker ovarium antara lain:
- Berusia lanjut
- Riwayat kesehatan kanker payudara
- Riwayat kesehatan keluarga berkaitan dengan kanker ovarium, kanker payudara, atau kanker kolorektal
- Terdiagnosis endometriosis
- Punya berat badan lebih atau obesitas
- Merokok
- Menjalani terapi penggantian hormon setelah usia menopause
- Tidak memiliki anak atau mempunyai anak di usia lanjut
- Tidak menyusui
- Menjalani fertilisasi in vitro.
3. Gejala yang muncul

Kanker ovarium maupun serviks akan menimbulkan gejala ketika sel kanker telah menyebar. Salah satu tanda khas kanker serviks sudah menyebar yaitu muncul bercak darah dari vagina.
Perdarahan muncul setelah berhubungan intim, jumlahnya meningkat saat menstruasi, di luar periode haid, atau masuk fase menopause. Gejala lainnya yaitu keputihan tidak normal, nyeri panggul atau nyeri saat berhubungan seksual, serta gangguan buang air kecil.
Gejala kanker ovarium timbul akibat peningkatan massa tumor intra-abdomen dan asites. Dilansir dari laman Cleverland Clinic gejala kanker ovarium yaitu:
- Kelelahan.
- Perut kembung.
- Muncul pembengkakan atau nyeri perut.
- Perut cepat kenyang.
- Frekuensi buang air kecil sering.
- Perubahan kebiasaan buang air besar.
- Berat badan naik atau turun tanpa sebab
- Sesak napas.
Kanker serviks dan kanker ovarium belum ditemukan obatnya, tetapi kamu dapat mencegahnya dengan skrining kesehatan.
Cara mendeteksi dini kanker serviks dengan menjalani pemeriksaan pap smear. Belum ada cara deteksi dini kanker ovarium, tapi jika kamu merasakan gejala sejumlah pemeriksaan bisa dilakukan. Misalnya, pemeriksaan ginekologi, USG transvaginal, atau pemeriksaan penanda tumor.
Referensi
“Ovarian vs Cervical Cancer”. Healthline. Diakses April 2025.
“Cervical Cancer vs Ovarian Cancer”. Medical News Today. Diakses April 2025.
“Gynecologic Malignancies”. Cleveland Clinic. Diakses April 2025.
“Mengenal Faktor Risiko Kanker Serviks”. Kementerian Kesehatan RI. Diakses April 2025.
“Mengenal Kanker Ovarium, The Silent Killer”. Kementerian Kesehatan RI. Diakses April 2025.