- Memar dan robekan kulit. Luka terbuka akibat gigitan anjing sering berupa luka robek (laserasi) atau luka koyak (avulsi) yang biasanya disertai perdarahan cukup banyak.
- Kerusakan jaringan. Karena kekuatan rahangnya, gigitan anjing dapat merusak jaringan otot, kulit, bahkan tulang di sekitarnya.
- Risiko infeksi. Luka terbuka memberi jalan masuk bagi bakteri, sehingga infeksi sekunder sering terjadi jika tidak segera ditangani.
Cegah Rabies, Ini Pertolongan Pertama setelah Digigit Anjing

- Gigitan anjing dapat menimbulkan luka fisik, kerusakan jaringan, dan risiko infeksi.
- Rabies adalah penyakit infeksi pada sistem saraf pusat yang dapat ditularkan melalui gigitan hewan terinfeksi.
- Pertolongan pertama setelah digigit anjing meliputi mencuci luka, memberikan antiseptik, minum obat pereda nyeri, dan periksakan ke fasilitas kesehatan.
Setiap hewan yang memiliki gigi berpotensi menimbulkan luka gigitan, contohnya anjing. Gigitan anjing tidak hanya menimbulkan luka fisik, tetapi juga dapat membawa risiko serius seperti rabies, terutama bila anjing tersebut tidak dikenal atau tidak jelas status vaksinasinya (misalnya anjing liar).
Gigitan anjing dapat menimbulkan berbagai jenis luka, mulai dari ringan hingga berat:
Karena bisa terjadi kapan saja dan pada siapa pun, yuk pahami langkah-langkah pertolongan pertama setelah digigit anjing, pastikan kamu menanganinya dengan tepat.
Sekilas tentang rabies
Sebagai salah satu zoonosis yang dekat dengan masyarakat, kamu harus tahu apa itu rabies, apa saja hewan yang dapat menularkannya, hingga bagaimana gejala dan pencegahan rabies.
Rabies dikenal juga sebagai penyakit anjing gila. Rabies merupakan penyakit infeksi pada sistem saraf pusat (otak) yang disebabkan oleh virus rabies. Penyakit ini dapat ditularkan melalui gigitan hewan yang terkena rabies.
Hewan-hewan yang dapat menularkan penyakit rabies pada manusia di antaranya adalah anjing, kucing, dan kera. Beberapa hewan lainnya termasuk rubah, musang, dan anjing liar. Di Indonesia, hewan yang paling sering menularkan rabies pada manusia adalah anjing (98 persen) dan sisanya kucing dan kera (2 persen).
Virus rabies terdapat pada air liur hewan yang terinfeksi rabies dan biasanya ditularkan kepada manusia atau hewan lainnya melalui gigitan, cakaran, serta jilatan pada kulit yang terluka atau selaput lendir mata dan mulut.
Rabies adalah penyakit yang mengerikan karena jika terjadi gejala klinis pada manusia maupun hewan, kemungkinan berujung pada kematian.
Ciri-ciri anjing yang mengidap rabies
Gejala klinis pada anjing sesuai dengan manifestasinya dibagi dalam tiga tahap: prodromal, eksitasi, dan paralisis.
Tahap prodromal
Ini merupakan tahap awal dari gejala klinis yang berlangsung selama 2–3 hari. Ciri-cirinya:
- Terlihat perubahan perilaku hewan: hewan tidak mengenal tuannya, sering menghindar dan tidak mengacuhkan perintah tuannya.
- Mudah terkejut dan cepat berontak bila ada provokasi.
- Terjadi kenaikan suhu tubuh, dilatasi pupil dan refleks kornea menurun terhadap rangsangan.
Tahap eksitasi
Tahap eksitasi berlangsung selama 3–7 hari. Ciri-cirinya:
- Anjing mulai mengalami fotofobia sehingga anjing akan bersembunyi di kolong tempat tidur, di bawah meja ataukursi.
- Anjing terlihat gelisah.
- Adanya gerakan halusinasi, anjing bersikap seolah–olah akan mencaplok serangga yang terbang.
- Sering mengunyah benda di sekitarnya seperti lidi, kawat, kerikil, jeruji kandang, dan benda lainnya yang tidak sewajarnya atau yang dikenal dengan istilah pika.
- Apabila dikandangkan anjing akan berjalan mondar-mandir sambil menggeram.
- Perilaku anjing akan berkembang makin sensitif, beringas, dan akan menyerang semua objek yang bergerak.
- Sering kali mulutnya berdarah akibat giginya tanggal atau akibat mengunyah benda keras dan tajam.
- Pada tahap ini mulai terjadi paralisis otot laring dan faring yang menyebabkan perubahan suara menyalak, suara anjing akan berubah menjadi parau.
- Dapat terjadi kekejangan otot menelan sehingga akan terjadi hipersalivasi, frekuensi napas berubah cepat, air liur berbuih, kadang disertai darah dari luka di gusi atau mulutnya.
Tahap paralisis
Tahap ini berlangsung sangat singkat sehingga gejalanya tidak diketahui. Ciri-cirinya:
- Terjadi kelumpuhan otot pengunyah sehingga rahang tampak menggantung.
- Suaranya sering seperti tersedak akibat kelumpuhan otot tenggorokan.
- Terjadi paralisis kaki belakang sehingga saat jalan kaki belakang diseret.
Tipe rabies pada hewan
Sebagai informasi, ada dua tipe rabies pada hewan:
- Tipe ganas: Jika didominasi tahap eksitasi yang mana anjing akan terlihat beringas serta akan menyerang semua benda yang bergerak.
- Tipe tenang (dumb): Jika hewan yang terinfeksi rabies setelah gejala prodormal langsung masuk ke tahap paralisis.
Pertolongan pertama setelah digigit anjing

Berikut ini langkah-langkah pertolongan pertama untuk mencegah rabies yang harus dilakukan setelah kamu digigit atau dicakar anjing yang dicurigai terjangkit rabies.
Mencuci bekas luka gigitan atau cakaran sampai bersih menggunakan air hangat dan sabun, serta tekan area bekas luka untuk membantu membersihkan kuman.
Setelah dilakukan pencucian luka sebaiknya diberikan antiseptik untuk membunuh virus rabies yang masih tersisa di sekitar luka gigitan. Antiseptik yang dapat diberikan di antaranya povidone iodine, alkohol 70%, dan zat antiseptik lainnya.
Jika luka terasa sangat nyeri, minum obat pereda nyeri seperti parasetamol.
Segera periksakan ke fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan penanganan. Nantinya tenaga kesehatan dapat memberikan vaksin antirabies (VAR) atau serum antirabies (SAR).
VAR dan SAR bisa didapat di rumah sakit. Tujun pemberian VAR dan SAR adalah untuk membangkitkan sistem imunitas dalam tubuh terhadap virus rabies dan diharapkan antibodi yang terbentuk akan menetralkan virus rabies.
VAR diberikan pada hari ke-0 sebanyak dua dosis (di lengan kanan dan kiri), hari ke-7 sebanyak satu dosis (di lengan kanan dan kiri) dan hari ke-21 sebanyak satu dosis (di lengan kanan dan kiri). Sementara itu, SAR diberikan bersamaan dengan pemberian VAR pada hari ke-0 secara infiltrasi di sekitar luka sebanyak mungkin, lalu sisanya disuntikkan.
Namun, jika virus rabies telah mencapai susunan saraf pusat, pemberian VAR tidak akan memberikan manfaat.
Pemberian VAR dan SAR perlu mempertimbangkan kondisi hewan saat paparan terjadi, hasil observasi hewan, hasil pemeriksaan laboratorium spesimen otak hewan, serta kondisi luka yang ditimbulkan.
Ada dua kondisi luka akibat rabies:
Luka risiko tinggi, yaitu jilatan atau luka pada mukosa, luka di atas area bahu (leher, muka dan kepala), luka pada jari tangan dan jari kaki, luka di area genitalia, luka yang lebar atau dalam, atau luka lebih dari satu (multiple wound). Untuk kategori ini perlu diberikan VAR dan SAR.
Luka risiko rendah, seperti jilatan pada kulit terbuka atau cakaran atau gigitan kecil yang menimbulkan luka lecet di area badan, tangan, dan kaki yang tidak banyak persyaratan. Untuk kategori ini hanya diberikan VAR.
Setelah mengetahui beberapa pertolongan pertama untuk mencegah rabies di atas, diharapkan kamu akan tahu apa yang harus dilakukan saat digigit anjing atau hewan lainnya yang terinfeksi rabies, sehingga jumlah korban akibat rabies dapat diminimalkan.
Rabies memang mematikan, tetapi bisa dicegah. Bagi pemilik, pastikan anjing sehat dan divaksinasi secara rutin. Rabies bisa dicegah asalkan 70 persen anjing dalam populasi mendapatkan vaksinasi.
Referensi
"Bahaya Penyakit Rabies." Kementerian Kesehatan RI. Diakses September 2025.
"Buku Saku Rabies Petunjuk Teknis Penatalaksaan Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies di Indonesia (2018)." Kementerian Kesehatan RI. Diakses September 2025.
"Pertolongan Pertama untuk Mencegah Infeksi Rabies." Kementerian Kesehatan RI. Diakses September 2025.
"Ini yang Harus Dilakukan jika Digigit Hewan Penular Rabies." Kementerian Kesehatan RI. Diakses September 2025.