Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Penyebab Ngos-ngosan saat Berjalan dan Kapan Harus Waspada

Seorang perempuan tampak ngos-ngosan saat berjalan kaki.
ilustrasi ngos-ngosan saat jalan kaki (freepik.com/freepik)
Intinya sih...
  • Obesitas dapat menyebabkan ngos-ngosan saat berjalan karena lemak yang menumpuk di sekitar dada dan perut membatasi ruang gerak udara.
  • Ngos-ngosan juga bisa menjadi tanda adanya penyakit jantung koroner, asma, gagal jantung, PPOK, kehamilan, atau penyakit paru interstisial.
  • Penanganan ngos-ngosan meliputi perubahan pola makan, olahraga teratur, penggunaan inhaler, obat-obatan tertentu, hingga terapi oksigen jika dibutuhkan.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Pernahkah kamu merasa ngos-ngosan padahal cuma jalan kaki sebentar? Rasanya aneh, jantung berdetak cepat, napas terasa berat, dan dada seperti ditekan. Banyak orang langsung mengira itu karena kurang olahraga, padahal penyebabnya bisa lebih kompleks dari sekadar stamina yang menurun.

Ngos-ngosan atau napas terengah-engah ini dikenal sebagai dispnea, yaitu kondisi ketika bernapas terasa lebih sulit dari biasanya. Kadang muncul tiba-tiba, kadang juga menetap dalam jangka panjang. Aktivitas ringan seperti berjalan bisa memicunya, terutama jika ada masalah pada jantung, paru-paru, atau bahkan berat badan. Yuk, kenali penyebab umum kenapa kamu bisa ngos-ngosan hanya karena jalan kaki!

1. Obesitas

Obesitas terjadi ketika tubuh membawa terlalu banyak lemak yang berdampak pada kesehatan. Orang dengan obesitas lebih berisiko mengalami penyakit seperti diabetes, tekanan darah tinggi, dan gangguan jantung.

Salah satu gejala yang sering muncul adalah napas pendek atau ngos-ngosan, terutama saat beraktivitas ringan. Hal ini terjadi karena jantung dan paru-paru harus bekerja lebih keras untuk memasok oksigen ke seluruh tubuh.

Selain itu, lemak yang menumpuk di sekitar dada dan perut juga dapat menekan paru-paru sehingga ruang gerak udara jadi terbatas.

Untuk mengatasinya, dokter biasanya menyarankan perubahan pola makan, olahraga teratur, serta manajemen kesehatan mental karena stres sering memperburuk kebiasaan makan berlebih.

2. Penyakit jantung koroner

Ngos-ngosan saat berjalan juga bisa menandakan adanya penyakit jantung koroner (PJK). Kondisi ini terjadi ketika plak menumpuk di arteri yang membawa darah ke jantung sehingga aliran oksigen menjadi terbatas. Akibatnya, tubuh kekurangan oksigen saat beraktivitas, dan napas terasa berat.

Selain sesak napas, pasien PJK sering mengalami nyeri dada, rasa tertekan, atau ketidaknyamanan di bagian dada. Penyakit ini sering kali tidak disadari sampai akhirnya memicu serangan jantung.

Penanganan PJK mencakup makan sehat, rutin olahraga, menjaga berat badan ideal, konsumsi obat seperti statin, hingga prosedur medis seperti pemasangan stent atau operasi bypass.

3. Asma

Seorang laki-laki akan mengisap inhaler asma miliknya.
ilustrasi pasien asma (pexels.com/Cnordic Nordic)

Asma adalah penyakit kronis yang membuat saluran napas meradang dan menyempit.

Gejalanya berupa napas berbunyi, batuk, dan sesak napas, terutama saat berolahraga, terkena debu, atau udara dingin. Saat berjalan, pasien asma bisa tiba-tiba merasa ngos-ngosan karena udara sulit keluar masuk dari paru-paru.

Penanganan asma biasanya dengan inhaler untuk mengurangi peradangan dan membuka saluran napas. Menghindari pemicu, seperti asap rokok, bulu hewan, udara dingin, serta kontrol rutin ke dokter sangat penting agar asma tetap terkendali.

4. Gagal jantung 

Gagal jantung terjadi saat jantung tidak mampu memompa darah secara efektif, menyebabkan penumpukan cairan di paru-paru. Kondisi ini membuat penderita mudah ngos-ngosan bahkan saat berjalan atau berbaring, disertai pembengkakan di pergelangan kaki, kaki, atau rasa lelah ekstrem.

Diagnosis dini sangat penting karena dengan pengobatan yang tepat kualitas hidup orang dengan kondisi ini dapat ditingkatkan dan perkembangan penyakit bisa diperlambat.

Pengobatan untuk gagal jantung, meliputi obat, perubahan pola hidup, hingga prosedur medis.

5. Penyakit paru obstruktif kronis

Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) adalah penyakit paru yang membuat seseorang makin sulit bernapas dari waktu ke waktu. Penyebab utamanya adalah paparan asap rokok jangka panjang, meski polusi udara juga bisa berperan.

Gejala PPOK meliputi napas berbunyi, dada terasa sesak, dan cepat lelah saat bergerak.

Penanganan PPOK bergantung pada tingkat keparahan, mulai dari penggunaan bronkodilator, kortikosteroid, terapi oksigen, hingga tindakan bedah seperti bullectomy atau transplantasi paru.

6. Kehamilan

Seorang perempuan hamil memegangi perutnya.
ilustrasi ibu hamil (pexels.com/ Leah Newhouse)

Perempuan hamil juga bisa mengalami napas terasa berat, dan ini normal. Hormon progesteron yang meningkat membuat napas jadi lebih dalam agar oksigen untuk janin tercukupi. Selain itu, rahim yang membesar menekan diafragma, membuat ruang bernapas jadi lebih sempit.

Meski terasa tidak nyaman, tetapi keluhan ini biasanya akan hilang setelah melahirkan.

7. Penyakit paru interstisial

Penyakit paru interstisial adalah sekelompok gangguan paru yang disebabkan oleh paparan jangka panjang terhadap zat berbahaya, seperti gas toksik, atau akibat penyakit autoimun dan obat tertentu.

Gejalanya termasuk sesak napas yang muncul perlahan, batuk kering, dan nyeri dada.

Untuk mencegah perburukan, orang dengan penyakit paru interstisial harus menghindari pemicu seperti asap rokok dan polusi. Dokter mungkin akan meresepkan kortikosteroid atau obat penekan sistem imun, serta terapi oksigen jika dibutuhkan.

Ngos-ngosan saat berjalan bisa disebabkan oleh banyak hal, mulai dari kelelahan biasa hingga masalah serius pada paru-paru atau jantung. Kalau gejalanya ringan, kamu bisa mencoba latihan pernapasan dan menghindari hal-hal yang memicu sesak. Namun, jika sesak muncul terus-menerus, bahkan saat beristirahat, segera periksakan diri ke dokter agar penyebab pastinya bisa diketahui dan ditangani sebelum terlambat.

Referensi

"Breathing & Your Child’s Lungs." KidsHealth. Diakses pada November 2025.

"Shortness of Breath When Walking." Medical News Today. Diakses pada November 2025.

"Feeling Breathless When Walking Short Distances: 8 Possible Health Reasons." Times of India. Diakses pada November 2025.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nuruliar F
EditorNuruliar F
Follow Us

Latest in Health

See More

5 Teh yang Kandungan Antioksidannya Bisa Mengalahkan Teh Hijau

09 Nov 2025, 10:21 WIBHealth