Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Pubertas Dini dan Dampaknya pada Perempuan

Remaja perempuan selfie.
ilustrasi remaja perempuan (pexels.com/zheng liang)
Intinya sih...
  • Proses pubertas dimulai saat hipotalamus mengirim sinyal ke kelenjar hipofisis untuk mengeluarkan hormon reproduksi, memicu perubahan fisik dan emosional.
  • Tanda-tanda pubertas dini pada anak perempuan meliputi perkembangan payudara, pertumbuhan rambut, jerawat, menstruasi, dan peningkatan tinggi badan yang cepat.
  • Pubertas dini disebabkan oleh faktor genetika, lingkungan, dan patologi otak. Dampaknya termasuk perubahan fisik dan mental serta risiko pelecehan seksual.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Pubertas ialah tahap perkembangan kunci transisi dari masa kanak-kanak ke kehidupan dewasa. Pubertas ditandai dengan pencapaian tinggi badan dan proporsi tubuh dewasa, perkembangan karakteristik seksual eksternal, dan kemampuan untuk bereproduksi. Sayangnya, pada beberapa anak perempuan, pubertas dapat terjadi sebelum waktunya atau yang dikenal sebagai pubertas dini.

Pubertas dini kini bukan lagi kasus langka, makin banyak anak perempuan yang mengalami perubahan fisik, seperti pertumbuhan payudara atau menstruasi di usia yang masih sangat muda. Fenomena ini kerap membuat orang tua bingung harus bersikap seperti apa.

Masalahnya, pubertas dini bukan cuma soal tubuh yang tumbuh lebih cepat. Perubahan yang datang terlalu dini dapat berdampak pada kesehatan fisik, kondisi psikologis, hingga kehidupan sosial anak perempuan.

Tanpa pemahaman dan penanganan yang tepat, pubertas dini berpotensi menimbulkan masalah jangka panjang. Karena itu, penting untuk mengenali apa itu pubertas dini, penyebabnya, serta dampak yang mungkin dialami perempuan sejak usia dini.

1. Proses pubertas

Bayangkan otak punya tombol ‘start’ untuk masa remaja. Saat pubertas, tombol itu ditekan: hipotalamus mengirim sinyal lewat hormon GnRH (gonadotrophin-releasing hormone). Sinyal ini memicu kelenjar hipofisis untuk mengeluarkan LH (luteinizing hormone) dan FSH (follicle-stimulating hormone). Kedua hormon ini lalu memberi tahu organ reproduksi agar mulai matang, menghasilkan sel sperma atau sel telur, dan memproduksi hormon seks. Semua proses ini bersama-sama membuat tubuh berubah. Suara jadi lebih berat, payudara mulai tumbuh, rambut muncul di area tertentu, dan emosi pun ikut berkembang.

Ada sebuah “jalur komunikasi” di tubuh yang disebut sumbu HPG (hipotalamus–hipofisis–gonad). Jalur ini mengatur hormon-hormon yang penting untuk pertumbuhan dan fungsi reproduksi.

Sumbu HPG aktif pada tiga waktu utama:

  • Saat janin dalam kandungan: mulai terbentuk dan bekerja.
  • Beberapa bulan setelah lahir: aktif sebentar, disebut mini-pubertas.
  • Masa pubertas: setelah lama “tidur” sejak usia 2 tahun sampai sekitar 8–9 tahun, sumbu ini bangun lagi.

Ketika pubertas tiba, otak mengirim sinyal terkoordinasi yang mengaktifkan kembali sumbu HPG. Akibatnya, hormon-hormon reproduksi meningkat dan tubuh mulai mengalami perubahan menuju dewasa.

2. Tanda-tanda peringatan

Perubahan fisik yang menunjukkan dimulainya pubertas dini pada anak perempuan, meliputi:

  • Perkembangan payudara.
  • Pertumbuhan rambut kemaluan dan ketiak.
  • Jerawat, wajah berminyak, bau badan.
  • Pelebaran pinggul.
  • Keluaran cairan dan menstruasi.
  • Peningkatan tinggi badan yang cepat.

3. Penyebab dan faktor

Remaja perempuan tersenyum.
ilustrasi remaja perempuan (pexels.com/Chu Chup Hinh)

Meskipun penyebab pasti pubertas dini belum jelas, tetapi sebagian besar disebabkan oleh:

  • Genetika: Jika orang tua mengalami pubertas lebih awal, seperti suara ayah yang berubah lebih awal atau ibu yang mengalami menstruasi lebih awal, anak tersebut mungkin juga mengalami pubertas lebih awal.
  • Lingkungan: Obesitas dan kebiasaan mengonsumsi makanan ultraproses merupakan faktor lain yang membuat anak cenderung mengalami pubertas lebih awal.
  • Patologi: Patologi di otak, seperti tumor, kekurangan oksigen di masa lalu, infeksi, atau paparan radiasi, dapat merangsang kelenjar pituitari untuk memproduksi hormon seks.

Namun, 90 persen anak perempuan yang mengalami pubertas dini cenderung tidak memiliki penyebab yang dapat diidentifikasi.

4. Dampak pubertas dini bagi anak

Anak-anak yang mengalami pubertas dini mungkin mengalami perubahan fisik dan mental sebelum mereka cukup matang secara emosional untuk mengatasinya. Di luar transisi fisik yang menyertai pubertas, ada juga perubahan emosional dan sosial. Anak-anak pubertas mulai memikirkan identitas mereka—siapa mereka, apa yang mereka sukai, kepada siapa mereka tertarik. Mereka mungkin memiliki perasaan yang meluap-luap, suasana hati yang buruk, dan ledakan emosi. Hubungan mereka dengan orangtua juga mungkin menjadi tegang.

Pada tahap perkembangan ini, sangat umum untuk merasa sangat ingin diterima oleh teman sebaya. Anak-anak mungkin juga merasa tidak nyaman karena tubuh mereka berubah terlebih dahulu dibanding tubuh teman sebaya mereka. Semua perasaan ini bisa memicu ledakan stres pada anak.

Mirisnya lagi, anak-anak yang mengalami pubertas dini lebih mungkin mengalami perundungan atau pelecehan seksual, terutama pada perempuan. Anak-anak juga mungkin mendapati bahwa orang dewasa memperlakukan mereka lebih tua dari usia sebenarnya. Ini dapat menyebabkan ekspektasi perilaku yang tidak realistis dan risiko terpapar perilaku dewasa, seperti aktivitas seksual dan penggunaan narkoba sejak dini.

5. Cara orang tua membantu anak mengatasi pubertas dini

Orang tua tidak dapat mengendalikan perubahan yang akan dibawa oleh pubertas, tetapi ada banyak cara untuk membantu anak mempersiapkan dan menghadapi transisi ini. Terlepas dari usia, ketika orang tua pertama kali mulai memperhatikan bahwa anak menunjukkan tanda-tanda pubertas, sebaiknya periksakan ke dokter anak. 

Namun, cara terbaik untuk membantu mempersiapkan anak menghadapi pubertas dimulai jauh sebelum tanda-tanda itu muncul. Semakin awal orangtua dan anak membahas hal-hal ini, maka dampaknya akan semakin baik. Mulailah membahas pubertas dengan anak sejak dini, bahkan sekitar usia tujuh atau delapan tahun.

Jika anak mengajukan pertanyaan, tanyakan mengapa mereka ingin tahu. Cobalah untuk mendapatkan informasi lebih lanjut tentang apa yang mereka tanyakan, dan berikan saja informasi yang mereka minta.

Memahami pubertas dini dan dampaknya pada perempuan adalah langkah penting untuk membantu anak menghadapi perubahan tubuh dan emosinya dengan lebih baik. Dengan deteksi dini, dukungan keluarga, serta gaya hidup sehat, risiko dampak fisik, psikologis, dan sosial dapat diminimalkan. Kesadaran dan perhatian orangtua serta lingkungan menjadi kunci agar anak perempuan dapat tumbuh dengan percaya diri dan sehat, sesuai dengan tahap perkembangannya.

Referensi

Bangkok Hospital. Diakses pada Desember 2025. Don't Let Your Child Hit Puberty Too Early.

Child Mind Institute. Diakses pada Desember 2025. How Early Puberty Affects Children’s Mental Health.

Society for Endocrinology. Diakses pada Desember 2025. Timing of puberty: why is it changing and why does it matter?

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nuruliar F
EditorNuruliar F
Follow Us

Latest in Health

See More

[QUIZ] Kami Bisa Tebak Resolusi Sehat 2026 Kamu Akan Sukses atau Cuma Wacana

31 Des 2025, 23:15 WIBHealth