Menstruasi Retrograde: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatan

Ternyata banyak dialami oleh perempuan

Menstruasi atau haid adalah proses keluarnya darah yang mengalir dari rahim dan keluar melalui vagina. Hal ini bisa terjadi karena sel telur yang tidak dibuahi oleh sperma. Peristiwa ini merupakan siklus normal pada perempuan dan umumnya terjadi setiap bulan.

Akan tetapi, ada beberapa kondisi yang mengakibatkan proses menstruasi tidak berjalan lancar. Salah satunya adalah saat darah menstruasi mengalir ke arah yang berlawanan, yang bergerak menuju tuba falopi dan ke dalam rongga panggul, bukan melalui serviks dan keluar vagina. Kondisi ini dikenal sebagai menstruasi retrograde.

1. Apa itu menstruasi retrograde?

Menstruasi Retrograde: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatanilustrasi endometriosis (youtube.com/JJ Medicine)

Menstruasi retrograde adalah kondisi ketika mengalir mundur ke bagian panggul, bukannya keluar melalui vagina saat menstruasi. Dilansir Verywell Health, kondisi ini umum terjadi dan akan dialami oleh kebanyakan perempuan.

Akan tetapi, menstruasi retrograde bisa meningkatkan risiko endometriosis jika terus-menerus terjadi. Hal ini karena menstruasi retrogade dapat menyimpan sel-sel endometrium di luar rahim. 

2. Gejala

Dalam kasus menstruasi retrograde, darah mengalir melalui tuba falopi dan keluar ke peritoneum daripada melalui serviks dan keluar vagina. Perempuan dengan kondisi ini sering tidak menunjukkan gejala apa pun.

Gejala utama yang terkait dengan menstruasi retrograde adalah nyeri saat menstruasi (dismenorea). Sayangnya, ini adalah gejala yang sangat tidak spesifik. Pasalnya, nyeri haid juga dikaitkan dengan banyak kondisi lain yang memengaruhi kesehatan reproduksi.

Jadi, bila kamu merasakan nyeri haid yang intensitasnya berat, dan gejala ini sampai memengaruhi aktivitas harian, sebaiknya pertimbangkan untuk menemui dokter. Karena, pada dasarnya nyeri haid yang parah bukanlah hal yang seharusnya diabaikan.

3. Penyebab

Menstruasi Retrograde: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatanilustrasi menstruasi retrograde (unsplash.com/Sasun Bughdaryan)

Sebagian besar penelitian tentang menstruasi retrograde melihat kondisi ini dalam konteks endometriosis. Maka dari itu, sangat sedikit penelitian tentang penyebab menstruasi retrograde. Akan tetapi, setidaknya satu penelitian telah menunjukkan bahwa perempuan dengan tuba falopi yang tersumbat tidak mengalami menstruasi retrograde.

Ada juga penelitian dasar yang menunjukkan bahwa pembukaan serviks yang lebih kecil dapat meningkatkan risiko aliran darah retrograde. Namun, karena penelitian menunjukkan bahwa menstruasi retrograde sangat umum di antara orang-orang yang memiliki rahim, itu mungkin harus dianggap sebagai aspek normal dari fungsi menstruasi.

Baca Juga: Nyeri Haid dan Infertilitas, Keluhan Utama Endometriosis

4. Diagnosis

Menstruasi retrograde biasanya tidak didiagnosis sebagai suatu kondisi tunggal. Ini dapat didiagnosis dalam konteks endometriosis atau evaluasi nyeri panggul. Sebagai contoh, menstruasi retrograde dapat didiagnosis jika dokter melakukan pemeriksaan laparoskopi panggul selama menstruasi dan dokter melihat darah.

Sayangnya, banyak perempuan dengan endometriosis menghabiskan waktu bertahun-tahun merasakan sakit sebelum akhirnya mereka menerima diagnosis. Dokter mungkin mengaitkan gejala dengan nyeri yang lebih umum terkait menstruasi. Banyak perempuan juga menganggap nyeri haid yang menyakitkan sebagai hal normal.

Ketidaknyamanan saat haid memang merupakan hal umum. Namun, nyeri haid tidak boleh sampai melumpuhkan atau memengaruhi kemampuan perempuan untuk beraktivitas sehari-hari.

Akan sangat membantu apabila dokter berupaya untuk mencari penyebab nyeri haid parah saat haid, bukan hanya menganggap itu adalah dismenorea primer. Endometriosis diperkirakan memengaruhi sebanyak 10 perempuan. Ini mungkin tidak mudah untuk didiagnosis, tetapi penting untuk memeriksanya ketika muncul tanda-tanda yang mengarah ke kondisi ini.

5. Pengobatan

Menstruasi Retrograde: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatanilustrasi terapi hormon (unsplash.com/Diana Polekhina)

Saat ini tidak ada pengobatan untuk menstruasi retrograde karena kondisi ini tidak dianggap sebagai masalah jika tidak berhubungan dengan kondisi lain, seperti endometriosis, mengutip OVIO.

Penelitian menunjukkan bahwa mungkin ada hubungan antara menstruasi retrograde dan endometriosis. Namun, jangan panik. Walaupun kebanyakan perempuan dalam usia subur yang mengalami menstruasi bisa mengalami menstruasi retrograde, tetapi sebagian besar tidak memiliki endometriosis.

Ada sebuah teori yang mengatakan bahwa sebagian besar tubuh mampu dengan sempurna membuang darah dan jaringan menstruasi yang tidak diinginkan di rongga panggul, sehingga tidak memiliki cukup waktu untuk mengendap dan tumbuh di tempat yang seharusnya. Namun, jika tubuh tidak dapat menyingkirkan jaringan itu, ia akan tumbuh, dan organ-organ akan mengembangkan jaringan endometrium di tempat yang tidak seharusnya.

Jaringan endometrium baru kemudian akan bereaksi terhadap siklus menstruasi, seperti yang terjadi di rahim. Akan tetapi, sekali lagi, ini hanyalah salah satu dari banyak teori seputar penyebab endometriosis.

Menambahkan dari Verywell Health, perawatan menstruasi retrograde biasanya melibatkan pemberian hormon, atau penggunaan intrauterine device (IUD) untuk mengurangi atau mengeliminasi aliran darah menstruasi.

Histerektomi juga dapat mengobati menstruasi retrograde, tetapi opsi ini mungkin hanya digunakan jika ada alasan medis lain untuk operasi pengangkatan rahim.

Menstruasi retrograde mungkin terdengar mengkhawatirkan, tetapi ingatlah bahwa kondisi ini cukup umum terjadi. Ini hanya berarti bahwa ketika perempuan sedang menstruasi, sebagian darah dan jaringan mengalir ke belakang panggul bukannya keluarkan ke pembalut, tampon, atau menstrual cup.

Secara umum, menstruasi retrograde bukanlah kondisi yang perlu dikhawatirkan secara berlebihan. Apabila dikaitkan dengan kondisi lain, seperti endometriosis, ini bisa ditangani oleh dokter. Jadi, jika kamu mengalami nyeri haid yang ekstrem atau tidak biasa, sebaiknya temui dokter.

Baca Juga: Waspadai Nyeri saat Haid, Bisa Jadi Itu Tanda Endometriosis

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya