Seberapa Bahaya Virus HMPV? Berikut Penjelasan Ahli

Human metapneumovirus alias HMPV tengah jadi perbincangan setelah merebak di China dan dikabarkan telah masuk Indonesia. Konon, virus ini banyak menyerang anak-anak. Keberadaannya di Indonesia menimbulkan rasa khawatir, tetapi seberapa bahaya virus HMPV?
Faktanya, virus ini bukanlah virus baru dan gejalanya pun tidak jauh berbeda dengan flu biasa. Tak perlu panik, berikut penjelasan ahli terkait virus HMPV ini.
Seberapa bahaya virus HMPV?

Berbeda dengan Covid-19 yang baru ditemukan, HMPV bukanlah virus baru. Penyakit ini pertama kali dideteksi oleh ilmuwan Belanda pada 2001. Di luar itu, studi serologis pun menunjukkan bahwa HMPV telah ada setidaknya selama 60 tahun. Sejauh ini, penjelasan berbagai ahli merujuk pada satu jawaban yang sama, yaitu HMPV bukanlah virus berbahaya apalagi mematikan.
Pada dasarnya, HMPV merupakan pemicu infeksi saluran pernapasan akut. World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa penyakit karena infeksi virus ini jamak dijumpai secara musiman di belahan Bumi bagian utara yang memiliki iklim sedang. Sumber yang sama pun mengatakan bahwa kasus HMPV di China bukanlah pola wabah tidak biasa.
Menteri Kesehatan Indonesia, Budi Gunadi Sadikin, menjelaskan bahwa HMPV memiliki karakteristik serupa dengan virus flu biasa lainnya. Hal itu terlihat dari gejala HMPV yang mirip seperti flu biasa. Sebut saja batuk, radang tenggorokan, hingga demam yang membaik dalam beberapa hari.
Lebih lanjut, orang dewasa sehat bisa saja terhindar dari paparan infeksi HMPV. Namun, tentu saja dengan rutin melakukan upaya pencegahan. Misalnya dengan rutin mencuci tangan, mengenakan masker saat berada di tempat ramai, menjaga ventilasi udara agar tetap baik, hingga menggunakan disinfeksi.
Potensi risiko yang lebih parah
Pada dasarnya, infeksi HMPV bisa menyerang siapa saja. Akan tetapi, jawaban untuk pertanyaan seberapa bahaya virus HMPV mungkin berbeda jika dikhususkan bagi kelompok rentan. Kelompok tersebut meliputi balita dan anak-anak, individu dengan sistem kekebalan tubuh lemah, hingga orang tua.
Kepala Dinkes Jateng, dr. Yunita Dyah Suminar, menjelaskan bahwa orang dengan daya tahan tubuh lemah, seperti anak balita dan lansia di atas 65 tahun, lebih mungkin terpapar virus HMPV. Infeksi HMPV pun mungkin terjadi bebarengan dengan infeksi saluran pernapasan lainnya.
Pada kasus parah atau yang tidak segera mendapat pengobatan, HMPV dapat berkembang dan menyebabkan bronkitis, pneumonia, hingga infeksi telinga (otitits media). Sementara itu, pada seorang yang memiliki gangguan kesehatan tertentu atau lansia dengan komorbid, infeksi HMPV dapat menyebabkan kematian.
Pengobatan dan pencegahan

Saat ini, tidak ada pengobatan yang dikhususkan untuk menangani infeksi HMPV. Begitu pula dengan vaksin. Sejauh ini penanganan yang dilakukan lebih untuk mengatasi gejala yang muncul. Misalnya saja, memberikan oksigen tambahan untuk meringankan gangguan pernapasan atau infus cairan guna mencegah dehidrasi.
Seseorang yang mengalami gejala flu dan mencurigai infeksi HMPV sebaiknya segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan. Selain itu, perbanyak istirahat untuk memperkuat imun tubuh.
Sebagai pencegahan, lakukan protokol kesehatan 3M dengan menjaga jarak, mencuci tangan, dan memakai masker. Virus ini ditularkan melalui droplet sehingga efektif dicegah dengan upaya tersebut.
Level seberapa bahaya virus HMPV bisa tergantung pada kondisi masing-masing individu, ya. Namun, secara umum virus ini tidak menimbulkan efek fatal yang mengkhawatirkan.
Referensi:
"Virus HMPV Ditemukan di Indonesia, Menkes: Mirip Flu Biasa, Tidak Perlu Panik". Sehat Negeriku. Diakses Januari 2025.
"Gejala HMPV Menurut Dinkes Jateng, Batuk Pilek Serang Saluran Napas". IDN Times. Diakses Januari 2024.
"Trends of acute respiratory infection, including human metapneumovirus, in the Northern Hemisphere". World Health Organization. Diakses Janurari 2025.
"Human Metapneumovirus (HMPV)". Cleveland Clinic. Diakses Januari 2025.
"What you should know about HMPV?". Chinese Center for Disease Control and Prevention. Diakses Januari 2025.