Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Stroke pada Perempuan dan Laki-laki Tidak Selalu Sama

Seorang dokter dan pasien perempuan.
ilustrasi dokter dan pasien (freepik.com/tirachardz)
Intinya sih...
  • Perempuan dan laki-laki mengalami stroke dengan risiko, gejala, dan dampak yang berbeda.
  • Faktor biologis, hormonal, dan sosial membuat stroke pada perempuan sering lebih kompleks.
  • Pencegahan dan pemulihan stroke pada perempuan perlu pendekatan yang lebih spesifik.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Stroke kerap dianggap sebagai penyakit yang dampaknya sama baik bagi perempuan maupun laki-laki. Padahal, data global menunjukkan gambaran yang lebih kompleks. Perempuan tidak hanya memiliki risiko stroke yang berbeda, tetapi juga sering mengalami gejala, dampak, dan proses pemulihan yang tidak selalu serupa dengan laki-laki.

Di banyak negara, perempuan justru menyumbang proporsi kematian akibat stroke yang lebih besar. Mereka cenderung mengalami stroke pada usia lebih tua, dengan kondisi kesehatan yang lebih kompleks, dan sering kali datang ke fasilitas kesehatan dalam kondisi yang sudah lebih berat.

Memahami perbedaan ini bukan soal membandingkan siapa yang dampaknya “lebih parah”, tetapi lebih pada soal keadilan kesehatan. Tanpa pemahaman berbasis gender, risiko stroke pada perempuan bisa terlewat, gejalanya tidak dikenali, dan pemulihannya tidak ditangani secara optimal.

Perbedaan risiko dan faktor pemicu stroke

Risiko stroke pada perempuan dan laki-laki tidak sepenuhnya tumpang tindih. Selain faktor umum seperti hipertensi, diabetes, dan merokok, perempuan memiliki faktor risiko unik yang tidak dialami laki-laki. Kita bicara soal kehamilan, preeklamsia, diabetes gestasional, dan menopause dini yang terbukti meningkatkan risiko stroke di kemudian hari.

Penggunaan kontrasepsi hormonal dan terapi penggantian hormon juga dapat memengaruhi risiko, terutama pada perempuan dengan faktor risiko kardiovaskular lainnya. Selain itu, kondisi seperti migrain dengan aura, yang lebih sering dialami perempuan, dikaitkan dengan peningkatan risiko stroke iskemik.

Studi terbaru yang dipublikasikan dalam jurnal Neurology menegaskan bahwa perbedaan biologis dan vaskular ini berdampak nyata pada perjalanan stroke perempuan, termasuk dalam fase pemulihan jangka panjang.

Gejala stroke pada perempuan lebih sering tidak khas

Ilustrasi gejala stroke.
ilustrasi gejala stroke (IDN Times/Novaya Siantita)

Gejala stroke klasik—seperti wajah mencong, lengan lemah, dan bicara pelo—tetap penting dikenali. Namun pada perempuan, stroke lebih sering muncul dengan gejala tambahan yang kurang khas, seperti mual, kelelahan ekstrem, sesak napas, nyeri dada, kebingungan mendadak, atau penurunan kesadaran.

Gejala-gejala tersebut kerap disalahartikan sebagai masalah non neurologis, kecemasan, atau kelelahan biasa. Akibatnya, perempuan lebih sering mengalami keterlambatan diagnosis dan penanganan, padahal waktu adalah faktor krusial dalam stroke.

Keterlambatan ini berdampak domino: peluang mendapatkan terapi optimal berkurang, luas kerusakan otak bisa lebih besar, dan hasil pemulihan jangka panjang menjadi kurang baik dibanding laki-laki.

Dampak stroke dan pemulihan yang lebih berat

Pasca serangan stroke, perempuan cenderung mengalami disabilitas yang lebih berat. Studi menunjukkan bahwa mereka lebih sering mengalami kesulitan dalam aktivitas sehari-hari seperti berpakaian, memasak, berbelanja, dan mengurus rumah tangga—bahkan hingga satu tahun setelah stroke.

Selain faktor fisik, perempuan juga lebih rentan mengalami depresi, kecemasan, kesepian, dan isolasi sosial pascastroke. Banyak perempuan hidup sendiri saat usia lanjut, sehingga dukungan sosial dan advokasi untuk rehabilitasi sering kali lebih terbatas.

Meski begitu, penelitian juga menunjukkan sisi lain yang penting, bahwa kemampuan perempuan untuk terus mengalami perbaikan dapat berlangsung lebih lama. Artinya, pemulihan mereka bukan lebih buruk, tetapi sering kali membutuhkan waktu, dukungan, dan strategi yang berbeda.

Apa yang bisa dilakukan perempuan

Seorang dokter merawat pasien perempuan.
ilustrasi dokter merawat pasien (freepik.com/tirachardz)

Kesadaran adalah langkah pertama. Perempuan perlu mengenali faktor risiko pribadinya sejak dini, termasuk riwayat kehamilan, kondisi hormonal, dan penyakit kronis. Pemeriksaan tekanan darah, gula darah, dan kolesterol menjadi kunci pencegahan.

Jika stroke terjadi, perempuan tidak perlu ragu meminta rehabilitasi lanjutan—baik fisik, okupasi, bicara, maupun kognitif. Latihan kekuatan dan aerobik yang disesuaikan, dukungan kesehatan mental, serta modifikasi rumah terbukti membantu kemandirian.

Yang tak kalah penting, perempuan perlu didukung untuk tidak menormalkan kelelahan, depresi, atau keterbatasan sebagai hal wajar setelah stroke. Pemulihan adalah proses panjang, dan meminta bantuan adalah bagian dari perawatan.

Stroke pada perempuan dan laki-laki memiliki perbedaan, mulai dari risiko, gejala, hingga dampak jangka panjang. Mengabaikan perbedaan ini berarti membiarkan banyak perempuan tidak mendapatkan pencegahan, diagnosis, dan pemulihan yang optimal.

Pendekatan yang sensitif terhadap gender adalah kebutuhan nyata dalam praktik kesehatan. Dengan pemahaman yang lebih utuh, stroke pada perempuan bisa dikenali lebih cepat, ditangani lebih tepat, dan dipulihkan dengan lebih manusiawi.

Referensi

“7 Things to Know About How Stroke Is Different for Women.” American Heart Association. Diakses Desember 2025.

“About Women and Stroke.” Centers for Disease Control and Prevention. Diakses Desember 2025.

“Women and Stroke.” Heart and Stroke Foundation of Canada. Diakses Desember 2025.

“What Women Need to Know About Stroke.” Mayo Clinic Press. Diakses Desember 2025.

Nandini Mitta et al., “Women and Stroke: Different, yet Similar,” Cerebrovascular Diseases Extra 11, no. 3 (October 8, 2021): 106–11, https://doi.org/10.1159/000519540.

Neurology. Chen, C., et al. “Sex Differences in Functional Recovery After Ischemic Stroke.” Neurology, 2024. https://www.neurology.org/doi/10.1212/WNL.0000000000214508

“Stroke and Women.” U.S. Department of Health & Human Services, Office on Women’s Health. Diakses Desember 2025.

“Women and Stroke: What You Should Know.” Catholic Health Long Island. Diakses Desember 2025.

“Women and Stroke.” Stroke Association UK. Diakses Desember 2025.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nuruliar F
EditorNuruliar F
Follow Us

Latest in Health

See More

Makan Terus tapi Lapar Terus? Awas, Liburan Bikin Sinyal Kenyang Kacau

25 Des 2025, 06:33 WIBHealth