11 Cara Obesitas Mengacaukan Sistem Kerja Tubuh 

Obesitas dapat memiliki dampak dramatis pada tubuh

Prevalensi obesitas penduduk Indonesia yang berumur di atas 18 tahun terus mengalami kenaikan. Berdasarkan data yang dikumpulkan Badan Pusat Statistik tahun 2018, perempuan memiliki prevalensi obesitas sebesar 44 persen dan untuk laki-laki adalah sebesar 26 persen.

Tingginya angka prevalensi itu menjadi kekhawatiran tersendiri, mengingat obesitas dapat meningkatkan peluang pengembangan sejumlah masalah kesehatan yang serius. 

Pengaruh obesitas pada fungsi dan organ tubuh akan kita ulas bersama-sama di sini, simak sampai akhir, ya!

1. Sistem peredaran darah

Obesitas memberi tekanan pada seluruh sistem peredaran darah, yang membawa darah ke bagian tubuh melalui pembuluh darah (arteri dan vena). Tekanan tersebut bisa memicu kerusakan pembuluh darah di otak. Akibatnya, ini meningkatkan risiko stroke, yang terjadi ketika darah berhenti mengalir ke otak. Penelitian telah membuktikan bahwa obesitas berhubungan langsung dengan risiko stroke. 

Sebuah metaanalisis dari 25 studi yang dimuat dalam jurnal Stroke tahun 2010 menyimpulkan bahwa kegemukan meningkatkan risiko stroke iskemik sebesar 22 persen. Sementara itu, obesitas menyumbang faktor risiko yang jauh lebih besar, yaitu 64 persen terhadap stroke iskemik. 

Namun, tidak ada hubungan yang signifikan antara kelebihan berat badan atau obesitas dengan stroke hemoragik. Meski demikian, analisis berulang telah memperhitungkan tekanan darah, kolesterol, dan diabetes sebagai faktor risiko stroke lain yang diakibatkan obesitas. 

2. Sistem pernapasan

11 Cara Obesitas Mengacaukan Sistem Kerja Tubuh ilustrasi mesin CPAP untuk sleep apnea (sleepfoundation.org)

Dilansir American Society for Metabolic and Bariatric Surgery (ASMBS), orang dengan kondisi obesitas mengalami penurunan kapasitas untuk bernapas, menyebabkan tidak bisa menghirup dan mengeluarkan udara sebanyak mungkin. 

Fungsi pernapasan yang terganggu bisa disebabkan oleh penumpukan lemak di perut, yang akibatnya membatasi penurunan diafragma hingga ekspansi paru-paru. Penumpukan lemak perut itu dapat mengurangi fleksibilitas dinding dada, kekuatan otot pernapasan, dan menyempitkan saluran udara di paru-paru.

Semua hal tersebut berkontribusi atas terhambatnya fungsi paru-paru, mengacu hasil studi berjudul "Obesity and The Lung: Epidemiology" tahun 2008. Sementara itu, dua penyakit umum yang dikaitkan dengan obesitas adalah asma dan sleep apnea

Sleep apnea terjadi ketika penumpukan lemak di leher, tenggorokan, dan lidah yang menghalangi saluran udara saat tidur. Penyumbatan itu mengakibatkan seseorang berhenti bernapas untuk sementara waktu. Sekitar 50–75 persen orang yang mengalami sleep apnea adalah individu dengan obesitas. 

Selain itu, asma telah terbukti 3–4 kali lebih umum dialami orang dengan obesitas. Studi metaanalisis tahun 2007 berjudul "Overweight, Obesity, and Incident Asthma" menemukan bahwa obesitas meningkatkan risiko asma pada laki-laki dan perempuan sebesar 50 persen.

3. Sistem pencernaan

Obesitas juga telah diketahui berhubungan dengan risiko penyakit refluks gastroesofagus (GERD) yang lebih tinggi terjadi. GERD disebabkan oleh naiknya asam lambung ke kerongkongan. Kelebihan berat badan memicu produksi asam lambung yang lebih tinggi.

Akibatnya, saat serangan GERD muncul, gejala yang umum ditemui adalah heartburn, atau sensasi terbakar di dada, muntah makanan, batuk (terutama pada malam hari), suara serak, dan sering serdawa.

Obesitas telah dikaitkan dengan peningkatan risiko GERD, radang kerongkongan, dan kanker kerongkongan, menurut studi dalam jurnal Annals of Internal Medicine tahun 2005 berjudul "Meta-analysis: Obesity and The Risk for Gastroesophageal Reflux Disease dan Its Complications".

4. Sistem kardiovaskular

11 Cara Obesitas Mengacaukan Sistem Kerja Tubuh ilustrasi penyakit jantung (freepik.com/freepik)

Dilansir Harvard T.H. Chan School of Public Health, berat badan secara langsung berkaitan dengan berbagai faktor risiko penyakit kardiovaskular. Saat berat badan meningkat, begitu juga terjadi peningkatan pada tekanan darah, kolesterol jahat atau LDL, trigliserida, gula darah, dan peradangan (inflamasi).

Pada orang dengan obesitas, jantung perlu bekerja lebih keras untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Hal itu menyebabkan tekanan darah tinggi (hipertensi) yang dapat membuat pembuluh darah yang membawa darah ke jantung menjadi keras dan menyempit.

Berbagai perubahan tersebut diterjemahkan menjadi peningkatan risiko penyakit jantung koroner, stroke, dan kematian kardiovaskular. Seperti yang terangkum dalam hasil metaanalisis terhadap 26 studi yang melibatkan 390.000 laki-laki dan perempuan dari berbagai latar belakang. Penelitian dalam jurnal Annals of Epidemiology tahun 2005 tersebut menyimpulkan bahwa obesitas sangat terkait dengan kematian akibat penyakit arteri koroner dan penyakit kardiovaskular.

Perempuan dengan indeks massa tubuh 30 atau lebih (obesitas) berisiko sebanyak 62 persen lebih besar untuk meninggal dunia lebih awal karena penyakit arteri koroner, dan berisiko 53 persen lebih tinggi meninggal lebih dini akibat semua jenis penyakit kardiovaskular.

5. Sistem endokrin

Sel-sel lemak, terutama yang terakumulasi di sekitar pinggang, mengeluarkan hormon dan zat lain yang memicu peradangan. Meski peradangan adalah komponen penting dari sistem kekebalan tubuh dan bagian dari proses penyembuhan, peradangan secara berlebihan dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan.

Peradangan dapat membuat tubuh kurang responsif (resistan) terhadap insulin. Insulin adalah hormon yang membawa gula dari darah ke sel-sel tubuh untuk digunakan sebagai energi. Nah, ketika seseorang resistan terhadap insulin, itu mengubah cara tubuh memetabolisme lemak dan karbohidrat.

Akibatnya, gula di dalam tubuh tidak dapat diserap oleh sel dan mengakibatkan gula darah menjadi tinggi. Kondisi tersebut sangat riskan untuk mengembangkan diabetes tipe 2, yang sayangnya terkait dengan masalah kesehatan lain seperti penyakit jantung, penyakit ginjal, stroke, amputasi, dan kebutaan.

Baca Juga: 5 Dampak Negatif Obesitas yang Harus Kamu Ketahui!

6. Sistem reproduksi

11 Cara Obesitas Mengacaukan Sistem Kerja Tubuh ilustrasi obesitas (freepik.com/jcomp)

Obesitas dapat memengaruhi berbagai aspek reproduksi, mulai dari aktivitas seksual hingga pembuahan. Bagi perempuan, hubungan antara obesitas dan infertilitas (ketidaksuburan) menjadi lebih jelas.

Seperti dalam hasil studi berjudul "Physical Activity, Body Mass Index, and Ovulatory Disorder Infertilty", disebutkan bahwa peluang perempuan yang kelebihan dan kekurangan berat badan mengalami infertilitas lebih tinggi, dibanding yang memiliki indeks massa tubuh ideal antara 20 dan 24. 

Studi tahun 2002 tersebut menunjukkan bahwa 25 persen kasus infertilitas ovulasi di Amerika Serikat mungkin disebabkan oleh obesitas. Selain itu, selama kehamilan, obesitas meningkatkan risiko keguguran, diabetes gestasional, preeklamsia, komplikasi selama persalinan. 

Pada pria, dampak yang paling terlihat dari obesitas adalah penurunan fungsi seksual. Setidaknya itu dibuktikan dalam dua studi yang dimuat dalam jurnal Archives of International Medicine  dan The Journal of Urology pada 2006. Kedua penelitian itu menunjukkan bahwa pria yang kelebihan berat badan kemungkinan mengalami disfungsi ereksi, seiring peningkatan angka BMI. 

7. Sistem rangka dan otot

Kelebihan berat badan menempatkan ketegangan mekanis dan metabolik pada tulang, otot, dan sendi yang berkontribusi terhadap masalah tulang serta persendian. Dalam hal ini, obesitas dapat menyebabkan penurunan kepadatan tulang dan massa otot, yang disebagai osteosarcopenic obesity.

Obesitas tersebut dapat menyebabkan risiko patah tulang yang lebih tinggi, cacat fisik, resistansi insulin, dan kesehatan yang lebih buruk secara keseluruhan. Berat badan ekstra juga dapat memberi terlalu banyak tekanan pada persendian, yang akhirnya menyebabkan rasa sakit dan kekakuan.

Jenis radang sendi seperti osteoartritis pada lutut dan pinggul telah diketahui berhubungan dengan obesitas. Disebutkan bahwa pasien obesitas merupakan sepertiga dari semua jenis perawatan yang memerlukan operasi penggantian sendi.

Berdasarkan penelitian "The Impact of Obesity on The Musculoskeletal System" tahun 2008, obesitas juga meningkatkan risiko nyeri punggung, nyeri tungkai bawah, dan kecacatan akibat kondisi muskuloskeletal. 

8. Sitem integumen (kulit)

11 Cara Obesitas Mengacaukan Sistem Kerja Tubuh ilustrasi akantosis nigrikans (kingedwardst.nhs.uk)

Ruam dapat terjadi di kulit mana pun yang ada lipatan lemak tubuh. Orang dengan kadar lemak yang tinggi seperti obesitas memiliki risiko lebih tinggi mengalami kondisi akantosis nigrikans.  

Akantosis nigrikans ditandai dengan perubahan warna dan penebalan kulit di bagian yang banyak terdapat lipatan tubuh, seperti leher dan ketiak. Kulit yang berubah menjadi lebih gelap itu menjadi indikasi dari resistansi insulin dan diabetes tipe 2.  

9. Kesehatan mental

Tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik, obesitas juga telah dikaitkan dengan beberapa kondisi kesehatan mental yang berbeda, seperti kecenderungan memiliki kesejahteraan yang kurang, emosi negatif, dan gejala psikopatologis. Dilansir Healthline, obesitas juga diasosiasikan lebih tinggi dengan depresi, harga diri yang rendah, dan masalah citra tubuh. 

Tingginya tingkat obesitas dan depresi telah mendorong banyak peneliti untuk mengeksplorasi hubungan antara berat badan dan suasana hati. Sebuah analisis dari studi bertajuk "Depression and Obesity" tahun 2010 menemukan bahwa orang yang mengalami obesitas lebih mungkin mengalami depresi daripada orang dengan berat badan yang sehat.

Penelitian itu dilengkapi dengan hasil metaanalisis 15 studi jangka panjang yang diikuti 58.000 partisipan, yang menegaskan kalau hubungan antara obesitas dan depresi mungkin berjalan dua arah. 

Studi berjudul "Overweight, Obesity, and Depression: A Systematic Review and Meta-Analysis of Longitudinal Studies" yang diterbitkan dalam jurnal Archives of General Psychiatry tahun 2010, menemukan bahwa orang dengan obesitas pada awal penelitian berisiko 55 persen lebih tinggi terkena depresi, dan orang depresi pada awal penelitian berisiko 58 persen lebih tinggi untuk mengalami kegemukan.

Salah satu  cara untuk mengatasi masalah ini adalah berfokus pada intervensi positif, seperti teknik relaksasi dan keterampilan penguatan diri untuk meningkatkan suasana hati dan mengurangi gejala depresi. 

10. Kanker

11 Cara Obesitas Mengacaukan Sistem Kerja Tubuh ilustrasi obesitas (pexels.com/Sharon McCutcheon)

Seperti diterangkan dalam laman Harvard T.H. Chan School of Public Health, hubungan antara obesitas dan kanker tidak sejelas hubungan antara diabetes dan penyakit kardiovaskular. Hal ini sebagian disebabkan oleh fakta bahwa kanker bukanlah penyakit tunggal, melainkan kumpulan penyakit individu.

Dalam sebuah tinjauan ilmiah tahun 2007, sebuah panel ahli yang dikumpulkan oleh World Cancer Research Fund dan American Institute for Cancer Research menyimpulkan bahwa ada bukti yang meyakinkan tentang hubungan antara obesitas dan kanker kerongkongan, pankreas, usus besar dan rektum, payudara, endometrium, dan ginjal, dan kemungkinan hubungan antara obesitas dan kanker kandung empedu.

Obesitas perut dan penambahan berat badan selama masa dewasa juga dikaitkan dengan beberapa jenis kanker. Sebuah tinjauan sistematis dan metaanalisis mengonfirmasi hubungan langsung antara obesitas dan kanker payudara, usus besar dan rektum, endometrium, kerongkongan, ginjal, ovarium, dan pankreas.

Kabar baiknya, Nurses’ Health Study telah menemukan bahwa untuk perempuan yang kelebihan berat badan yang tidak pernah menggunakan terapi penggantian hormon, menurunkan berat badan setelah menopause dan mempertahankannya mengurangi risiko kanker pasca menopause hingga setengahnya.

11. Dampak lainnya pada tubuh

Kondisi lainnya yang berkaitan dengan obesitas seperti dilansir ASMBS termasuk:

  • Penyakit Alzheimer: Penelitian menunjukkan bahwa obesitas selama usia paruh baya dapat berkontribusi terhadap kondisi yang meningkatkan risiko penyakit yang memengaruhi ingatan dan kemampuan untuk berpikir jernih, yaitu demensia dan penyakit Alzheimer, di kemudian hari.
  • Penyakit ginjal: Tekanan darah tinggi, diabetes tipe 2, dan gagal jantung kongestif adalah penyebab utama penyakit ginjal dan gagal ginjal. Kondisi ini disebabkan atau diperburuk oleh obesitas.
  • Penyakit hati: Obesitas adalah penyebab utama perlemakan hati dan penyakit hati non-alkohol. Kebanyakan orang dengan obesitas berat memiliki penyakit hati berlemak. Penyakit hati berlemak dapat menyebabkan jaringan parut pada hati, yang mengakibatkan memburuknya fungsi hati, dan ini dapat menyebabkan sirosis dan gagal hati.
  • Kondisi lain yang dapat mengancam jiwa: Diabetes dan tekanan darah tinggi selama kehamilan meningkatkan kemungkinan perempuan mengalami keguguran, penyakit kandung empedu, pankreatitis, dan masih banyak lagi.
  • Kondisi lain yang mengakibatkan penurunan kualitas hidup: Inkontinensia stres, pembesaran ovarium yang menyebabkan infertilitas (ketidakmampuan untuk hamil), dan ruam lipatan kulit.

Berbagai penelitian telah menunjukkan bagaimana obesitas memengaruhi hampir setiap bagian tubuh secara negatif. Kabar baiknya, jika kamu memiliki kelebihan berat badan, selalu ada waktu untuk menurunkannya secara sehat dengan pola makan yang tepat dan olahraga. Untuk program penurunan berat badan yang optimal, bicarakan hal ini dengan dokter dan ahli gizi.

Obesitas dapat memiliki dampak dramatis pada tubuh. Kondisi yang berhubungan dengan obesitas dapat merugikan kesehatan. Namun, banyak dari komplikasi ini dapat dihindari atau disembuhkan melalui penurunan berat badan.

Penulis: Dian Rahma Fika Alnina

Baca Juga: Obesitas Bikin Otak Lebih Cepat Tua? Ini Faktanya!

Topik:

  • Bella Manoban
  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya