Menurut Studi, Punya Tujuan Hidup Bisa Mencegah Demensia 

Lebih berefek positif dibanding optimisme dan kebahagiaan

Berdasarkan data National Institute of Aging, 16 persen populasi dunia pada tahun 2050 akan diisi oleh orang yang berusia di atas 65 tahun. Jumlah ini meningkat sebanyak 50 persen dari tahun 2010. 

Prevalensi global demensia dan penyakit Alzheimer diperkirakan akan naik tiga kali lipat pada tahun 2050, dari yang awalnya 57 juta menjadi 152 juta, menurut studi dalam jurnal Alzheimer's and Dementia tahun 2019.

Faktor risiko terbesar untuk demensia adalah penuaan. Ini berarti, saat berusia lebih tua, risiko mengembangkan demensia meningkat pesat. Menurut Alzheimer’s Society, untuk orang berusia antara 65 dan 69, sekitar 2 dari setiap 100 orang memiliki demensia. Risiko kemudian meningkat seiring bertambahnya usia, kira-kira dua kali lipat setiap 5 tahun. Artinya, dari mereka yang berusia di atas 90 tahun, sekitar 33 dari setiap 100 orang menderita demensia.

Tidak ada cara pasti untuk mencegah semua jenis demensia, karena para peneliti masih menyelidiki bagaimana kondisi tersebut berkembang. Namun, ada bukti bahwa gaya hidup sehat dapat membantu mengurangi risiko demensia saat usia kita lebih tua.

Bahkan, ada studi yang menyebut bahwa hidup dengan tujuan dan makna bisa baik untuk kesehatan otak, sekaligus mengurangi risiko demensia pada usia yang lebih tua. Tujuan hidup ini dikaitkan dengan pencapaian kesejahteraan jiwa yang bisa memperlambat penurunan fungsi kognitif. 

Bagaimana tujuan hidup bisa meningkatkan kesehatan otak?

Menurut Studi, Punya Tujuan Hidup Bisa Mencegah Demensia ilustrasi lansia sehat (pexels.com/andreapiacquadio)

Para peneliti di University College London, Inggris, berusaha mencari tahu kaitan antara kesejahteraan mental dengan fungsi kognitif dan kemungkinan terkena demensia pada lansia.

Dalam studi yang dimuat dalam jurnal Ageing Research Review pada Mei 2022 tersebut, para peneliti mengamati hubungan antara konstruksi psikologi positif, seperti hidup yang bertujuan, dengan potensi demensia dan gangguan kognitif ringan, menggunakan data dari 62.250 orang dengan usia rata-rata 60 tahun.

Tinjauan sistematis terhadap 11 studi tersebut menunjukkan bahwa memiliki tujuan dan makna hidup terkait dengan penurunan risiko demensia lebih signifikan, daripada konstruksi positif lain seperti optimisme dan kebahagiaan. 

Menurut penulis utama studi, Georgia Bell, alasan mengapa tujuan hidup lebih berdampak dalam mengurangi risiko demensia daripada kebahagiaan adalah karena perbedaan sifat kesejahteraan yang dihasilkan oleh keduanya.

Kebahagiaan dalam hal ini termasuk kesejahteraan hedonis yang mengakibatkan pengaruh positif atau kesenangan, sementara kesejahteraan eudemonik berkaitan dengan memiliki tujuan hidup tertentu. 

"Orang dengan kesejahteraan eudemonik yang lebih tinggi lebih cenderung terlibat dalam perilaku protektif lain seperti olahraga dan interaksi sosial. Berorientasi mempunyai tujuan hidup yang bermakna dapat menjadikan orang termotivasi untuk menjalani gaya hidup yang lebih sehat," jelas Georgia kepada Psych Central. 

Itu sejalan dengan temuan studi yang dirilis jurnal Nutrients tahun 2021, yang menyebutkan bahwa gaya hidup sehat lewat rutin olahraga, pola makan seimbang, dan menjaga otak tetap aktif terbukti dapat menurunkan risiko mengembangkan demensia.

Apakah mengejar kebahagiaan tidak bisa mencegah demensia sebagaimana punya tujuan hidup?

Menurut Studi, Punya Tujuan Hidup Bisa Mencegah Demensia ilustrasi gaya hidup hedon (pexels.com/Cottonbro studio)

Menurut psikiater David A. Merril, mengejar kebahagiaan (hedonic pursuit) yang sering kali membuat orang merasa senang adalah momen yang cepat berlalu, atau hanya memuaskan dorongan tertentu.

"Pengejaran kebahagiaan hedonistik dapat melibatkan perilaku yang tidak masuk akal atau tidak sehat, seperti menikmati sesuatu secara berlebihan," kata David menjelaskan kepada Pscyh Central.

Sementara itu, mengejar kesejahteraan eudemonik (eudemonic pursuit) bisa memenuhi kebutuhan tertentu melalui kepemilikan tujuan atau makna.

Orang dewasa mungkin menemukan makna dalam memperkuat hubungan antarpribadi, terutama bagi mereka yang kehilangan orang tersayang atau terasing dari anggota keluarganya.

"Kalau kamu dapat menemukan tujuan saat memperdalam hubungan dengan orang lain, itu mungkin nantinya bisa mendorong terbentuknya semua perilaku kesehatan yang melindungi otak dan tubuh kamu," demikian papar direktur Pacific Brain Health Center di Pacific Neuroscience Institute di California itu.

Jadi, dalam hal pencegahan risiko demensia, memiliki tujuan hidup bisa membawa gaya hidup yang tidak membahayakan dibanding yang berorientasi mengejar kebahagiaan.

Baca Juga: Studi: Sering Mimpi Buruk? Bisa Menandakan Demensia, tuh!

Pandangan ilmiah tentang hidup yang penuh tujuan

Menurut Studi, Punya Tujuan Hidup Bisa Mencegah Demensia ilustrasi demensia (unsplash.com/Pawel Czerwinski)

Jika memiliki tujuan atau makna dalam hidup mengarah pada kesehatan otak yang lebih baik, barangkali faktor biologis dan neurologis berperan di baliknya. 

Misalnya, riset dalam jurnal Frontiers in Behavioral Neuroscience tahun 2022 menunjukkan bahwa kepuasan hidup meningkat seiring bertambahnya usia yang disebabkan oleh pelepasan oksitosin. 

Menurut Gerogia, ada kemungkinan tujuan dan makna hidup berkaitan dengan biomarker utama demensia, seperti peradangan saraf dan respons stres seluler.

Namun, ia juga memberikan disclaimer bahwa kemungkinan itu hanya spekulatif dan mayoritas didasarkan pada mekanisme risiko depresi serta demensia.

Sementara menurut David, memiliki tujuan hidup dipandang bisa memainkan fungsi protektif dalam mengurangi respons stres. Ia mengestimasi kalau tingkat kortisol (stres) lebih rendah, itu membawa kemungkinan pada peredaman respons peradangan saraf kronis atau respons seluler. 

Gaya hidup yang dapat meningkatkan fungsi otak

Menurut Studi, Punya Tujuan Hidup Bisa Mencegah Demensia ilustrasi berolahraga (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Beragam penelitian telah menunjukkan bahwa faktor gaya hidup, seperti aktivitas fisik dan keterhubungan sosial, dapat membantu mencegah penurunan kognitif termasuk demensia.

Misalnya studi dalam jurnal BMJ tahun 2022 yang menemukan bahwa pola hidup sehat dikaitkan dengan harapan hidup yang lebih lama dan penurunan risiko penyakit Alzheimer. 

Studi lainnya berjudul "Midlife Lipid and Glucose Levels are Associated with Alzheimer's Disease" menambahkan rincian gaya hidup yang melibatkan pengelolaan kadar kolesterol dan glukosa pada usia dewasa awal dapat mengurangi risiko Alzheimer.

Kalau kamu percaya hidup dengan tujuan merupakan faktor pelindung dari hilang ingatan, para pakar menyarankan memodifikasi perilaku agar kamu bisa mengejar aktivitas yang bermakna. Dalam hal ini kebahagiaan karena mencapai sesuatu dinilai belum tentu memperkuat efek positif pada perilaku yang meningkatkan kesehatan otak, sementara memiliki tujuan hidup telah dikaitkan dengan bertambahnya kualitas kesehatan. 

Tips memperoleh tujuan hidup untuk meningkatkan kesehatan otak

Menurut Studi, Punya Tujuan Hidup Bisa Mencegah Demensia ilustrasi volunteer (unsplash.com/@synkevych)

Tahukah kamu bahwa gangguan depresi bisa menjadi faktor risiko penyakit Alzheimer? Hal ini berarti bahwa jika kita bisa menurunkan risiko depresi, maka secara tidak langsung kita juga mengurangi risiko Alzheimer.

Ternyata, para ahli berpendapat kalau mengejar tujuan hidup bisa membantu melindungi dari depresi.

"Ketika orang tidak depresi, mereka merawat diri dengan lebih baik secara keseluruhan. Mulai dari aktivitas, koneksi sosial, kesehatan fisik hingga kesejahteraan mental," jelas David. 

Lebih lanjut, kegiatan yang direkomendasikan untuk membantu menemukan tujuan hidup adalah yang bisa menstimulasi mental dan membuatmu tetap aktif secara fisik.

Melakukan aktivitas yang mengejar tujuan itu sendiri memiliki reaksi positif berantai yang bisa meningkatkan suasana hati, dan mendorong kemampuan merawat diri. Beberapa contoh kegiatan goal oriented yang bisa dicoba adalah: 

  • Menjadi sukarelewan

Terlibat dalam kerja sukarela dapat mempertemukan kamu dengan orang lain yang bersemangat tentang tujuan yang sama. Kamu mungkin harus merelakan waktu istirahat dan mengambil tanggung jawab baru, yang artinya kamu menetapkan orientasi baru yang lebih bermakna, tidak hanya bagi diri kamu sendiri tapi juga orang lain. Menjadi bagian dari pekerjaan nirlaba bisa mengajarimu tentang pentingnya berbagi kebaikan.

  • Menghabiskan lebih banyak waktu di luar

Mengisolasi diri telah diaktikan dengan beberapa penurunan kesejateraan emosional, sementara tindakan sebaliknya dinilai bisa menawarkan perawatan mental. Seperti yang diungkap studi dalam International Journal of Environment Research and Publich Health tahun 2021, berada di alam bebas bermanfaat untuk meningkatkan kesehatan fisik dan mental.

Menghabiskan lebih banyak waktu di luar juga bisa meningkatkan daya ingat, kemampuan berpikir, bahkan konsentrasi. Istimewanya lagi, kegiatan di luar ruangan cenderung menginspirasi untuk menjalin hubungan soisal dengan orang lain. Ini bisa mendorong terbentuknya momen menemukan tujuan hidup.

  • Memprioritaskan hubungan pribadi

Sebuah penelitian jangka panjang yang dilakukan oleh The Harvard Study of Adult Development menemukan kaitan kuat antara hubungan yang bermakna dengan umur yang lebih panjang.

Temuan ini diartikan oleh pakar sebagai pengaruh positif dari memelihara hubungan dengan orang lain (keluarga, teman, komunitas) terhadap proteksi dari depresi dan penyakit Alzheimer. 

Bagi sebagian orang, kesejahteraan emosional dan kesehatan berkaitan dengan keberhasilan hubungan. Sebab, resolusi memiliki relasi yang bermakna dapat mengurangi rasa sakit yang berasal dari diskoneksi, rasa malu, dan keterasingan.

Gaya hidup sehat yang mengombinasikan pola makan seimbang, rutin olahraga, dan memiliki tujuan hidup dapat membantu mencegah demensia pada usia yang lebih tua.

Perbedaan yang mencolok antara kesenangan hedonistik dan eudemonik akan tampak pada pengaruh yang diakibatkan pada kesejahteraan emosional. Agak sia-sia jika hanya mengejar kesenangan, sementara memiliki tujuan hidup bisa mengaktifkan perubahan perilaku yang sehat bagi tubuh dan otak.

Penulis: Dian Rahma Fika Alnina

Baca Juga: Studi: Tidur Lebih dari 8 Jam Tingkatkan Risiko Demensia

Topik:

  • Bunga Semesta
  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya