- Protein penanda pertumbuhan kanker (Ki-67) turun hingga sepertiga.
- Biomarker sembilan ciri kanker berkurang 57 persen.
- Enam jenis “immune checkpoints” menurun 41 persen.
- Penanda stem cell penyebab penyebaran kanker turun 56 persen.
- Tak ada efek samping sama sekali.
Studi Ini Menunjukkan Dua Suplemen Ini Bantu Lawan Kanker Otak

- Studi kecil di India menemukan dua suplemen murah (resveratrol dan tembaga) membuat kanker otak glioblastoma menjadi jauh kurang agresif.
- Pendekatan studi ini tidak menghancurkan tumor, melainkan "menyembuhkan" dengan menyingkirkan DNA rusak pemicu inflamasi.
- Para peneliti percaya pendekatan ini bisa mengubah cara dunia menangani kanker.
Selama ini, kanker diperlakukan seperti musuh yang harus dihancurkan, mulai dari kemoterapi, radioterapi, hingga imunoterapi. Namun, tim peneliti yang dipimpin Prof. Indraneel Mittra dari Advanced Centre for Treatment, Research and Education in Cancer, Mumbai, India, mengajukan pertanyaan berbeda. Bagaimana jika kunci penyembuhannya bukan menghancurkan, tetapi menyembuhkan?
Gagasan ini tidak muncul tiba-tiba. Pada 1986, Dr. Harold Dvorak menulis di New England Journal of Medicine bahwa kanker menyerupai luka yang tak kunjung sembuh. Keduanya berbagi banyak karakteristik biologis. Terinspirasi dari konsep itu, Prof. Mittra mulai membayangkan pendekatan baru. Gagasannya bukan lagi bertempur melawan kanker, melainkan memulihkan jaringan yang rusak.
Ide itu diuji dalam studi yang melibatkan pasien glioblastoma, salah satu kanker otak paling mematikan, hanya bermodalkan dua bahan sederhana yang mudah ditemukan, yaitu resveratrol dan tembaga.
Harapan dari suplemen sederhana
Glioblastoma terkenal agresif, dengan harapan hidup rata-rata hanya sekitar 15 bulan meski sudah melalui operasi, radiasi, dan kemoterapi. Dalam studi yang dipublikasikan dalam jurnal BJC Reports, Prof. Mittra memberi 10 pasien glioblastoma tablet berisi resveratrol dan tembaga empat kali sehari, selama rata-rata 11,6 hari sebelum operasi.
Hasilnya, dibanding pasien kontrol:
Kuncinya ada pada satu hal. yaitu cell-free chromatin particles (cfChPs), fragmen DNA yang dilepas sel kanker yang mati—dan justru memperparah agresivitas kanker. Resveratrol dan tembaga menghasilkan oksigen radikal yang menghancurkan partikel ini. Hasil analisis jaringan menunjukkan cfChPs nyaris hilang pada pasien yang diberikan suplemen.
Dengan kata lain, alih-alih dibiarkan memicu inflamasi dan kekambuhan, sisa-sisa sel kanker “dibersihkan” lebih cepat, sehingga tumor jadi lebih "tenang", kurang agresif, dan mungkin, dalam waktu lebih lama, bisa menjadi jinak.
Prof. Mittra menyimpulkan: “Kita sudah mencoba membunuh kanker selama 2.500 tahun. Mungkin sudah saatnya mencoba menyembuhkannya.”
Referensi
"Can a combination of two simple nutraceuticals heal one of the deadliest brain cancers?" EurekAlert. Diakses November 2025.
Chaitra Bandiwadekar et al., “Attenuation of Malignant Phenotype of Glioblastoma Following a Short Course of the Pro-oxidant Combination of Resveratrol and Copper,” BJC Reports 3, no. 1 (September 30, 2025): 68, https://doi.org/10.1038/s44276-025-00177-8.

















