8 Tips Puasa Ramadan untuk Pasien Diabetes

- Pasien diabetes dapat berpuasa Ramadan dengan catatan kontrol gula darah harus dilakukan lebih ketat.
- Puasa memengaruhi gula darah dan tekanan darah. Jadi, jika kamu menggunakan obat diabetes atau tekanan darah tinggi, dokter mungkin perlu melakukan penyesuaian selama bulan Ramadan.
- Batalkan puasa bila hasil pemeriksaan glukosa darah <70 atau >300 mg/dl, atau bila mengalami gejala hipoglikemia seperti keringat dingin, gemetar, merasa lapar, pusing, penurunan kesadaran, atau bila kamu merasa sakit.
Bulan Ramadan merupakan bulan suci bagi umat Islam. Pada bulan ini, umat Islam diwajibkan untuk berpuasa.
Bagi yang menjalankannya, tentunya puasa diharapkan lancar. Namun, berpuasa menyimpan risiko bagi beberapa orang, seperti orang dengan diabetes. Puasa tetap sangat mungkin dilakukan dengan persiapan khusus. Tujuannya agar tidak menimbulkan komplikasi yang membahayakan akibat proses metabolisme yang terganggu.
Pada prinsipnya, orang dengan diabetes boleh saja berpuasa asalkan kadar gula darahnya terkontrol baik dan tidak memiliki penyakit serius lainnya, seperti penyakit jantung atau ginjal. Selain itu, penting juga untuk berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pengaturan obat atau insulin.
Selama puasa, kadar glukosa yang bersirkulasi cenderung turun sehingga menyebabkan penurunan sekresi insulin. Bersamaan dengan itu, kadar glukagon dan katekolamin meningkat, menstimulasi pemecahan glikogen, dan pada saat yang sama glukoneogenesis bertambah.
Ketika puasa yang notabene dilaksanakan selama belasan jam, simpanan glikogen menjadi menipis, dan rendahnya tingkat sirkulasi insulin memungkinkan peningkatan pelepasan asam lemak dari adiposit.
Karena alasan itu, pasien diabetes tidak bisa berpuasa secara sembarangan. Berikut ini tips puasa Ramadan untuk pasien diabetes agar bisa menjalani puasa Ramadan secara aman.
Kategori pasien diabetes yang boleh dan tidak boleh berpuasa

Pasien diabetes dapat berpuasa Ramadan dengan catatan kontrol gula darah harus dilakukan lebih ketat. Tujuannya adalah untuk mencegah terjadinya komplikasi.
Untuk menentukan pasien diabetes boleh berpuasa atau tidak, ketahui pengelompokan kontrol gula darah sebagai berikut:
- Kelompok 1
Kelompok ini merupakan pasien diabetes yang kadar gula darahnya terkendali melalui perencanaan makan dan olahraga saja. Arti dari "terkendali" di sini adalah jika kadar gula darah puasa <110 mg/dL dan dua jam setelah makan <160 mg/dL.
- Kelompok 2
Kelompok ini memerlukan tambahan obat penurun gula darah selain diet dan olahraga.
- Kelompok 3
Kelompok ini mendapat tambahan insulin di samping diet dan olahraga.
Pasien diabetes pada kelompok 1 tidak ada masalah untuk menjalani puasa, sedangkan kelompok 2 dapat berpuasa dengan melakukan perubahan diet, aktivitas fisik, dan obat.
Kelompok 3 disarankan untuk tidak berpuasa karena kadar gula darah cenderung tidak stabil, sehingga mudah terjadi komplikasi. Demikian juga pasien diabetes yang memiliki komplikasi gagal ginjal maupun gagal jantung.
1. Beri tahu dokter kalau ingin berpuasa
Pastikan dokter kamu mengetahui rencana kamu untuk berpuasa.
Puasa memengaruhi gula darah dan tekanan darah. Jadi, jika kamu menggunakan obat diabetes atau tekanan darah tinggi, dokter mungkin perlu melakukan penyesuaian selama bulan Ramadan. Jangan menyesuaikan pengobatan sendiri tanpa pengawasan dokter yang merawat kamu.
Idealnya, beri tahu dokter dua bulan sebelum mulai berpuasa, karena pada rentang waktu tersebut dokter dapat memberi tahu atau menginformasikan persiapan cara berpuasa yang aman, hingga mendiskusikan obat yang akan digunakan.
2. Tetap terhidrasi

Pastikan untuk selalu mencukupi asupan cairan tubuh. Selama berpuasa, pasien diabetes tetap perlu memenuhi kebutuhan cairan tubuh kurang lebih dua liter sehari atau setara dengan 8 gelas air.
Trik untuk memenuhinya adalah dengan pola minum 2-4-2, yaitu 2 gelas saat berbuka puasa, 4 gelas pada malam hari setelah berbuka hingga menjelang sahur, serta 2 gelas saat sahur.
Konsumsi air putih lebih dianjurkan, ketimbang minuman manis atau minuman yang mengandung kafein, seperti kopi dan teh. Minuman berkafein menyebabkan lebih sering buang air kecil, sehingga memicu dehidrasi.
Jika selama bulan Ramadan cuacanya panas, cobalah untuk tetap di tempat yang sejuk dan batasi aktivitas fisik demi meminimalkan jumlah cairan yang hilang pada siang hari.
3. Tes glukosa darah saat puasa
Hal berbahaya yang bisa terjadi saat berpuasa adalah gula darah rendah (hipoglikemia), gula darah tinggi (hiperglikemia). Jadi, pasien diabetes harus rajin menguji glukosa darah.
Pemeriksaan gula darah dapat dilakukan sendiri di rumah dengan alat pengukur gula darah.
Pemeriksaan gula darah dapat dilakukan 2 hingga 4 kali sehari, yaitu setelah sahur, selama berpuasa, dan setelah berbuka puasa.
4. Perhatikan makanan saat sahur maupun berbuka

Pasien diabetes tetap dianjurkan untuk makan tiga kali sehari, yaitu saat sahur, buka puasa, dan sekitar jam 8 malam, guna menjaga kadar gula darah agar tetap stabil.
Pada perencanaan makan, jumlah asupan kalori sehari selama bulan puasa dapat diperkirakan sama dengan jumlah asupan kalori sehari-hari yang dianjurkan sebelumnya.
Pasien diabetes perlu mengatur pembagian porsi makan sebagai berikut:
- 40 persen makanan dikonsumsi pada waktu sahur.
- 50 persen makanan dikonsumsi pada waktu berbuka.
- 10 persen pada malam hari sebelum tidur.
Makanan yang dimakan harus seimbang, yang terdiri dari 40–50 persen karbohidrat dengan kadar indeks glikemik rendah dan tinggi serat, 20–30 persen protein dan <35 persen lemak.
Pasien diabetes perlu memperlambat frekuensi makan pada saat sahur dan hindari makanan pencuci mulut yang tinggi gula.
Saat berbuka puasa, dianjurkan untuk makan makanan yang segar dan bergizi seperti buah dan sayuran, serta diikuti dengan makanan yang lengkap. Hindari makan berlebihan dan kunyah makanan secara bertahap.
Konsumsilah makanan tinggi serat saat sahur dan berbuka. Makanan tinggi serat akan dicerna secara perlahan yang membuat tubuh merasa kenyang lebih lama selama berpuasa.
Juga, hindari gorengan dan makanan yang terlalu manis.
Mengonsumsi gorengan menyebabkan penimbunan lemak dalam tubuh, dan secara tidak langsung akan meningkatkan kadar gula darah.
Pasien diabetes juga disarankan untuk tidak mengonsumsi makanan yang terlalu manis untuk menjaga kadar gula darah tetap stabil.
5. Jangan makan berlebihan
Ini mungkin banyak terjadi pada banyak orang yang berpuasa. Ketika azan Magrib berkumandang, banyak orang makan kalap makan untuk membantai rasa lapar. Namun, orang dengan diabetes sangat disarankan untuk tidak melakukan ini.
Mengatur porsi makan sangat penting untuk mengontrol kadar gula darah dan berat badan. Awali dengan takjil, lalu konsumsi makanan bergizi seimbang dalam porsi secukupnya.
6. Olahraga

Meski sedang berpuasa, pasien diabetes tetap dianjurkan untuk berolahraga rutin untuk menjaga kebugaran tubuh.
Berolahraga saat puasa baik untuk menjaga kebugaran, asalkan tidak berlebihan. Bagi pasien diabetes, aktivitas fisik yang berlebihan dapat menyebabkan hipoglikemia.
Olahraga bisa dilakukan sesaat sebelum berbuka puasa atau pada malam hari sebelum tidur. Agar tidak membuat tubuh merasa terlalu lelah, pilihlah jenis olahraga ringan seperti jalan kaki, yoga, atau bersepeda.
Olahraga merupakan salah satu cara mengelola diabetes apabila tidak disertai nefropati. Rutinlah berolahraga sebanyak 3–5 kali per minggu selama sekitar 30–45 menit, dengan total 150 menit per minggu.
Jeda antar latihan jaga jangan sampai lebih dari dua hari berturut-turut.
Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan glukosa darah sebelum berolahraga. Apabila kadar glukosa darah 250 mg/dL, dianjurkan untuk menunda olahraga.
7. Konsumsi obat sesuai petunjuk dokter
Selama berpuasa, pasien diabetes tetap perlu minum obat yang diresepkan oleh dokter. Jika diperlukan, dokter akan mengatur ulang jadwal konsumsi obat agar sesuai dengan jadwal makan selama bulan Ramadan.
Ikuti penyesuaian dosis dan jadwal pemberian obat atau insulin sesuai anjuran dokter.
8. Stop puasa kalau sampai ini terjadi

Batalkan puasa bila hasil pemeriksaan glukosa darah <70 atau >300 mg/dl, atau bila mengalami gejala hipoglikemia seperti keringat dingin, gemetar, merasa lapar, pusing, penurunan kesadaran, atau bila kamu sakit.
Jika glukosa darah <70 mg/dl, segeralah makan. Apabila glukosa darah >300 mg/dl, segeralah minum obat dan jangan lupa untuk konsultasikan pengalaman tersebut kepada dokter sebelum kamu berpuasa kembali keesokan harinya.
Referensi
Sanvictores T, Casale J, Huecker MR. Physiology, Fasting. [Updated 2023 Jul 24]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2025 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK534877/
"Diabetes and Ramadan: 5 Tips for Fasting Safely." Virta Health. Diakses Februari 2025.
"Panduan Berpuasa bagi Penderita Diabetes." Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga. Diakses Februari 2025.
"Amankah Puasa bagi Penderita Diabetes? Begini Tips Sehatnya." Siloam Hospitals. Diakses Februari 2025.
"Pengaturan Diet bagi Penderita Diabetes Selama Bulan Puasa." RS Pondok Indah Group. Diakses Februari 2025.
"Berpuasa yang aman di bulan Ramadhan bagi penyandang diabetes." Eka Hospital. Diakses Februari 2025.