Apakah Indeks Massa Tubuh Akurat sebagai Prediktor Kesehatan Kita?

Ada banyak faktor yang menentukan status kesehatan seseorang

Indeks massa tubuh (IMT) atau body mass index (BMI) adalah perhitungan dengan menggunakan tinggi dan berat badan untuk memperkirakan berapa banyak lemak tubuh yang dimiliki seseorang. Hasilnya nanti akan dikategorikan ke empat kelompok, yaitu obesitas, berat badan berlebih, berat badan normal, dan berat badan di bawah normal.

Akan tetapi IMT bukanlah diagnostik yang benar untuk kegemukan atau kesehatan individu secara keseluruhan. Berikut ini fakta-faktanya yang penting untuk diketahui.

1. Mengenal IMT

Apakah Indeks Massa Tubuh Akurat sebagai Prediktor Kesehatan Kita?ilustrasi timbangan (pexels.com/pixabay)

IMT pertama kali diperkenalkan oleh seorang ahli matematika dari Belgia, Lambert Adolphe Jacques Quetelet. Ia mengembangkan skala IMT untuk memperkirakan dengan cepat tingkat kelebihan berat badan dan obesitas pada populasi tertentu untuk membantu pemerintah mengalokasikan daya kesehatan dan keuangan. Pada saat itu, IMT digunakan untuk mengukur obesitas pada populasi umum.

Rumus menghitung IMT adalah:

Berat badan (kg) : tinggi badan (m)²

Perlu diketahui, untuk beberapa orang, hasilnya kemungkinan tidak akurat. Misalnya pada perempuan hamil atau binaragawan. Artinya, meskipun hasil penghitungan IMT mereka di atas normal, tetapi bukan berarti mereka memiliki lemak berlebih.

Menurut keterangan dari Kementerian Kesehatan RI, batas ambang IMT untuk Indonesia adalah:

  • Kurus
    • Kekurangan berat badan tingkat berat: <17,0
    • Kekurangan berat badan tingkat ringan: 17,0-18,4
  • Normal:  18,5-25,0
  • Gemuk
    • Kelebihan berat badan tingkat ringan: 25,1-27,0
    • Kelebihan berat badan tingkat berat: >27,0

Sementara itu, mengacu pada klasifikasi WHO Western Pacific Region, 2000, klasifikasi IMT-nya adalah:

  • Berat badan kurang (underweight): <18,5
  • Berat badan normal: 18,5 - 22,9
  • Kelebihan berat badan (overweight) dengan risiko: 23-24,9
  • Obesitas I: 25-29,9
  • Obesitas II: ≥ 30

2. Walaupun sebagian besar penelitian menunjukkan peningkatan risiko penyakit kronis di antara orang-orang dengan obesitas, tetapi IMT tidak bisa dijadikan satu-satunya alat diagnostik

Apakah Indeks Massa Tubuh Akurat sebagai Prediktor Kesehatan Kita?ilustrasi orang makan apel (pexels.com/mikhail-nilov)

Walaupun ada perdebatan bahwa IMT tidak akurat untuk mengukur kesehatan seseorang, tetapi ada beberapa penelitian yang menunjukkan risiko seseorang terkena penyakit kronis dan kematian dini memang meningkat dengan IMT <18,5 (kekurangan berat badan) atau >30 (obesitas).

Sebagai contoh, studi restrospektif terhadap 103.218 kematian dalam The Permanente Journal tahun 2017 menemukan bahwa orang-orang yang memiliki IMT 30,0 atau lebih besar (obesitas) memiliki risiko 1,5-2,7 kali lebih besar untuk meninggal dunia setelah tindak lanjut 30 tahun.

Ada pula studi yang dalam American Journal of Public Health tahun 2014 menunjukkan bahwa mereka yang dikategorikan "obesitas" memiliki peningkatkan risiko kematian akibat semua penyebab dan penyakit jantung hingga 20 persen, dibanding orang-orang yang masuk dalam kategori IMT "normal". Peneliti juga menemukan bahwa mereka yang berada dalam kategori "underweight" atau "severely obese" dan "extremely obese" meninggal rata-rata 6,7 ​​tahun dan 3,7 tahun sebelumnya, dibandingkan dengan mereka yang berada dalam kategori IMT "normal".

Dilansir Healthline, beberapa penelitian juga telah menunjukkan bahwa IMT lebih dari 30,0 mulai secara signifikan meningkatkan risiko masalah kesehatan kronis seperti diabetes tipe 2, penyakit jantung, kesulitan bernapas, penyakit ginjal, penyakit hati berlemak non-alkohol, dan masalah mobilitas.

Tak hanya itu, penurunan 5-10 persen pada IMT telah dikaitkan dengan penurunan tingkat sindrom metabolik, penyakit jantung, dan diabetes tipe 2.

Karena sebagian besar penelitian menunjukkan peningkatan risiko penyakit kronis di antara orang-orang dengan obesitas, banyak ahli kesehatan menggunakan IMT sebagai gambaran umum risiko kesehatan seseorang. Namun, tetapi saja IMT tidak dijadikan satu-satunya alat diagnostik.

Baca Juga: Life Hack! Terapkan Trik Ini supaya Berhasil Turun Berat Badan

3. Tidak mempertimbangkan aspek kesehatan lainnya

Apakah Indeks Massa Tubuh Akurat sebagai Prediktor Kesehatan Kita?ilustrasi orang hidup sehat (pexels.com/ketut-subiyanto)

Cuma mengandalkan IMT mungkin akan melewatkan pengukuran kesehatan penting lainnya, seperti kolesterol, gula darah, detak jantung, tekanan darah, dan tingkat peradangan, serta melebih-lebihkan ataupun meremehkan kesehatan individu yang sebenarnya.

Terlebih lagi, menurut laporan berjudul "Body Mass Index" dalam jurnal Nutrition Today tahun 2015, meskipun laki-laki dan perempuan memiliki komposisi tubuh yang berbeda (laki-laki punya lebih banyak massa otot dan lebih sedikit massa lemak daripada perempuan), IMT menggunakan perhitungan yang sama untuk kedua kelompok.

Selain itu, seiring usia bertambah, tubuh mereka secara alami meningkatkan massa lemak dan penurunan massa otot. Sejumlah penelitian telah menunjukkan bahwa IMT yang lebih tinggi dari 23,0-29,9 pada orang dewasa yang lebih tua dapat melindungi terhadap kematian dini dan penyakit, mengutip Healthline.

Dengan hanya menggunakan IMT untuk menentukan kesehatan seseorang, ini mengabaikan banyak aspek kesehatan lainnya, seperti kondisi mental dan faktor sosiologis yang rumit (pendapatan, akses ke makanan yang terjangkau dan bergizi, pengetahuan akan pola makan sehat, dan lingkungan hidup).

Akhirnya, dengan hanya menggunakan IMT untuk menentukan kesehatan seseorang, itu mengabaikan aspek kesehatan lainnya, seperti kesejahteraan mental dan faktor sosiologis yang rumit, seperti pendapatan, akses ke makanan yang terjangkau dan bergizi, keterampilan dan pengetahuan makanan, dan lingkungan hidup.

4. Tidak semua berat badan itu sama

Apakah Indeks Massa Tubuh Akurat sebagai Prediktor Kesehatan Kita?ilustrasi timbangan (.pexels.com/shvets-production)

Sederhananya begini, walaupun satu kg otot beratnya sama dengan satu kg lemak, tetapi otot lebih padat dan memakan lebih sedikit ruang. Jadi, seseorang mungkin terlihat kurus tetapi sebenarnya ia memiliki massa otot yang tinggi, membuatnya lebih berat saat bobotnya ditimbang.

Meskipun satu pon atau kilogram otot beratnya sama dengan satu pon atau kilogram lemak, otot lebih padat dan memakan lebih sedikit ruang. Akibatnya, seseorang mungkin sangat kurus tetapi memiliki massa otot yang tinggi, membuatnya lebih berat dalam timbangan.

Misalnya, orang seberat 90 kg dengan tinggi 175 cm punya IMT 29,5, yang mana ini diklasifikasikan sebagai "kelebihan berat badan". Akan tetapi dua orang dengan tinggi dan berat yang bisa terlihat sangat berbeda. Satu mungkin binaragawan dengan massa otot yang tinggi, sementara yang lain mungkin punya massa lemak yang lebih tinggi.

Jika cuma mengandalkan IMT, ini bisa dengan mudahnya salah mengklasifikasikan seseorang kelebihan berat badan atau obesitas, meskipun orang tersebut memiliki massa lemak yang rendah. Maka dari itu, penting untuk mempertimbangkan massa otot, lemak, dan tulang selain berat badannya, dilansir Healthline.

5. Tidak memperhitungkan demografi yang berbeda

Apakah Indeks Massa Tubuh Akurat sebagai Prediktor Kesehatan Kita?ilustrasi populasi (pexels.com/san-fermin-pamplona)

Ketika Lambert pertama kali menciptakan IMT, ia menarik data dari badan Anglo-Saxon dalam populasi yang seluruhnya Eropa. Karena itu, ini tidak selalu merupakan penggambaran kesehatan yang akurat untuk demografi dan ras lain.

Sebagai contoh, para peneliti menemukan batas obesitas IMT untuk populasi Asia sebenarnya lebih rendah dari grafik IMT standar. Pada tahun 2004, WHO menemukan orang Asia dengan risiko tinggi untuk diabetes tipe 2 dan penyakit kardiovaskular memiliki IMT yang lebih rendah, dilansir Insider.

Studi berskala besar dalam The American Journal of Clinical Nutrition tahun 2004 terhadap 15.000 orang dewasa di China menemukan bahwa risiko tinggi penyakit kardiovaskular dimulai pada IMT dan lingkar pinggang yang lebih rendah daripada ras kaukasoid. Ini berarti ketika skrining untuk IMT, orang Asia mungkin memiliki risiko penyakit yang lebih tinggi dalam kategori yang dianggap sehat atau normal pada grafik IMT.

Selain itu, penelitian dari Universitas Stanford, Amerika Serikat (AS) menemukan bahwa apa yang dianggap sehat untuk perempuan kulit hitam lebih tinggi dari grafik IMT standar, sedangkan untuk perempuan Hispanik dan kulit putih, apa yang dianggap sehat lebih rendah dari grafik. Temuan ini diterbitkan dalam jurnal Mayo Clinic Proceedings tahun 2020.

6. IMT tidak mengukur distribusi lemak tubuh

Apakah Indeks Massa Tubuh Akurat sebagai Prediktor Kesehatan Kita?ilustrasi lemak viseral (marvelousclinicandmedspa.com)

Lokasi spesifik lemak adalah faktor penting lainnya ketika mempertimbangkan kesehatan secara keseluruhan, dan merupakan ukuran yang tidak bisa terlihat lewat IMT. Lemak tubuh bagian atas di sekitar bagian tengah tubuh dan lemak viseral (lemak tubuh yang disimpan di sekitar perut dan organ penting seperti hati, pankreas, dan usus) lebih berkorelasi dengan komplikasi kesehatan, seperti penyakit kardiovaskular, daripada lemak tubuh bagian bawah di sekitar paha dan bokong.

Sebuah penelitian yang dipresentasikan pada pertemuan tahunan Radiological Society of North America tahun 2017 menemukan bahwa orang dengan IMT yang sama bisa memiliki profil risiko yang sangat berbeda untuk serangan jantung, stroke, dan diabetes, tergantung pada gaya hidup, pola makan, dan di mana lemak terkumpul dalam tubuh mereka.

Bila kita memiliki tumpukan lemak di bagian tengah tubuh kita, dan ada sekitar organ vital kita seperti jantung atau hati, itu bisa mendatangkan risiko buruk.

7. Jadi, apa prediktor kesehatan yang paling akurat?

Apakah Indeks Massa Tubuh Akurat sebagai Prediktor Kesehatan Kita?ilustrasi mengukur lingkar pinggang (intermountainhealthcare.org)

Ada prediktor kesehatan yang lebih akurat daripada BMI. Ini disebut lima faktor risiko metabolik. Bersama-sama, mereka dapat meningkatkan peluang seseorang terkena penyakit jantung, stroke, dan diabetes.

Pengukuran ini meliputi:

  • Lingkar pinggang: kelebihan lemak di sekitar pinggang. Jika lingkar perut 35 atau lebih untuk perempuan atau 40 atau lebih pada laki-laki, mungkin ada peningkatan risiko.
  • Kolesterol darah tinggi: kadar kolesterol keseluruhan yang lebih tinggi dari 239 mg/dL pada laki-laki dan perempuan dapat meningkatkan risiko lebih besar terhadap kondisi kesehatan.
  • Peningkatan trigliserida: suatu jenis lemak yang ditemukan dalam darah, yang dapat meningkat ketika seseorang makan lebih banyak kalori daripada yang dibakar. Tingkat trigliserida yang tinggi adalah lebih dari 200 mg/dL.
  • Tekanan darah tinggi: ketika darah yang mengalir melalui pembuluh darah terlalu tinggi (hipertensi). Tekanan darah tinggi adalah 140/90mmHg.
  • Gula darah tinggi: kadar gula darah terus-menerus lebih tinggi dari 125 mg/dL pada orang dewasa (hiperglikemia).

Itulah fakta indeks massa tubuh yang tidak bisa dijadikan satu-satunya prediktor kesehatan seseorang. Bila kamu khawatir dengan akurasi IMT atau ingin mengukur kesehatan tubuh secara menyeluruh, konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan rekomendasi pemeriksaan lengkap yang dibutuhkan.

Baca Juga: 7 Cara Menurunkan Berat Badan dengan Cepat Berdasarkan Sains, Mudah!

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya