7 Kontrasepsi Terbaik setelah Melahirkan, Cegah Kehamilan Tak Terduga 

Kesuburan bisa kembali beberapa minggu setelah melahirkan 

Setelah melahirkan, kesuburan perempuan dapat segera kembali bahkan sebelum masa nifas selesai. Artinya, peluang terjadinya kehamilan beberapa minggu setelah melahirkan bisa saja terjadi.

Secara umum, perempuan mengalami masa subur (berovulasi) dua minggu sebelum menstruasi. Sementara menstruasi bisa kembali kapan saja sekitar 6 minggu hingga 3 bulan setelah melahirkan.

Oleh sebab inilah, perempuan yang tidak ingin segera hamil setelah melahirkan direkomendasikan memiliki rencana pengendalian kelahiran atau kontrasepsi. Terlebih jika sudah aktif melakukan hubungan seksual dengan pasangan.

Lantas, metode kontrasepsi apa yang cocok untuk ibu setelah melahirkan? Dilansir berbagai sumber, inilah alat kontrasepsi yang bisa kamu gunakan setelah melahirkan.

1. Metode amenore laktasi

7 Kontrasepsi Terbaik setelah Melahirkan, Cegah Kehamilan Tak Terduga ilustrasi ibu menyusui (pexels.com/MART PRODUCTION)

Metode amenore laktasi atau lactation amenorrhea method (LAM) adalah metode kontrasepsi alami jangka pendek yang mengandalkan ASI eksklusif untuk mencegah kehamilan. Metode ini bekerja dengan menunda ovulasi dan menstruasi sehingga tidak terjadi kehamilan.

Namun metode ini hanya bekerja efektif, ketika ibu bisa memberikan ASI secara eksklusif pada bayinya, yaitu menyusui setidaknya 4 jam di siang hari dan setiap 6 jam di malam hari, hanya dengan ASI. Sementara jika kamu menggunakan susu formula atau pompa payudara, metode pengendali kelahiran ini mungkin bukan metode yang bagus untuk kamu.

Dilansir Planned Parenthood, LAM hanya dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi selama 6 bulan pertama kehidupan bayi, atau sampai menstruasi kembali. Setelah itu, metode ini menjadi kurang efektif dan bersiaplah untuk menggunakan metode kontrasepsi lain

2. KB IUD (intrauterine device) 

7 Kontrasepsi Terbaik setelah Melahirkan, Cegah Kehamilan Tak Terduga intrauterine device (IUD) (msdmanuals.com)

KB IUD merupakan metode kontrasepsi dengan memasang seperangkat alat kecil berbentuk T ke dalam rahim. Metode ini bekerja dengan menghalangi atau mencegah sel sperma bertemu sel telur, sehingga tidak terjadi pembuahan dan kehamilan, dengan efektivitas 99 persen.

Jika kamu mempertimbangkan KB IUD, metode ini bisa dipasang kapan saja setelah persalinan pervaginam atau sesar, seperti dikutip dari Verywell Family. Namun jika tidak langsung dipasang setelah melahirkan, ini biasanya disarankan untuk menunggu 4 hingga 6 minggu setelah melahirkan.

Akan tetapi, KB IUD memiliki efek samping pelepasan setelah pemasangan, meski ini sangat jarang terjadi. Beberapa penelitian melaporkan bahwa perbedaan waktu pemasangan pascapersalinan bisa memengaruhi pelepasan IUD. Inilah yang direkomendasikan Health Technology Attachment (HTA) Indonesia tahun 2009:

  • Pemasangan dalam 10 menit setelah pelepasan plasenta: tingkat ekspulsi atau pelepasannya rendah, yaitu 9,5 hingga 12,5 persen.
  • Pemasangan lebih dari 10 menit hingga 48 jam pascapersalinan: tingkat ekspulsi lebih tinggi, yaitu 25 hingga 37 persen, tetapi masih aman.
  • Pemasangan lebih dari 48 jam sampai dengan 4 minggu pascapersalinan: pemasangan pada waktu ini tidak direkomendasikan karena dapat meningkatkan risiko perforasi dan ekspulsi.
  • Pemasangan lebih dari 4 minggu pascapersalinan: tingkat ekspulsi lebih rendah, yaitu 3 hingga 13 persen.

3. Pil KB progestin atau pil mini 

7 Kontrasepsi Terbaik setelah Melahirkan, Cegah Kehamilan Tak Terduga ilustrasi pil KB (freepik.com/freepik)

Alat kontrasepsi oral atau pil KB merupakan salah metode kontrasepsi yang juga umum direkomendasikan untuk ibu setelah melahirkan. Pil ini memiliki dua jenis, yaitu pil kombinasi dan pil mini. Pil kombinasi mengandung hormon estrogen dan progesteron. Sedangkan pil mini hanya mengandung progestin (bentuk sintetis progesteron).

Jika kamu mempertimbangkan penggunaan pil KB pascapersalinan segera, pil KB progestin lebih dianjurkan daripada pil kombinasi. Karena kandungan estrogen pada pil kombinasi dapat meningkatkan risiko pembekuan darah pascapersalinan dan mengurangi produksi ASI.

Sayangnya, tidak semua orang boleh mengonsumsi pil progestin. Misalnya, perempuan yang merokok, memiliki riwayat atau risiko kanker payudara, penderita migrain, dan perempuan yang mengalami pembekuan darah atau tekanan darah tinggi, seperti dilansir Verywell Family.

Penggunaan pil progestin setelah melahirkan, biasanya dianjurkan untuk memulainya pada hari ke-21 setelah kelahiran. Jika lebih dari waktu ini, kamu disarankan untuk menggunakan metode kontrasepsi tambahan seperti kondom sampai mengonsumsi pil selama 2 hari.

Baca Juga: 5 Fakta Kontrasepsi Darurat, Bagaimana Cara Kerjanya?

4. Implan kontrasepsi 

7 Kontrasepsi Terbaik setelah Melahirkan, Cegah Kehamilan Tak Terduga ilustrasi pemasangan implan KB (pexels.com/RODNAE Productions)

Implan kontrasepsi merupakan metode pengendali kelahiran dengan memasang batang kecil fleksibel di lengan atas. Alat ini melepaskan hormon progestin yang bekerja dengan menghalangi sperma bertemu sel telur dan mencegah kehamilan.

Menurut laporan dari National Health Service, Implan KB dapat dipasang segera atau kapan saja setelah kelahiran. Biasanya metode ini dapat efektif mencegah kehamilan selama 3 tahun.

5. Suntik KB progestin 

7 Kontrasepsi Terbaik setelah Melahirkan, Cegah Kehamilan Tak Terduga ilustrasi pemberian injeksi (pixabay.com/WikiImages)

Suntikan KB progestin adalah metode kontrasepsi dengan menginjeksikan hormon progestin setiap 3 bulan sekali atau 4 kali setahun. Ini bekerja dengan menghambat ovulasi dan mengentalkan lendir serviks (leher rahim) sehingga tidak terjadi kehamilan.

Suntik KB progestin dapat digunakan segera atau kapan saja setelah kelahiran. Namun, metode ini tidak cocok untuk semua orang, termasuk perempuan yang berisiko terkena penyakit kardiovaskuler, kanker payudara, penyakit hati, memiliki risiko osteoporosis, mengalami pendarahan vagina yang tidak terjelaskan, dan riwayat depresi.

6. Kondom 

7 Kontrasepsi Terbaik setelah Melahirkan, Cegah Kehamilan Tak Terduga ilustrasi penggunaan kondom (pexels.com/Pixabay)

Kondom adalah salah satu metode kontrasepsi penghalang yang terbuat dari lateks yang sangat tipis, poliuretan, atau poliisoprena. Alat kontrasepsi ini dirancang untuk mencegah sel sperma masuk ke rahim.

Ada dua jenis pilihan, yaitu kondom eksternal (kondom yang digunakan pada penis) dan kondom internal (kondom yang digunakan pada vagina). Alat ini bisa digunakan kapan saja setelah melahirkan setiap kali berhubungan seksual.

7. Spermisida

7 Kontrasepsi Terbaik setelah Melahirkan, Cegah Kehamilan Tak Terduga ilustrasi mandi busa (pexels.com/cottonbro)

Selain kondom, kamu juga bisa mempertimbangkan spermisida untuk metode kontrasepsi penghalang setelah melahirkan. Spermisida adalah zat yang mengandung bahan kimia yang dapat mencegah sel sperma memasuki rahim. Ini memiliki efektivitas sekitar 72 persen jika digunakan dengan tepat.

Spermisida tersedia dalam berbagai bentuk, seperti krim, busa, gel, supositoria, dan tablet. Sama dengan kondom, alat kontrasepsi ini harus digunakan setiap kali akan berhubungan seks. Kamu juga bisa menggunakan bersamaan dengan kondom untuk mendapatkan perlindungan kehamilan yang lebih efektif.

Menentukan metode kontrasepsi terkadang menjadi pekerjaan yang membingungkan. Jika kamu berencana menggunakan kontrasepsi pascapersalinan, diskusikan hal ini dengan dokter dalam beberapa bulan menjelang kelahiran. Ini akan membantu kamu membuat keputusan yang ideal sesuai kondisi kamu.

Baca Juga: 5 Mitos Kontrasepsi yang Banyak Dipercaya tapi Ternyata Salah

Dwi wahyu intani Photo Verified Writer Dwi wahyu intani

@intanio99

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Izza Namira
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya