Survei: 89 Persen Pasangan Ingin Sesi Foreplay Lebih Lama

Pleasure gap berpotensi mengurangi keharmonisan hubungan

Seks masih menjadi topik yang terbilang tabu untuk dibicarakan, khususnya di Indonesia. Kurangnya transparansi dan keengganan membicarakan topik seks berpotensi mengurangi intimasi dan kualitas romantisme dalam hubungan.

Hal inilah yang mendasari penelitian The Pleasure Gap Study 2022 oleh produk kontrasepsi modern dari Reckitt Indonesia, Durex. Dalam acara Durex Intimate Soiree yang dilaksanakan pada Kamis (6/10/2022), Durex membagikan hasil penelitiannya.

Acara ini menghadirkan dr. Sandy Prasetyo, SpOG, seorang dokter kandungan dari RSIA Brawijaya Antasari, dan Inez Kristanti, M.Psi, Psikolog Klinis dan Edukator Seksualitas, untuk menjelaskan tentang kesenjangan kepuasan seksual dalam hubungan. 

1. Kesenjangan kepuasan seksual dalam hubungan

Survei: 89 Persen Pasangan Ingin Sesi Foreplay Lebih Lamailustrasi pleasure gap (pexels.com/Cottonbro)

Pleasure gap atau kesenjangan kepuasan seksual merupakan fenomena saat terdapat perbedaan kepuasan seksual, khususnya frekuensi yang tidak sama dalam pencapaian orgasme

Fenomena ini kerap dialami oleh pasangan di seluruh belahan dunia, khususnya di Tanah Air. Dokter Sandy menjelaskan bahwa ada banyak faktor yang menyebabkan kesenjangan kepuasan seksual. 

Ia mengatakan bahwa ini merupakan masalah yang harus dikonsultasikan. Jika dibiarkan terus-menerus, masalah ini bisa menimbulkan ketidakharmonisan dalam hubungan. 

"Berhubungan seksual itu kan dua belah pihak, ya. Maka dari itu, yang dipuaskan tidak boleh satu pihak saja karena jadinya egois. Memang mesti dua-duanya (yang dipuaskan)," jelas dr. Sandy. 

2. Kesenjangan terjadi akibat kurangnya edukasi

Survei: 89 Persen Pasangan Ingin Sesi Foreplay Lebih Lamailustrasi hubungan seksual (unsplash.com/Becca Tapert)

Menurut penjelasan dr. Sandy, ada banyak faktor yang menimbulkan kesenjangan kepuasan seksual. Secara umum, ia mengatakan bahwa perempuan memang lebih sulit untuk mencapai orgasme dibandingkan laki-laki. 

Selain itu, edukasi seks di Indonesia yang masih sangat minim menjadi faktor kesenjangan kepuasan seksual kerap terjadi. Kurangnya edukasi seks menyebabkan kurangnya keterbukaan pasangan dalam mengomunikasikan preferensi dan keinginannya terkait aktivitas seksual bersama. 

"Padahal, transparansi selama hubungan seksual juga menentukan faktor kesehatan dan keamanan saat melakukannya. Pasangan juga perlu terbuka tentang histori kegiatan seksual yang pernah dilakukan oleh pasangan," kata dr. Sandy. 

3. Komunikasi menjadi hal yang penting

Survei: 89 Persen Pasangan Ingin Sesi Foreplay Lebih Lamailustrasi komunikasi yang baik (pexels.com/Andres Ayrton)

Menambahkan pemaparan dari dr. Sandy, Inez menyetujui bahwa komunikasi menjadi aspek krusial dalam menjalin sebuah hubungan, khususnya dalam berhubungan seksual. Ha ini berlaku untuk laki-laki dan perempuan. Keduanya harus bisa mengomunikasikan apa yang mereka inginkan saat berhubungan seksual dengan jelas. 

Saat pasangan bisa berdiskusi tentang hubungan seksual mereka secara sehat, akan timbul rasa saling menghargai, saling percaya, dan saling memahami. Komunikasi yang baik akan membuat hubungan seksual menjadi lebih berkualitas dan setara.

Hal ini akhirnya bisa menurunkan tingkat stres dan rasa cemas, sekaligus meningkatkan kepercayaan diri seksual antar pasangan. 

"Ketika ada equal respect, maka lebih mudah memunculkan equal pleasure, dan inilah yang membantu menjembatani kesenjangan kepuasan tersebut," Inez menambahkan.

Baca Juga: Pengaruh Alkohol terhadap Seks, Hati-hati Sulit Ereksi

4. Foreplay lebih lama tingkatkan kepuasan seksual

Survei: 89 Persen Pasangan Ingin Sesi Foreplay Lebih LamaIlustrasi foreplay (Pexels/Andrea Piacquadio)

Hasil The Pleasure Gap Study 2022 oleh Durex menemukan bahwa 89 persen pasangan menginginkan sesi foreplay yang lebih lama. Hal ini dianggap dapat membantu mereka mendapatkan kepuasan yang lebih baik. 

Studi tersebut juga mengungkapkan bahwa perempuan menginginkan sesi foreplay yang lebih lama (92 persen) dibandingkan laki-laki (86 persen).

Inez mengatakan bahwa sesi foreplay harus dibangun beberapa jam sebelum melakukan hubungan seksual. Hal ini bisa dimulai dengan memperlakukan pasangan dengan baik, seperti memberi pujian, ramah terhadap pasangan, dan bersikap lembut. 

"Anggaplah semua sesuatu yang kita lakukan sebagai keintiman dengan pasangan menjadi salah satu bentuk foreplay juga," ucap Inez. 

5. Perempuan merasa lebih aman menggunakan kondom

Survei: 89 Persen Pasangan Ingin Sesi Foreplay Lebih Lamailustrasi kondom (pexels.com/cottonbro)

Selain foreplay, studi tersebut juga menemukan bahwa 75 persen perempuan merasa lebih aman ketika menggunakan kondom. Ini membuat mereka bisa lebih menikmati aktivitas seksual bersama pasangan dan mencapai kepuasan.

Terkait temuan ini, Inez menjelaskan bahwa kondisi psikologis sangat memengaruhi seseorang dalam mencapai kepuasan seksual. Penggunaan kondom bisa mengurangi ketakutan kehamilan yang tidak diinginkan serta membuat seseorang merasa aman dari penyakit menular seksual

"Sebenarnya organ seksual terbesar manusia bukan genital, tetapi otak. Ini karena otak yang memerintahkan semuanya. Jadi, apa yang terjadi di tubuh kita sangat ditentukan oleh kondisi psikologis kita," ujar Inez. 

Kesenjangan kepuasan seksual atau pleasure gap berpotensi mengurangi keharmonisan dalam berhubungan. Masalah ini bisa diatasi dengan komunikasi yang baik atau menggunakan alat bantu, seperti kondom, untuk mengurangi kecemasan saat berhubungan seks. 

Baca Juga: Pengaruh Depresi terhadap Seks, Waspadai Turunnya Libido

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya