3 Film tentang Pekerja Migran Asia Tengah, Rare Gem!

Berdasarkan data dari International Organization for Migration, ada setidaknya 5 juta imigran asal Asia Tengah (Tajikistan, Uzbekistan, Kyrgyztan, dan Kazakhstan) yang tinggal di Rusia per tahun 2020. Caspian Policy Center menambahkan kalau arus kedatangan imigran itu mencapai ratusan ribu per tahunnya. Bahkan jumlahnya relatif tak berkurang setelah invasi Rusia ke Ukraina pada 2022. Hanya saja, kini mereka mulai mencari negara tujuan alternatif seperti Jerman dan Korea Selatan yang menawarkan gaji lebih tinggi.
Alasannya apalagi kalau bukan karena kebutuhan akan lapangan kerja. Pekerja migran Asia Tengah biasanya mengisi pos-pos pekerjaan manual seperti pekerja konstruksi, retail, dan manufaktur. Sayangnya, status itu membuat posisi tawar menawar mereka rendah. Kasus diskriminasi sampai eksploitasi pun jadi makanan sehari-hari buat mereka.
Ini yang kemudian coba dipotret dalam beberapa film. Sebagai cerminan realitas, film tentang pekerja migran asal Asia Tengah berikut bisa jadi jalanmu memahami masalah dan ancaman yang mengintai mereka.
1. Convenience Store (2022)

Convenience Store atau dikenal pula dengan judul Produkty 24 adalah film garapan sutradara Michael Borodin yang mengekspos praktik perbudakan modern di sebuah toko kelontong di Moskow. Korbannya siapa lagi kalau bukan para pekerja migran ilegal asal Asia Tengah. Di toko itu, mereka bekerja dan tinggal sekaligus tanpa bisa keluar secara bebas. Dengan akurat, kamera Borodin memotret betapa suram dan sempitnya ruang gerak mereka.
Jam kerja yang ditetapkan tidak hanya panjang, tak ada libur dan jatah cuti bahkan saat sakit sekalipun. Itu pun masih diperparah perlakuan konsumen yang merendahkan mereka. Saat mencoba kabur, penyalur kerja tak akan segan mencari dan melakukan kekerasan fisik untuk menghukum para pekerja. Karakter dalam film ini fiktif, tetapi sebagian ceritanya terinspirasi sebuah kasus kriminal nyata yang pernah menggemparkan Rusia pada 2016. Itu karena polisi dan aparat terkait terkesan membiarkan praktik eksploitasi itu terjadi.
2. Ayka (2018)

Ayka kurang lebih memotret fenomena serupa. Lakonnya perempuan muda asal Kyrgyztan yang merantau ke Moskow untuk kabur dari keluarganya yang toksik dan mewujudkan mimpinya membuka bisnis sendiri. Film ini bakal mengikuti beberapa hari dalam hidup Ayka (Samal Yeslyamova) yang baru saja melahirkan dan terpaksa meninggalkan bayinya di rumah sakit karena keterbatasan dan situasi yang tak memungkinkan.
Setelah drama kabur dari rumah sakit, satu per satu kemalangan Ayka ikut terekspos. Mulai dari ditipu pemberi kerja yang kabur tanpa membayar hasil kerjanya selama 2 minggu, kondisi kamar kosnya yang tak layak huni, dikejar-kejar rentenir karena hutang, sampai alasan di balik kehamilannya yang tak kalah pilu. Ini film yang amat kuat secara plot dan pesan.
3. This Is What I Remember (2022)

Digarap sutradara Kyrgyztan, Aktan Arym Kubat sebagai sekuel dari karyanya The Adopted Son (1998), film ini mengikuti sudut pandang seorang lansia bernama Zarlyk yang diperankannya sendiri. Selama 20 tahun, sang pria tua tinggal di Rusia untuk bekerja dan tak pernah pulang kampung. Keluarganya akhirnya menemukan Zarlyk lewat sebuah situs orang hilang dan membawanya pulang.
Saat itu, Zarlyk bukan lagi orang yang sama. Ia mengalami amnesia dan tak berbicara satu patah kata pun. Mereka yakin Zarlyk pernah mengalami kecelakaan dan pihak pemberi kerja tak bertanggung jawab atas pengobatannya. Di sisi lain, banyak hal berubah di desanya. Istri Zarlyk sudah menikah lagi dengan rentenir kaya yang terlepas dari pekerjaannya menerapkan aturan syariah ketat di rumahnya.
Ketiga film di atas bisa jadi sebuah perjalanan sinematik yang membuka wawasanmu. Ternyata ketidaksetaraan kualitas hidup antara negara berkembang dan maju benar-benar separah itu. Secara tak langsung pula, ini yang membuat orang-orang di negara berkembang rawan terjebak dalam perdagangan orang dan perbudakan modern. Belum lagi diskriminasi dan perilaku tak menyenangkan karena dianggap sebagai warga negara kelas dua di negeri orang.