Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Fakta Gelap di Balik Lagu-lagu Bob Dylan, Rasisme dan Pembunuhan

Bob Dylan dalam Pawai Hak Sipil di Washington, D.C. (commons.wikimedia.org/Rowland Scherman)

Bob Dylan memulai kariernya pada 1960-an. Ia pun sering disebut sebagai "suara generasi." Dimulai sebagai pemain gitar akustik dan harmonika, Bob Dylan menempuh kariernya dengan kerja keras tanpa henti dan menjadikan Woody Guthrie sebagai inspirasinya dalam menulis lagu. Banyak di antaranya, seperti "Blowin' in the Wind" (1962) dan "The Times They Are a-Changin'," (1964) dianggap sebagai lagu gerakan politik yang progresif. Adapun, lagu-lagu tersebut menjadi salah satu pencetus pergolakan pada 1960-an di AS.

Bob Dylan sangat ahli dalam mengkritik ketidakadilan dan pergolakan poilitik Amerika. Seperti Woody Guthrie, lirik-lirik lagunya sangat spesifik dan terkait dengan peristiwa-peristiwa bersejarah. Nah, berikut ini kita akan membahas 5 lagu Bob Dylan yang punya makna mendalam, tragis, dan diambil dari kisah nyata yang memilukan. Apa saja?

1. Lagu "Only a Pawn in their Game", menceritakan tentang kasus pembunuhan aktivis Hak Sipil, Medgar Evers

Album kedua Bob Dylan yang berjudul The Times They Are a-Changin' dirilis pada 1964. Album ini melampaui album debutnya yang berjudul sama, yang hanya berisi 2 lagu, terdiri dari lagu-lagu folk dan blues. Dalam album ini, Bob Dylan memamerkan bakat menulis lagunya yang luar biasa dan pemahamannya tentang dunia politik Amerika Serikat.

The Times They Are a-Changin' berisi lagu "Only a Pawn in their Game" (1964), yang bertemakan pembunuhan aktivis Hak Sipil dan sekretaris lapangan NAACP bernama Medgar Evers. Ia ditembak dari belakang hingga tewas oleh penganut supremasi kulit putih bernama Byron de la Beckwith pada 12 Juni 1963. Byron de la Beckwith sendiri diadili tiga kali atas pembunuhan tersebut karena hakim seolah-olah berpihak dengannya, meskipun banyak bukti yang menunjukkan bahwa Byron-lah yang melakukan penembakan itu. Jadinya, Byron baru dihukum 31 tahun kemudian, setelah ia kembali melakukan pembunuhan.

Dalam lagu "Only a Pawn in their Game," Bob Dylan menuliskan lirik-lirik yang menyudutkan aksi keji Byron de la Beckwith. Ia menyindir tentang rasisme sistemik di era tersebut. Juga, menghardik hukum Jim Crow dan kebijakan rasis serta penindasan lainnya.

Bob Dylan sendiri pernah membawakan "Only a Pawn in their Game" di Pawai Martin Luther King Jr. pada 1963 di Washington DC, saat pemimpin Hak Sipil tersebut melakukan pidato terkenalnya yang berjudul I Have a Dream. Hal ini membakar semangat muda Bob Dylan, yang merupakan pendukung setia gerakan tersebut. Dalam film dokumenter Martin Scorsese berjudul No Direction Home (2005), Bob Dylan mengenang momen itu, "Saya mendongak dari podium dan berpikir, 'Saya belum pernah melihat kerumunan orang yang sangat banyak. Saya berada dekat saat King menyampaikan pidato itu. Hingga hari ini, pidato itu masih memengaruhi saya secara mendalam."

2. Lagu "The Lonesome Death of Hattie Carroll" menyindir hukum AS dan kasus kematian orang kulit hitam

Lagu "The Death of Emmett Till" (1962) merupakan salah satu lagu awal Bob Dylan yang mengkritik kasus penyiksaan dan hukuman gantung bermotif rasial yang dialami seorang anak laki-laki kulit hitam berusia 14 tahun di Mississippi, pada 1955. Lagu ini awalnya beredar secara bajakan hingga akhirnya dirilis secara resmi dalam album The Bootleg Series Vol. 9 (2010). Lagu ini pun menjadi inspirasi untuk lagu-lagu Bob Dylan yang lain, seperti "The Lonesome Death of Hattie Carroll," yang direkam Bob Dylan untuk album The Times They Are a-Changin' (1964).

Hattie Carroll adalah seorang perempuan kulit hitam paruh baya berusia 51 tahun. Ia merupakan ibu dari 11 anak. Pada 1963, Hattie bekerja di Hotel Emerson di Baltimore. Nahas, ia meninggal dunia setelah diserang oleh seorang tamu kulit putih yang sedang mabuk bernama William Zantzinger.

Saat itu, William Zantzinger marah karena Hattie Carroll memintanya menunggu sebentar, sebab minuman yang William pesan sedang dibuat. Gak terima, William justru melecehkan Hattie secara rasial, serta memukul leher dan bahu Hattie dengan tongkat yang dibawanya. Gak lama kemudian, Hattie pingsan. Keesokan paginya, Hattie meninggal dunia di rumah sakit, karena stroke yang diakibatkan dari serangan tersebut.

William Zantzinger awalnya didakwa dengan pembunuhan. Namun, dakwaan tersebut dikurangi karena kesehatan Hattie Carroll yang memburuk-lah yang menjadi faktor utama ia meninggal dunia. William pun hanya dijatuhi hukuman 6 bulan penjara atas pembunuhan tersebut. Nah, dalam lagu "The Lonesome Death of Hattie Carroll," Bob Dylan juga menyindir sistem peradilan dan kasus pembunuh tersebut.

3. Lagu "Hurricane" merujuk pada kasus seorang tahanan kulit hitam yang difitnah

Lagu "Hurricane" (1975) naik ke nomor 33 di tangga lagu Billboard. Lagu ini pun menjadi salah satu lagu protes Bob Dylan yang paling sukses secara komersial dan menjadi pencetus kesuksesan karier Bob Dylan sekaligus perilisan album gandanya yang banyak dicemooh publik, Self Portrait, 5 tahun sebelumnya. Ditulis bersama Jacques Levy, "Hurricane" menceritakan kisah Rubin "Hurricane" Carter, seorang petinju kulit hitam dari Paterson, New Jersey. Namun, Rubin dituduh terlibat dalam penembakan di Lafayette Bar and Grill pada 1966. Akibatnya, ia menghabiskan dua dekade di balik jeruji besi.

Penembakan 4 orang kulit putih, dan menewaskan 2 di antaranya, menjadi dasar utama bagi jaksa penuntut untuk mengklaim kalau serangan itu merupakan balas dendam terkait masalah rasial. Alhasil, Rubin Carter dan seorang kaki tangan yang dituduh, John Artis, dijatuhi hukuman penjara seumur hidup.

Kemudian, pada 1974, Rubin menerbitkan buku yang ditulisnya dari balik jeruji besi, berjudul The Sixteenth Round. Buku ini menyatakan bahwa ia menjadi korban dari hukum yang gak adil. Rubin mengaku kalau ia gak bersalah dan difitnah.

Bob Dylan percaya dengan buku tersebut. Ia bahkan menemui Rubin Carter di penjara. Bob Dylan pun mendukung petinju tersebut, dan menyelenggarakan dua konser bertajuk "Night of the Hurricane" untuk menggalang dukungan. Di samping itu, butuh dua kali persidangan untuk membebaskan Rubin dari penjara. Rubin pun baru bebas pada 1985. Rubin kemudian mendirikan Innocence International pada 2004 untuk mendukung para tahanan yang difitnah.

4. Lagu "Murder Most Foul" menggambarkan peristiwa kematian John F Kennedy

Karier Bob Dylan memasuki masa keemasannya pada 22 November 1963. Saat itu, Presiden John F Kennedy ditembak dan terbunuh saat melakukan iring-iringan dengan mobilnya yang melewati Dealey Plaza di Dallas, Texas. Peristiwa itu tentunya sangat mengguncang rakyat Amerika.

Politikus sekaligus mantan gubernur California, Earl Warren, bahkan menyampaikan pidato penghormatan terakhirnya untuk John F Kennedy: "Tidak ada yang lebih mengejutkan dari kabar pembunuhan pemimpin kita, yang dipilih untuk mewujudkan cita-cita rakyat kita, keyakinan kita terhadap lembaga kita, dan kepercayaan kita pada peran Tuhan sebagai bapak dan persaudaraan manusia."

Gak mau ketinggalan, sebagai pengamat politik yang kritis, Bob Dylan menyertakan peristiwa mengerikan itu dalam sebuah lagunya. Namun faktanya, pada saat itu, Bob Dylan lagi menghindari menulis lagu-lagu yang mengarah ke politik dan kepedulian sosialnya, yang membuat namanya terkenal. Namun, bukan berarti Bob Dylan gak membahas tentang penembakan John F Kennedy. 

Butuh waktu lebih dari 50 tahun bagi Bob Dylan untuk akhirnya memberanikan diri membahas pembunuhan itu dalam lagu "Murder Most Foul." Sebuah lagu epik berdurasi 17 menit yang dirilis dalam album Rough and Rowdy Ways (2020). Lagu epik Bob Dylan ini gak hanya menggambarkan pembunuhan itu sebagai sebuah tragedi, tetapi juga mengontekstualisasikannya sebagai pencetus ledakan kontra budaya di Amerika. Dirilis pada awal pandemik COVID-19, lagu "Murder Most Foul" ditafsirkan sebagai gambaran tentang rasa traumatis rakyat AS saat presiden mereka dibunuh secara kejam.

5. Lagu "Roll On John" terinspirasi dari John Lennon

Bob Dylan pertama kali membawakan lagu "Roll On John" pada 1962. Lagu tersebut awalnya hanya sebuah lagu rakyat, tetapi selama beberapa dekade kemudian, menjadi catatan kaki dalam diskografi Bob Dylan. Hal itu berubah pada 2012, ketika lagu "Roll On John" muncul kembali sebagai lagu terakhir pada album studio Bob Dylan berjudul Tempest.

Jika versi pertamanya berkisah tentang kisah cinta, versi baru ini berkisah tentang penulis lagu The Beatles, yaitu John Lennon, yang tewas tertembak di New York pada 5 Desember 1980. The Beatles sendiri sangat terinspirasi oleh karya Bob Dylan, John Lennon khususnya, menulis lagu "You've Got to Hide Your Love Away"  dan "Norwegian Wood" (1965), yang terinspirasi dari Bob Dylan. Lagu "Norwegian Wood" sendiri dibalas oleh Bob Dylan dalam lagu "Fourth Time Around" (2015).

Bob Dylan bertemu The Beatles pada Agustus 1964. Hubungan Bob Dylan dan John Lennon sendiri bisa dibilang agak rumit. Mereka hanya bertemu beberapa kali, dan setiap kali bertemu, mereka tampak cangguh dan gak bisa dibilang sebagai sahabat sejati. John Lennon bahkan sempat meremehkan musik Bob Dylan pada 1970-an, setelah The Beatles bubar.

Bob Dylan bisa dibilang Iwan Fals-nya Amerika. Meskipun begitu, Bob Dylan lebih dulu melegenda dengan lagu yang mangandung unsur politik, ketidakstabilan pemerintah, rasisme, hak-hak sipil, dan pembunuhan tokoh terkenal. Kehidupannya bahkan dikisahkan dalam sebuah film berjudul A Complete Unknown (2024). Nah, dari lagu-lagu Bob Dylan di poin atas, kira-kira, ada gak lagu Bob Dylan lain yang pernah kamu dengarkan? Apa mungkin kamu belum pernah mendengar lagu-lagu Bob Dylan? Cus, deh, dengerin lagunya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Amelia Solekha
EditorAmelia Solekha
Follow Us