6 Film Slice of Life Era 2000-an Peraih Nominasi Oscar, Rewatch, yuk!

Genre slice of life memang punya daya magis tersendiri. Alur cerita yang sederhana, dekat dengan kehidupan sehari-hari, dan karakter yang begitu manusiawi, sukses membuat penonton merasa terhubung. Tak heran kalau film bergenre ini selalu punya tempat di hati para pencinta sinema, bahkan juga berjaya di berbagai ajang penghargaan bergengsi, termasuk Oscar.
Pada Oscar 2025 ini saja, ada beberapa film slice of life yang berhasil masuk nominasi. Anora, misalnya, mendapatkan nominasi untuk Best Picture, Best Director untuk Sean Baker, dan Best Actress untuk Mikey Madison. Selain itu, Sing Sing dengan penampilan memukau Colman Domingo juga masuk dalam nominasi Best Actor, sementara A Real Pain berhasil mengamankan nominasi untuk Best Original Screenplay.
Namun, sebelum kita terlalu jauh membahas film-film terbaru, mari mundur sejenak ke era 2000-an. Di era ini, deretan film slice of life terbaik juga sempat unjuk gigi di panggung Oscar. Berikut enam rekomendasi film slice of life era 2000-an peraih nominasi Oscar yang wajib kamu tonton ulang.
1. About a Boy (2002)

Film yang meraih nominasi Best Adapted Screenplay di Oscar 2003 ini adalah representasi sempurna dari slice of life era 2000-an. About a Boy berpusat pada Will (Hugh Grant), pria pemalas yang memanfaatkan kelompok orang tua tunggal untuk mencari wanita. Pertemuannya dengan Marcus (Nicholas Hoult), bocah yang berjuang menghadapi depresi ibunya, Fiona (Toni Collette), mengubah hidup Will secara perlahan. Will yang egois belajar tentang tanggung jawab, sementara Marcus menemukan sosok pengganti ayah.
Lebih dari sekadar slice of life, About a Boy menyentuh tema-tema yang relevan, seperti keluarga, pertumbuhan pribadi, dan penerimaan diri. Penampilan memukau Hugh Grant sebagai Will yang awalnya menyebalkan, tapi kemudian berkembang menjadi sosok yang lebih baik, menjadi daya tarik utama film ini. Nicholas Hoult juga tampil memukau sebagai Marcus, anak kecil yang harus memikul beban terlalu berat untuk usianya.
2. Venus (2006)

Kata orang, cinta tak mengenal usia. Namun, benarkah demikian? Itulah pertanyaan yang menggelayuti benak penonton saat menyaksikan Venus, film slice of life yang mengantarkan aktor legendaris Inggris, Peter O’Toole, meraih nominasi Best Actor kedelapan sekaligus terakhirnya di Oscar 2007.
Venus bercerita tentang Maurice (O’Toole), aktor veteran yang hidupnya diwarnai oleh nostalgia dan kekecewaan. Ia bertemu dengan Jessie (Jodie Whittaker), keponakan dari temannya, dan langsung terpikat olehnya. Ketertarikan Maurice bukan sekadar kekaguman, tapi juga hasrat yang mendalam, meskipun Jessie sendiri tak memberikan respons yang sama.
Film ini menggambarkan dengan apik bagaimana hasrat dan kekaguman dapat muncul di usia senja, bahkan pada seseorang yang seharusnya sudah bijak dan arif. O'Toole memerankan Maurice dengan sangat baik. Ia mampu menampilkan sisi rapuh dan putus asa seorang pria yang merindukan cinta dan perhatian. Namun, di balik itu semua, Venus juga menyiratkan pertanyaan tentang batasan dan etika dalam sebuah hubungan, terutama yang melibatkan perbedaan usia yang signifikan.
3. Once (2007)

Jika kamu sedang mencari film slice of life dengan soundtrack yang memorable, film karya John Carney (Begin Again, Sing Street) ini patut kamu tonton ulang. Once mengisahkan pertemuan tak terduga antara seorang pengamen jalanan dan seorang imigran penjual bunga di Dublin. Pertemuan singkat ini memicu kolaborasi musik yang penuh emosi dan membuka luka lama masing-masing.
Meski dibuat dengan anggaran yang sangat minim, Once berhasil memukau kritikus dan penonton dengan kesederhanaan dan kejujurannya. Lagu-lagu yang ditulis dan dinyanyikan oleh Glen Hansard dan Markéta Irglová, dua pemeran utamanya, sangat menyentuh hati dan relevan dengan cerita yang dipaparkan. Bahkan, salah satu lagunya, "Falling Slowly," berhasil membawa pulang piala di Oscar 2008 untuk kategori Best Original Song.
4. Frozen River (2008)

Disutradarai Courtney Hunt, yang juga meraih nominasi Best Original Screenplay lewat film ini di Oscar 2009, Frozen River adalah bukti kalau film slice of life juga bisa tampil mencekam dan penuh ketegangan. Film ini bercerita tentang perjuangan dua ibu dalam kondisi ekonomi yang sulit. Keduanya terdorong untuk melakukan tindakan kriminal demi melindungi keluarganya.
Ray Eddy (Melissa Leo) adalah seorang ibu yang berjuang setelah ditinggalkan suaminya yang kecanduan judi. Di sisi lain, Lila Littlewolf (Misty Upham) adalah ibu tunggal dari Suku Mohawk yang kehilangan anaknya. Mereka berdua akhirnya bekerja sama menyelundupkan imigran ilegal melintasi Sungai St. Lawrence yang membeku untuk mendapatkan uang.
Frozen River menyajikan alur cerita yang kuat dan penampilan yang memukau dari kedua pemeran utamanya (Leo berhasil meraih nominasi Best Actress Oscar di tahun yang sama). Film ini menggambarkan realitas pahit tentang kemiskinan dan ketidakadilan di perbatasan Amerika Serikat dan Kanada. Meskipun memiliki alur cerita yang sederhana khas slice of life, Frozen River mampu membuat penonton tegang dan penasaran dengan nasib kedua tokoh utama.
5. Happy-Go-Lucky (2008)

Selain Frozen River, kategori Best Original Screenplay di Oscar 2009 juga menyelipkan salah satu film slice of life yang layak disebut sebagai mahakarya, yakni Happy-Go-Lucky. Film ini disutradarai oleh Mike Leigh, yang dikenal dengan karya-karya dramatisnya, seperti Secrets & Lies (1996) dan Vera Drake (2004). Namun, Happy-Go-Lucky hadir dengan sentuhan yang berbeda: lebih ceria dan penuh optimisme.
Film ini bercerita tentang Poppy (Sally Hawkins), guru sekolah dasar yang menjalani hidupnya dengan penuh kebahagiaan. Ia selalu melihat sisi baik dari segala sesuatu, bahkan dalam situasi yang sulit sekalipun. Keceriaan Poppy ini menular pada orang-orang di sekitarnya, meskipun ada juga yang merasa risih dengan sikapnya yang terlalu positif.
Happy-Go-Lucky memang tak memiliki alur cerita yang rumit. Film ini juga tak berusaha membuat penonton tertawa terbahak-bahak atau menangis tersedu-sedu untuk membuat mereka terikat dengan ceritanya. Namun, film ini mampu memberikan inspirasi tentang bagaimana menjalani hidup dengan bahagia dan positif. Dijamin, kamu bakal termotivasi setelah menontonnya!
6. The Class (2008)

Meskipun kalah dari Departures (2008) dalam meraih piala Best Foreign Language Film (sekarang Best International Feature Film) di Oscar 2009, The Class tetap merupakan sajian slice of life yang sayang untuk dilewatkan. Film Prancis ini diadaptasi dari novel semi-otobiografi karya François Bégaudeau, yang juga berperan sebagai tokoh utama. Alur ceritanya mengikuti keseharian seorang guru Bahasa Prancis bernama François Marin (Bégaudeau) di sebuah sekolah menengah di pinggiran Kota Paris yang penuh keragaman etnis dan sosial ekonomi.
Salah satu hal menarik dari The Class adalah ketidaktertarikannya untuk menyajikan narasi heroik seorang guru yang mampu mengubah kehidupan siswa-siswanya, sebagaimana banyak film sejenis. Sebaliknya, film ini lebih suka menangkap momen-momen kecil namun signifikan dalam interaksi di ruang kelas, seperti perdebatan sengit hingga upaya guru untuk membangun koneksi dengan siswa-siswanya. Tak heran, walau gagal di Oscar, film ini berhasil membawa pulang Palme d'Or di Cannes Film Festival setahun sebelumnya.
Sambil menunggu siapa saja yang akan keluar sebagai pemenang di Oscar 2025 pada 2 Maret nanti, tak ada salahnya untuk menikmati kembali film-film slice of life terbaik era 2000-an. Enam film di atas adalah contoh karya yang tak hanya menghibur, tetapi juga menyentuh hati dan memberikan refleksi tentang kehidupan. Jadi, siapkan camilan favoritmu, ajak orang terdekat, dan nikmati perjalanan emosional yang ditawarkan oleh film-film ini!