8 Fakta Declan McKenna, Musisi Nyentrik yang Pernah Sindir FIFA

Declan McKenna bukanlah nama seorang aktor Hollywood. Ia merupakan musisi muda yang di usia remajanya sudah mampu menulis lagu yang mengguncang dunia. Lagu Brazil ia rilis di tahun 2014 secara mandiri dan mampu membuat puluhan label rekaman menawarinya kontrak. Bagaimana nasibnya sekarang? Mari berkenalan lebih jauh.
1. Declan McKenna adalah pemuda asal Inggris yang memenangkan Glastonbury Emerging Talent di 2015

Di usia yang masih sangat muda, sekitar 15-16 tahun, Declan berhasil menciptakan lagu setajam Brazil yang saat itu merupakan kritikannya pada penyelenggaraan FIFA World Cup 2014. Lewat lagunya, ia menyindir korupsi di tubuh FIFA dan pemerintahan Brasil di bawah Partai Sosialis.
2. Lagu-lagunya syarat akan kritik sosial dan politik

Setelah Brazil, Declan McKenna merilis Paracetamol yang merupakan kisah tragis remaja yang mengakhiri hidupnya karena keluarga dan lingkungannya tidak menerima dirinya sebagai transgender. Disusul dengan Isombard yang lagi-lagi merupakan kritik pada kelompok sayap kanan konservatif yang menguasai media-media Barat.
Masih ada Bethlehem yang merupakan kritiknya pada orang-orang religius yang mengeksklusifkan diri dan menutup diri dari pandangan yang berbeda. The Kids Don't Wanna Come Home merupakan single terakhirnya sebelum merilis album perdana. Lagu ceria tersebut layaknya sebuah anthem untuk generasi Z dan berisi kritik pada generasi lebih tua.
3. Melejit lewat single-single kerennya, Declan akhirnya merilis album debut di 2017

Album tersebut ia beri judul What Do You Think About the Car? dengan single utama berjudul Humongous. Lagi-lagi sebuah self-critic untuk generasi muda yang seringkali terlibat drama karena media sosial. Album tersebut juga berisi beberapa single yang pernah ia rilis sebelumnya.
4. Berkat lagu-lagunya yang unik, Declan pun dicap pula sebagai aktivis muda

Sebenarnya tidak hanya dari lagu, Declan juga menunjukkan caranya mendukung apa yang ia yakini lewat aksi panggungnya. Declan tidak ragu mengenakan makeup nyentrik saat manggung. Ia juga merekrut beberapa musisi perempuan sebagai band pengiringnya saat tampil langsung.
Secara tidak langsung, ia mengampanyekan kesetaraan gender dengan tidak membuat kotak-kotak pembatas bahwa makeup hanya untuk perempuan dan musik adalah lahan yang sebaiknya diisi laki-laki.
5. Di akhir 2020, Declan kembali merilis album berjudul Zeros

Setelah album debutnya yang bernuansa ceria, meski sebenarnya dari segi lirik cukup tajam, Declan kembali merilis album kedua di akhir tahun 2020. Zeros merupakan album pop-rock dengan hook yang menarik di tiap lagunya. Ia menambahkan sentuhan glam rock ala 1970an di album ini, mengingatkan pendengar pada lagu-lagu Queen dan David Bowie.
Salah satu single utama di album ini adalah The Key to Life on Earth yang video musiknya menampilkan aktor Alex Lawther.
6. Di balik nama besarnya, Declan masih tinggal di flat bareng beberapa orang lain

Kontras dengan anggapan orang bahwa menjadi musisi dengan dua album studio berarti ia sudah mampu membeli rumah mewah ala mansion milik artis Hollywood. MTV Cribs pernah mengekspos rumah Declan di awal 2020 yang ternyata merupakan flat yang ia bagi dengan beberapa orang lain.
7. Murah hati, ia bahkan merilis konser virtual yang bisa diakses gratis di kanal YouTube-nya

Pandemi menyebabkan segala macam kegiatan promo dan tur batal total. Termasuk Declan yang sebenarnya punya peluang untuk melakukan tur keliling dunia pasca perilisan album keduanya. Namun, ia dengan murah hati justru merilis video konser virtual di kanal YouTube dan bisa diakses siapa saja secara cuma-cuma.
8. Isyaratkan kemungkinan kolaborasi dengan musisi muda Inggris lain, Sam Fender
Punya energi dan gaya penulisan lirik yang mirip, Declan mengaku pada NME bahwa ia sedang membuat karya kolaborasi dengan penyanyi muda Inggris lainnya, Sam Fender. Kalau ini benar terjadi, tidak menutup kemungkinan single mereka bakal disambut baik para pecinta musik indie-rock.
Dari sindir FIFA sampai menelurkan dua album studio, Declan McKenna sepertinya cocok jadi teladan generasi Z untuk tidak ragu membuat karya. Walaupun banyak generasi lebih tua yang meremehkan intelijensi dan kemampuan anak muda.