Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Aktor yang Kariernya Merosot setelah Bintangi Film Terbaiknya

Hayden Christensen  Di film Revenge of the Sith (dok. 20th Century Studios/Revenge of the Sith)
Hayden Christensen Di film Revenge of the Sith (dok. 20th Century Studios/Revenge of the Sith)
Intinya sih...
  • Adam Sandler sukses dengan "Punch-Drunk Love" (2002) tapi terjatuh dengan "Mr. Deeds" (2002) yang kurang karisma dan tak mampu menyelamatkan reputasinya.
  • Michael Caine memukau penonton dalam "The Muppet Christmas Carol" (1992) tapi terjerumus ke film aksi klise "On Deadly Ground" (1994) yang jauh dari kata berkualitas.
  • Andrew Dice Clay mengejutkan dalam "Blue Jasmine" (2013) namun tampil dalam film humor kasar "Entourage" (2015) yang dianggap memaksakan nostalgia tanpa kualitas layak.

Dalam dunia perfilman, karier seorang aktor bisa berputar cepat seperti roda. Terkadang mereka meraih puncak kesuksesan dengan satu film yang begitu dipuji, hanya untuk terjatuh seketika dengan film berikutnya yang mengecewakan. Perpindahan dari pujian kritikus ke cibiran penonton bukanlah hal yang aneh, terutama ketika ekspektasi sudah begitu tinggi.

Bahkan aktor-aktor ternama pun tak luput dari fenomena ini, membuktikan bahwa kesuksesan tidak selalu menjamin keberhasilan proyek berikutnya. Beberapa aktor telah membuktikan bahwa satu keputusan buruk dapat menghancurkan reputasi yang sudah dibangun dengan susah payah. Berikut adalah lima aktor yang kariernya merosot setelah bintangi film terbaiknya. 

1. Adam Sandler

Adam Sandler di film Punch-Drunk Love (dok. Columbia Pictures/Punch-Drunk Love)
Adam Sandler di film Punch-Drunk Love (dok. Columbia Pictures/Punch-Drunk Love)

Adam Sandler dikenal sebagai komedian yang mampu mengejutkan penonton dengan film-film berkualitas di tengah deretan komedi slapstick yang sering ia bintangi. Salah satu film terbaiknya adalah Punch-Drunk Love (2002) karya sutradara Paul Thomas Anderson. Sandler berperan sebagai pria pemalu dengan kehidupan kacau, yang menemukan cinta dalam situasi tidak terduga.

Berkat aktingnya yang memukau, banyak kritikus terkesima melihat sisi lain dari sang komedian yang biasanya tampil konyol. Namun, kejutan itu tidak bertahan lama. Tak lama setelah kesuksesan Punch-Drunk Love, Sandler kembali ke jalur komedi kasarnya dengan Mr. Deeds (2002), sebuah remake dari film klasik Mr. Deeds Goes to Town (1936). Sayangnya, hasilnya jauh dari harapan.

Karakter yang dibawakan Sandler terasa datar dan kurang karisma, bahkan dibandingkan dengan versi aslinya yang dibintangi Gary Cooper. Meskipun ada usaha dari Winona Ryder sebagai lawan mainnya, film ini tetap tidak mampu menyelamatkan reputasi Sandler yang seolah mundur beberapa langkah dari pencapaian sebelumnya.  

2. Michael Caine

Michael Caine di film The Muppet Christmas Carol (dok. Walt Disney/The Muppet Christmas Carol)
Michael Caine di film The Muppet Christmas Carol (dok. Walt Disney/The Muppet Christmas Carol)

Michael Caine dikenal sebagai aktor veteran dengan banyak karya ikonik, namun salah satu perannya yang paling mengesankan justru datang dari film keluarga, The Muppet Christmas Carol (1992). Caine memerankan Ebenezer Scrooge dengan penuh karisma yang membawa keajaiban tersendiri di tengah kisah klasik Dickens yang dipenuhi boneka Muppet.

Film tersebut berhasil menjadi tontonan Natal favorit banyak orang berkat performa Caine yang begitu menyentuh hati. Namun, tidak butuh waktu lama baginya untuk terjerumus ke film yang jauh dari kata berkualitas. Tak lama setelah itu, Caine membintangi On Deadly Ground (1994), sebuah film aksi penuh klise yang dibintangi Steven Seagal.

Alih-alih tampil sebagai antagonis yang berwibawa, Caine justru tampak kaku dan tidak meyakinkan. Kritikus dan penonton sama-sama sepakat bahwa film ini adalah salah satu titik terendah dalam karier sang aktor legendaris.  

3. Andrew Dice Clay

Andrew Dice Clay di film Blue Jasmine (dok. Sony Pictures/Blue Jasmine)
Andrew Dice Clay di film Blue Jasmine (dok. Sony Pictures/Blue Jasmine)

Andrew Dice Clay mungkin lebih dikenal sebagai komedian kontroversial, tetapi ia menunjukkan kemampuan akting yang mengejutkan dalam Blue Jasmine (2013) karya Woody Allen. Dalam film ini, Clay berperan sebagai Augie, mantan suami karakter yang diperankan oleh Sally Hawkins. Perannya kecil namun berdampak besar menunjukkan sisi emosional yang jarang terlihat darinya.

Sayangnya, kariernya langsung anjlok ketika ia muncul dalam film Entourage (2015) adaptasi layar lebar dari serial HBO. Film ini penuh humor kasar yang tidak lagi relevan dan dianggap sebagai film yang terlalu memaksakan nostalgia tanpa ada kualitas layak. Meskipun hanya tampil sebagai cameo, keterlibatannya dalam proyek yang dipenuhi kritik pedas ini menjadi noda dalam kariernya.

4. Hayden Christensen

Hayden Christensen di film Shattered Glass (dok. Lionsgate Films/Shattered Glass)
Hayden Christensen di film Shattered Glass (dok. Lionsgate Films/Shattered Glass)

Hayden Christensen mengalami momen besar dalam kariernya ketika ia membintangi Shattered Glass (2003), sebuah drama jurnalisme yang menampilkan sisi gelap dunia media. Christensen memerankan Stephen Glass dengan kepribadian kompleks, membuat banyak orang terkesan dengan kemampuannya membawakan karakter yang begitu manipulatif dan penuh kebohongan.

Namun, perannya sebagai Anakin Skywalker dalam trilogi prekuel Star Wars justru membuat namanya tercemar. Revenge of the Sith (2005) dianggap sebagai puncak keburukan aktingnya dengan dialog canggung dan emosi yang terasa tidak tulus. Meskipun film ini sukses besar secara komersial, kritik keras terhadap aktingnya membuat banyak orang mempertanyakan kemampuannya sebagai aktor papan atas. 

5. Colin Firth

Colin Firth di film The King’s Speech (dok. Paramount Pictures/The King’s Speech)
Colin Firth di film The King’s Speech (dok. Paramount Pictures/The King’s Speech)

Colin Firth mencapai puncak kariernya ketika memenangkan Oscar lewat perannya sebagai Raja George VI dalam The King’s Speech (2010). Perannya penuh emosi dan ketulusan membuat penonton larut dalam perjuangan sang raja mengatasi gagapnya. Film ini bukan hanya sukses secara kritik, tetapi juga diakui sebagai salah satu drama sejarah terbaik dalam dekade tersebut.

Namun, kemilaunya langsung meredup ketika Firth memutuskan membintangi Main Street (2010), sebuah drama biasa yang terasa hambar dan tidak berkesan. Film ini dirasa sangat kontras dengan prestasi besarnya sebelumnya. Bahkan dengan kehadiran Orlando Bloom dan Ellen Burstyn, cerita klise dan penggarapan yang datar membuat film ini terlupakan begitu saja.

Setiap aktor pasti pernah membuat keputusan yang tidak tepat dalam kariernya. Terkadang, satu kesuksesan besar tidak selalu menjamin bahwa film berikutnya akan memberikan hasil yang sama. Dari deretan aktor yang kariernya merosot setelah bintangi film terbaiknya, siapa menurut kalian yang paling mengecewakan dengan pilihan film berikutnya?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Debby Utomo
EditorDebby Utomo
Follow Us