Film Pendek Anak Macan Masuk Nominasi Best Performance di SGIFF 2025

Jakarta, IDN Times – Berawal dari tugas akhir kuliah, film pendek Anak Macan (My Plastic Mother) karya Amar Haikal berhasil mencuri perhatian industri film nasional dan internasional. Bahkan, film ini menembus Leeds International Film Festival (LIFF) 2025.
Kini, Anak Macan kembali menorehkan prestasi membanggakan dengan menembus nominasi Best Performance in Southeast Asian Short Film Competition di ajang bergengsi Singapore International Film Festival (SGIFF) yang berlangsung pada 26 November hingga 7 Desember 2025.
1. Anak Macan masuk nominasi Best Performance di SGIFF 2025
Muhammad Alfat Apriansyah, pemeran utama Anak Macan yang memerankan karakter Eki, resmi masuk dalam nominasi Best Performance in Southeast Asian Short Film Competition di SGIFF 2025. Prestasi ini melengkapi perjalanan gemilang film yang juga masuk nominasi Piala Citra Festival Film Indonesia (FFI) 2025 untuk kategori Film Cerita Pendek Terbaik.
"Alfat mendapatkan nominasi dalam kategori Best Performance. Insya Allah di bulan Desember akan berangkat ya ke Singapura untuk menghadiri SGIFF," ucap pemandu acara selama diskusi setelah press screening di Metro Cinema Kemang, Jakarta Selatan, Kamis (13/11/12025)
Anak Macan sendiri sudah berkompetisi di Louis le Prince International Short Film Competition, bagian dari 39th Leeds International Film Festival (LIFF) di Inggris pada 7 November 2025. Kompetisi ini merupakan salah satu ajang yang memungkinkan pemenangnya untuk diajukan ke Academy Awards. Setelah penayangan di Leeds, film ini dijadwalkan berkompetisi di berbagai festival, termasuk Beirut Shorts International Film Festival dan Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) 2025.
2. Amar Haikal ungkap alasan pilih Afat untuk memerankan Eki
Sang sutradara, Amar Haikal, mengungkapkan proses pemilihan pemeran utama Anak Macan.
"Kenapa Alfat? Sebelumnya kita tuh udah audisi sekitar 30-40 anak di Bantar Gebang, di sanggar. Sanggar Anak Kita namanya," jelasnya.
Ia mengungkap kalau anak-anak di sanggar masih malu saat melihat kamera dan kurang bisa berakting. Namun, selalu ada satu nama yang disebut anak-anak lain, yakni Alfat.
"Akhirnya ketemulah aku sama si Alfat ini. Di situ mungkin aku bisa merasakan kayak dia sangat penuh percaya diri anaknya. Apa adanya gitu ya, very unapologetic. Dia juga punya sensibilitas yang dari awal tuh dia udah bisa ngasih input ke ceritanya," tambah Amar.
Menurut Amar, kedekatan emosional Alfat dengan cerita Eki menjadi alasan kuat dirinya dipercaya memerankan karakter utama tersebut.
"Bagaimana dia, bahwa waktu itu baru kehilangan kakek kamu ya? Dia langsung bisa, 'Ya aku relate nih, ini bukan sama ibu tapi sama kakek' gitu. Jadi kayak, dari situ akhirnya kita buka skrip lagi gitu. Skrip yang tadinya udah lock buat kampus tuh kita restart," lanjutnya.
3. Anak Macan berkisah tentang apa?

Anak Macan bercerita tentang Eki, seorang anak yang tinggal di kawasan pembuangan akhir Bantar Gebang. Di sana, ia berusaha mencari "memento" dari mendiang ibunya untuk tugas Hari Ibu di sekolah. Film berdurasi 18 menit ini menjadi refleksi atas dampak budaya konsumerisme terhadap manusia dan lingkungan.
Awalnya diproduksi secara mandiri oleh Amar Haikal dan lima rekannya di Institut Kesenian Jakarta (IKJ), proses syuting dilakukan selama tiga hari di area TPA Bantar Gebang dengan melibatkan warga lokal sebagai pemeran. Menariknya, Anak Macan mendapat bimbingan langsung dari sutradara Riri Riza dan dukungan pendanaan dari Momo Film, agensi asal Singapura.



















